Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengungkap Tabir Di Balik Pandangan Syirik Terhadap Kesenian Tradisional Sintren


Mengungkap Tabir Di Balik Pandangan Syirik Terhadap Kesenian Tradisional Sintren
image : instagram@seputarberitacirebon

Kesenian tradisional sintren adalah kesenian yang berkembang di daerah pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sintren sangat lekat dengan unsur magis yang terkandung di dalamnya. 

Menurut pandangan sebagian golongan masyarakat terutama yang beragama Islam memandang bahwa seni tradisional sintren mengandung unsur perbuatan syirik yang sangat di haramkan dalam ajaran agama Islam. Namun benarkah bahwa seni tradisional sintren tersebut mengandung unsur syirik ?

Menurut pendapat salah seorang Budayawan Cirebon, Bambang Irianto sebagaimana di lansir oleh news.okezone.com, mengaku tidak sepakat jika kesenian tari sintren di sebut mengandung unsur mistis dan syirik. Menurut pendapatnya, hal-hal berbau mistis tersebut tidak ada, dan murni hanya sebagai sebuah sarana hiburan rakyat semata.

Lebih lanjut Beliau berkata "Jadi begini, kalau ada orang yang bilang saat ia bermain sintren, lalu dimasukin oleh sosok bidadari itu, sebenarnya tidak benar. Itu cuma rahasia 'perusahaan'. 

Menurut Beliau bahwa semua kesenian sifatnya adalah netral, tergantung bagaimana orang menafsirkannya untuk kebutuhan apa, karena semua elemen yang terdapat pada kesenian sintren hanyalah berupa simbol saja. Setiap orang ataupun masyarakat boleh dan sah - sah saja untuk menafsirkan sendiri simbol - simbol tersebut.

Sejarah tentang asal - usul kesenian sintren sendiri masih menemukan kejelasan karena adanya perbedaan pendapat yang berkembang di masyarakat. Kebenaran sebuah sejarah hanya bisa di buktikan dengan adanya sesuatu yang menunjukkan bahwa hal tersebut memang ada, misalnya saja catatan, prasasti ataupun artefak berupa peninggalan masa lalu. 

Satu hal yang pasti adalah kesenian sintren pada awal kemunculannya merupan sebuah sarana hiburan untuk masyarakat pesisir utara pulau Jawa mulai dari Subang di Jawa Barat hingga Jepara di Jawa Tengah.

Kemudian bagaimana dengan pandangan sebagian masyarakat beragama Islam dalam  memaknai kesenian sintren ini? Menurut pendapat seorang Ulama dan Kyai yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Buntet Cirebon, yakni KH Adib Roffiudin menjelaskan, secara syariat, kesenian sintren sejatinya tidak melanggar ajaran agama Islam. 

Sebab, seni tari sintren itu hanya menjadi sarana hiburan masyarakat semata. Sementara itu menurut pendapat Dekan Fakuktas Ushuludin, Adab, dan Dakwah (FUAD) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Hazam mengatakan bahwa integarsi antara agama dan budaya tercermin dalam kesenian sintren tersebut.

Menurut pendapat Hazam, pada era penyebaran agama Islam oleh para Wali Songo, kesenian sintren ditampilkan sebagai hiburan rakyat dengan nilai-nilai ajaran agama Islam yang sudah dimasukkan ke dalamnya. Lebih lanjut Beliau mengatakan, "Para wali dulu, budaya dan seni tidak dihilangkan. Tapi bersikap familiar. Ini yang disebut sebagai islamisasi kultur atau islamisasi budaya".

Ketika ada sekelompok  orang ataupun masyarakat yang mengatakan kalau kesenian sintren itu adalah hal musyrik, Hazam justru memiliki pandangan berbeda. Secara jelas beliau menganggap bahwa kesenian sintren tidaklah musyrik, karena musyrik sendiri artinya percaya atau meyakini sesuatu selain Allah SWT. Meski konon disebutkan bahwa atraksi sintren turut melibatkan hal-hal yang bersifat 'gaib', magis dan mistis.

Di dalam kesenian tradisional sintren ini banyak sekali elemen pertinjukan yang mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam. Sebagai contoh misalnya adalah bentuk kurungan ayam yang melengkung. Hal tersebut memiliki arti  bahwa fase kehidupan manusia adalah dari bawah akan berusaha menuju puncak. 

Namun setelah berada di puncak, ia akan kembali lagi ke bawah, yakni dari tanah kembali menjadi tanah, dilahirkan dalam keadaan lemah nantinya kembali lagi keadaan yang lemah pula.

Terlepas dari segala polemik tentang kesenian tradisional sintren tersebut kita tentu berharap bahwa kesenian tersebut tidak akan hilang ataupun punah karena merupakan salah satu bentuk kekayaan bangsa Indonesia yang di wariskan secara turun temurun dari nenek moyang dan para pendahulu kita.

Kita berharap bahwa kesenian sintren pun hingga kini masih tetap terus lestari dan dipentaskan di kampung-kampung ketika ada acara tertentu seperti hajatan pernikahan, khitanan dan sebagainya sehingga masyarakat tidak merasa kehilangan kesenian tersebut.

Posting Komentar untuk "Mengungkap Tabir Di Balik Pandangan Syirik Terhadap Kesenian Tradisional Sintren"