Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kawin Lari ala Suku Sasak: Sebuah Tradisi yang Masih Berlangsung Hingga Kini

Daftar Isi

kampung-sade-suku-sasak
credit:flickr.com

Temukan cerita unik dan menarik tentang kawin lari ala suku Sasak di Indonesia. Bagaimana tradisi ini dimulai dan masih dipraktekkan hingga kini.

Suku Sasak merupakan suku yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Suku ini memiliki banyak tradisi dan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu tradisi yang terkenal dari suku Sasak adalah kawin lari. Tradisi kawin lari ini memiliki ciri khas tersendiri, yang berbeda dengan tradisi pernikahan di daerah lain di Indonesia.

Usia kampung ini sudah mencapai 300-an. Ketika kebanyakan generasi baru di Pulau Lombok mulai beralih pada modernitas, tidak dengan warga kampung di sini. Sade ditempati warga suku Sasak asli yang masih mempertahankan originalitas adat istiadat. Dusun ini terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Letak dusun ini agak ke selatan pulau Lombok.

Disini lah warga Sasak mempertahankan budaya aslinya sampai 15 generasi. Kampung ini bukan museum. Ini kampung adat yang ditempati oleh penduduk. Memang tidak ada pantangan untuk menikah dengan orang non-Sasak. Hanya saja demi mempertahankan adat, mereka menikah sesama sepupu. Kini kampung Sade didiami 150 rumah dengan total 700 penduduk.

Kawin Lari ala Suku Sasak

Apa itu Kawin Lari?

Kawin lari adalah sebuah tradisi pernikahan dimana pengantin wanita dan pengantin pria melarikan diri dari rumah masing-masing dan bertemu di suatu tempat untuk melakukan upacara pernikahan. Tradisi ini dilakukan secara rahasia dan tanpa sepengetahuan keluarga dari kedua belah pihak. 

Pada awalnya, tradisi kawin lari ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap sistem kasta yang ada pada masa lalu. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini menjadi bagian dari budaya suku Sasak yang masih dilestarikan hingga kini.

Bagaimana Kawin Lari Dilakukan?

Kawin lari dilakukan dengan cara yang berbeda dari daerah lain di Indonesia. Pertama-tama, pengantin pria harus menyatakan niatnya untuk menikahi si wanita kepada kedua belah pihak. Jika permintaan tersebut disetujui, maka pengantin pria akan mengatur waktu dan tempat untuk melakukan kawin lari. 

Pada hari yang telah ditentukan, kedua pengantin akan bertemu di suatu tempat yang telah disepakati sebelumnya. Biasanya, tempat tersebut adalah di tengah hutan atau tempat yang sepi agar tidak diketahui oleh keluarga dari kedua belah pihak. Di tempat tersebut, pengantin akan melakukan upacara pernikahan dengan dihadiri oleh sejumlah saksi yang dianggap penting.

Apa Saja Unsur Penting dalam Kawin Lari?

Terdapat beberapa unsur penting yang harus ada dalam tradisi kawin lari suku Sasak. Unsur tersebut antara lain:

Sesajen

Dalam tradisi pernikahan suku Sasak, sesajen adalah sebuah persembahan yang sangat penting dan memiliki makna yang mendalam. Sesajen merupakan sebuah bentuk penghormatan dan rasa syukur dari kedua belah pihak atas kesempatan untuk dapat mengikatkan diri dalam ikatan pernikahan yang suci. Sesajen biasanya berupa nasi tumpeng yang dihiasi dengan sayuran dan ayam, serta sejumlah uang yang diletakkan di atasnya sebagai tanda syukur.

Selain itu, sesajen juga dianggap sebagai sebuah tanda penghormatan kepada para dewa dan nenek moyang suku Sasak. Dalam upacara pernikahan suku Sasak, sesajen biasanya diletakkan di atas sebuah meja yang dihias dengan berbagai macam bunga dan daun. 

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap para dewa dan nenek moyang, serta sebagai simbol untuk menunjukkan rasa syukur atas kesempatan untuk dapat mengikatkan diri dalam ikatan suci pernikahan. 

Oleh karena itu, sesajen menjadi sebuah bagian yang sangat penting dalam upacara pernikahan suku Sasak dan dianggap sebagai sebuah simbol untuk menunjukkan rasa syukur dan penghormatan terhadap tradisi dan budaya yang telah turun-temurun.

Sirih Pinang

Sirih pinang adalah sebuah simbol yang sangat penting dalam upacara pernikahan suku Sasak. Sirih pinang merupakan perpaduan antara daun sirih dan buah pinang yang kemudian digunakan sebagai bahan untuk disajikan kepada tamu undangan dalam acara pernikahan. Selain itu, sirih pinang juga dianggap sebagai lambang persatuan dan kesatuan antara kedua belah pihak keluarga yang akan diikat melalui ikatan pernikahan.

