Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seni Sastra Jawa dan Perubahannya

Seni Sastra Jawa dan Perubahannya
credit:instagram@godhong_djati

Hingga saat ini, semua orang setuju jika yang disebutkan dengan sastra Jawa adalah semua tipe kreasi sastra yang dicatat menggunakan bahasa Jawa. Di dunia sastra Nusantara, sastra Jawa mempunyai tempat tertentu dan terhitung dalam sastra lokal yang paling populer.

Para ahli budaya setuju jika tonggak perubahan sastra Jawa diawali pada era kedelapan, merujuk pada Prasasti Sukabumi yang memakai bahasa Jawa, dan mempunyai tanggal pembuatan 25 Maret 804 Masehi. Hingga saat ini belum ditemukan data sastra yang lebih tua dari Prasasti Sukabumi itu.

Sastra Jawa mempunyai seni yang tinggi sekali, salah satu alasannya adalah karena bahasa Jawa tersebut sebagai bahasa yang unggul. Disebutkan begitu karena bahasa Jawa datang dari bahasa Sansekerta, yang mempunyai makna ‘sempurna' atau ‘tinggi.'

Dalam kebudayaan India, bahasa Sansekerta hanya dipakai oleh golongan Brahmana dan digunakan untuk kepentingan agama, serta golongan bangsawan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pemerintahan. Sedangkan untuk kalangan rakyat jelata menggunakan bahasa Prakerta.

Perubahan Sastra Jawa

Sastra Jawa sudah melewati periode waktu yang lumayan panjang. Diprediksi pada era kedelapan dan kesembilan, sastra Jawa mengalami perubahan yang benar-benar cepat, ini bisa dilihat dari pemakaian bahasa Jawa dalam beberapa dokumen sah kerajaan pada periode itu. Selanjutnya mencapai periode keemasan pada zaman kerajaan Majapahit.

Pada saat itu, banyak kreasi sastra yang dilahirkan dan bisa dinikmati sampai sekarang ini. Pada periode perubahan dari Hindu ke Islam, sekitar akhir abad ke-17, sastra Jawa masih tetap bertahan. Bahkan juga bisa disebutkan berkembang walaupun tidak sepesat pada zaman Budha dan Hindu.

Karena sudah melalui periode yang sangat panjang, maka sastra Jawa dapat dibagi dalam beberapa kelompok, antara lain:

1. Sastra Jawa Kuno, adalah kelompok sastra Jawa yang memakai bahasa Jawa Kuno.

2. Sastra Jawa Pertengahan, adalah kelompok sastra Jawa yang berkembang sampai periode akhir perubahan Hindu-Islam.

3. Sastra Jawa Modern, adalah kelompok sastra Jawa yang berkembang pada periode kekuasaan Islam, dan berjalan sampai sekarang ini.

Bentuk-Bentuk Sastra Jawa

Wujud sastra yang biasa pada tipe sastra Jawa kuno adalah kakawin dan kidung. Memiliki bentuk seperti puisi dalam sastra modern, tetapi yang membandingkan keduanya adalah:

  • Kakawin memakai metrum-metrum dari India
  • Kidung memakai metrum-metrum asli Jawa

Dalam sastra Jawa Pertengahan mulai ditemukan wujud sastra yang lain seperti prosa, atau umumnya disebut gancaran. Ada juga wujud wiracarita seperti prosa liris (prosa berbentuk puisi), undang-undang hukum, babad, dan kitab-kitab keagamaan.

Sayangnya, sastra Jawa yang kita dapatkan saat ini sebagai bentuk salinan. Ini karena ada adat turunan dalam sastra Jawa, di mana manuskrip sebuah kreasi sastra sudah mengalami penulisan berulang- ulang.

Bersamaan dengan perubahan dan perubahan zaman yang sangat panjang, banyak diantara kreasi sastra itu yang sudah berubah dari sisi bahasa dan ilmu bahasa, sehingga benar-benar sulit untuk mendapatkan sebuah manuskrip yang betul-betul original.

Beberapa kreasi sastra Jawa yang dapat kita kita nikmati saat ini, antara lain:

  • Sang Hyang Kamahayanikan [prosa]
  • Uttarakanda [prosa]
  • Bhismaparwa [prosa]
  • Asramawasanaparwa [prosa]
  • Kunjarakarna [prosa]
  • Ramayana [kakawin]
  • Arjunawiwaha [kakawin]
  • Bharatayuddha [kakawin]
  • Gatotkacasraya [kakawin]
  • Sutasoma, mpu Tantular [kakawin]

Dan ada banyak lagi kreasi sastra Jawa yang lain.

Demikianlah ulasan artikel tentang Seni Sastra Jawa dan Perubahannya. Semoga berguna dan bermanfaat untuk Anda.

Posting Komentar untuk " Seni Sastra Jawa dan Perubahannya"