Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Profil Rumah Adat Betawi

Mengenal Profil Rumah Adat Betawi
credit:instagram@idadaffajauza

Masyarakat Betawi dikenal sebagai penduduk asli yang mendiami kawasan Jakarta. Sebagaimana penduduk di daerah lain, di kawasan ini pun memiliki rumah adat betawi yang menjadi ciri khas penduduk kawasan tersebut. Meskipun seperti di wilayah lain, keberadaan rumah adat Betawi ini pun sudah sulit untuk ditemukan.

Ada dua jenis rumah adat Betawi yang digunakan oleh masyarakat Betawi saat mereka membangun rumah. Model yang pertama disebut sebagai rumah Bapang. 

Sebagai gambaran, rumah Bapang ini bisa dijumpai jika kita melihat sinetron yang mengambil latar belakang kehidupan masyarakat Betawi. Misalnya pada sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang populer pada beberapa tahun lalu.

Rumah Bapang ini sering disebut pula dengan rumah kebaya. Bentuk dari rumah bapang ini sederhana dan tidak terlalu banyak variasi. Rumah bapang memiliki bentuk dasar yang berwujud kotak. 

Rumah ini tersusun dari beberapa bagian sebagaimana rumah pada umumnya. Misalnya ada ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, kamar mandi, bagian dapur serta ruang teras.

Sedangkan jenis rumah adat Betawi selain rumah Bapang ini adalah rumah Gadang. Sebagaimana rumah Bapang, pada rumah Gadang ini memiliki bentuk dasar kotak. Biasanya, model dari rumah Gadang ini berstruktur persegi panjang dengan konsep memanjang ke belakang. 

Sementara untuk bagian atap dari rumah Gadang ini bentuknya menyerupai pelana kuda atau juga perisai. Pada bagian depan rumah, seringkali dibuat sebuah atap kecil yang memiliki fungsi untuk menahan terpaan hujan atau juga cahaya matahari agar tidak menyilaukan.

Meskipun demikian ada kesamaan dalam beberapa jenis rumah adat betawi ini. Rumah adat betawi biasanya terbuat dengan menggunakan rangka kayu dan bambu. Sedangkan pada bagian alas masih menggunakan tanah, meski pada beberapa rumah sudah mulai menggunakan tegel atau juga semen. 

Salah satu ciri khas dari rumah adat Betawi ini adalah bagian teras yang cukup luas dan difungsikan juga sebagai ruang tamu pada satu sisi. Sementara pada sisi lain, digunakan untuk menempatkan bale-bale sebagai tempat jika pemilik rumah hendak bersantai atau beristirahat.

Suku Betawi

pengantin-betawi
credit:instagram@salwasecret

Dari beberapa literatur didapatkan data, bahwa pada dasarnya etnis Betawi muncul dari hasil perkawinan beberapa etnis pendatang yang masuk ke wilayah Batavia pada masa penjajahan. Mereka datang dengan profesi sebagai pedagang yang ingin mencari peruntungan di tanah Jawa dan mendarat melalui pelabuhan Sunda Kelapa.

Selain itu, ada pula dari para pendatang tersebut yang sampai ke wilayah batavia karena dibawa oleh tentara Belanda. Mereka didatangkan dari beberapa kawasan seperti Bugis, Makasar, Ambon atau Melayu untuk dijadikan budak di tanah Jawa. 

Itulah mengapa, para pendatang dari beberapa etnis ini kemudian melakukan proses perkawinan dengan kalangan pedagang dari Arab, India, Tionghoa atau Eropa. Dari perkawinan inilah kemudian lahir warga yang selanjutnya dikenal dengan nama etnis Betawi.

Sedangkan penyebutan Betawi sendiri kemudian muncul yang mengacu pada penduduk yang asli menghuni wilayah Jakarta sejak lahir. Kata betawi ini didapat dari suku kata Batavia, yang merupakan istilah yang diciptakan oleh Belanda pada jaman penjajahan.

Dalam catatan sejarah, kawasan Batavia pada awalnya masuk dalam wilayah kerajaan Tarumanegara. Etnis Sunda merupakan suku mayoritas yang mulai berdiam di kawasan tersebut pada masa kerajaan. 

Selain masyarakat Sunda, beberapa pedagang serta pelaut mulai ada yang bermukim di kawasan ini. Mereka berasal dari kawasan pesisir utara Jawa, serta beberapa pulau di kawasan timur Indonesia. 

Sedangkan dari negeri seberang, mereka datang dari semenanjung Malaya hingga pedagang dari Tiongkok serta Gujarat, India.

Kemunculan etnis Betawi sendiri diperkirakan baru terjadi pada awal tahun 1800an. Dalam penelitian antropologi, etnis Betawi baru terbentuk sekitar tahun 1815-1893. Hal ini didasari pada sensus yang selalu dibuat oleh pemerintahan Belanda pada saat mereka menguasai Indonesia.

Pada sensus tahun 1615 serta 1815, disebutkan mengenai beberapa etnis penduduk yang tinggal di Batavia. Namun dalam catatan sensus tersebut, tidak ditemukan penyebutan etnis Betawi. Sedangkan pada sensus yang dilakukan pada 1893, ada beberapa etnis yang sebelumnya tersebut pada sensus, tidak lagi disebutkan pada sensus tahun ini.

Beberapa etnis yang hilang antara lain Arab, Moor, Bali, Jawa, Sunda, Sulawesi Selatan, Sumbawa, Ambon serta Banda dan Melayu. Diduga, etnis-etnis tersebut pada sensus 1893 ini digolongkan ke dalam kelompok suku bangsa pribumi yang pada akhirnya melebur ke dalam entnis betawi.

Dan secara resmi, pengakuan atas keberadaan etnis Betawi ini mulai terjadi pada tahun 1930. Hal ini ditandai dengan dimasukkannya penyebutan etnis tersebut dalam kegiatan sensus penduduk pada tahun yang sama. Pada saat itu, etnis Betawi tercatat sejumlah 778.953, dan merupakan etnis mayoritas yang berdiam di Batavia.

Di awal kemunculannya, masyarakat yang disebut etnis Betawi masih belum memiliki akar ikatan yang kuat. Masih banyak dari mereka yang menyebut diri dengan berdasar lokasi tempat tinggal mereka, seperti orang kemayoran, orang Senen, atau Orang Condet dan bukan menyebut diri dengan sebutan orang Betawi.

Budaya dan Bahasa

budaya-betawi
credit:instagram@arissutantyo

Masyarakat Betawi merupakan cerminan masyarakat yang terbentuk dari berbagai macam etnis. Itulah mengapa, dalam masyarakat Betawi terdapat keragaman kebudayaan dan bahasa sebagai bukti nyata keanekaragaman tersebut.

Dan dengan dipilihnya Jakarta sebagai ibu kota negara, menjadikan kawasan tersebut semakin menjadi pusat daya tarik bagi masyarakat di seluruh negeri. Hal ini berdampak pada semakin banyaknya masyarakat dari berbagai macam etnis yang tinggal di Jakarta dengan membawa budaya dari wilayah asal mereka.

Ironisnya, kondisi ini menyebabkan keberadaan suku Betawi yang merupakan penduduk asli Jakarta semakin tersingkir ke pinggiran. Demikian pula dengan kesenian Betawi, semakin tersisih akibat masuknya kebudayaan dari berbagai daerah yang dibawa para pendatang. 

Masyarakat asli Betawi sendiri pada saat ini justru lebih banyak mendiami kawasan yang masuk ke dalam wilayah propinsi Jawa Barat atau Banten daripada berdiam di Jakarta.

Sedangkan untuk kebudayaan Betawi, beberapa tokoh asli etnis tersebut kemudian memberikan tindakan nyata untuk mencegah kebudayaan asli Betawi. Diantaranya dengan membuat situs cagar budaya yang berada di daerah Situ Babakan. 

Selain itu, diadakan pula kegiatan festival yang mengusung nuansa Betawi. Dimana pada acara ini ditampilkan semua kesenian dan kebudayaan Betawi, termasuk diantaranya dengan menyuguhkan beberapa makanan khas Betawi misalnya kerak telor dan kesenian ondel-ondel atau lenong.

Di bidang musik, kesenian khas Betawi yang terkenal adalah kesenian Gambang Kromong. Banyak yang menganggap kesenian ini dipengaruhi oleh akar musik dari Tionghoa, namun ada pula yang beranggapan Gambang Kromong lebih menyerupai musik rebana dari kawasan Arab.

Untuk kesenian Lenong, meski sudah sulit dijumpai pementasannya namun kesenian ini dianggap sebagai salah satu kesenian unggulan khas Betawi. Hal ini terlihat dari dipentaskannya kesenian lenong yang dipadu dengan konsep modern di beberapa stasiun televisi. 

Selain untuk mengangkat dan menjaga kepunahan kesenian lenong, hal ini bermanfaat pula untuk memperkenalkan lenong kepada generasi muda dan juga masyarakat Indonesia pada umumnya.

Posting Komentar untuk " Mengenal Profil Rumah Adat Betawi"