Dalam upacara pernikahan suku Sasak, sirih pinang biasanya disajikan dengan tata cara yang sangat khusus dan teratur. Sirih dan pinang dibungkus dalam daun pisang dan kemudian diberikan kepada tamu undangan sebagai tanda penghormatan. 

Sirih pinang juga dianggap sebagai sebuah simbol untuk menunjukkan rasa syukur dan terima kasih atas kesempatan untuk dapat mengikatkan diri dalam ikatan suci pernikahan. Oleh karena itu, sirih pinang menjadi sebuah bagian yang tak terpisahkan dari tradisi pernikahan suku Sasak dan memiliki nilai yang sangat penting bagi kebudayaan dan adat istiadat suku Sasak.

Tepas

Tepas adalah salah satu unsur penting dalam upacara kawin lari suku Sasak. Alat musik ini digunakan sebagai pengiring dalam tarian dan lagu tradisional yang diiringi selama upacara adat. Tepas terbuat dari bambu yang dipahat dengan sangat teliti dan memiliki beberapa lubang kecil yang terdapat di permukaannya. 

Lubang-lubang kecil ini berfungsi sebagai tempat ditiup untuk menghasilkan suara yang unik dan khas dari alat musik tepas. Selain itu, tepas juga dihiasi dengan ornamen-ornamen yang indah dan artistik.

Selain digunakan dalam upacara kawin lari, tepas juga sering dimainkan dalam berbagai acara adat dan budaya suku Sasak, seperti upacara adat pengantin, upacara kematian, dan acara adat lainnya. Alat musik ini menjadi simbol kebersamaan dan persatuan suku Sasak dalam menjaga tradisi dan budaya mereka yang kaya dan beragam. 

Melalui tepas, suku Sasak juga berharap agar generasi muda dapat memahami dan melestarikan tradisi dan budaya mereka untuk tetap hidup dan berkembang di masa depan.

Upacara Adat

Upacara adat dalam kawin lari suku Sasak biasanya dilakukan dengan mengikuti serangkaian ritual dan tata cara yang telah ditentukan. Salah satu ritual yang penting dalam upacara adat kawin lari adalah "pasrah dengkek". 

Ritual ini dilakukan oleh kedua belah pihak keluarga sebagai tanda persetujuan atas pernikahan yang akan dilangsungkan. Selain itu, dalam upacara adat juga dilakukan pemotongan hewan sebagai simbol pengorbanan dan pembukaan jalan bagi pasangan yang akan menikah.

Selain itu, upacara adat kawin lari suku Sasak juga dihiasi dengan tarian dan lagu tradisional yang menggambarkan kegembiraan dan kebersamaan dalam merayakan pernikahan. Upacara adat ini menjadi momen penting bagi suku Sasak untuk memperlihatkan kecintaan mereka terhadap tradisi dan budaya yang telah diwarisi dari nenek moyang. 

Melalui upacara adat kawin lari, suku Sasak juga berharap agar tradisi dan budaya ini tetap dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya untuk generasi mendatang.

Makna Filosofis

Kawin lari suku Sasak juga memiliki makna filosofis yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupan, seseorang tidak selalu dapat memilih atau mengendalikan nasibnya. Namun, melalui tradisi kawin lari, suku Sasak percaya bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih pasangan hidupnya. Dalam tradisi ini, manusia memiliki kendali atas keputusan hidupnya dan tidak terikat oleh ketentuan sosial atau budaya yang membungkam kebebasan individual.

Makna filosofis dari kawin lari juga menunjukkan pentingnya keberanian dalam mengambil keputusan hidup. Memilih pasangan hidup adalah salah satu keputusan penting dalam hidup seseorang dan keberanian untuk melangkah maju dengan memilih pasangan yang diinginkan adalah sebuah langkah besar dalam hidup. 

Dalam tradisi kawin lari suku Sasak, keberanian dan kemandirian sangat dihargai sebagai sikap yang memungkinkan individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri tanpa dipengaruhi oleh kepentingan orang lain.

Sejarah Kawin Lari di Suku Sasak

Asal Usul Kawin Lari

Kawin lari pertama kali dilakukan oleh seorang pemuda bernama Lalu Baginda di suku Sasak. Pada masa itu, Lalu Baginda jatuh cinta pada seorang gadis dari keluarga kasta yang lebih tinggi darinya. Namun, pernikahan antara kasta yang berbeda pada masa itu sangat tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, Lalu Baginda dan sang kekasih memutuskan untuk melarikan diri dan melakukan pernikahan secara rahasia di suatu tempat yang tidak diketahui oleh keluarga mereka.

Peran Kawin Lari dalam Sejarah Suku Sasak

Kawin lari memiliki peran penting dalam sejarah suku Sasak. Pada masa lalu, sistem kasta yang ada di suku Sasak sangat membatasi kebebasan dalam memilih pasangan hidup. Dengan adanya tradisi kawin lari, suku Sasak dapat mengekspresikan kebebasannya dalam memilih pasangan hidup tanpa harus menghiraukan kasta atau golongan.

Kawin Lari di Era Modern

Meskipun tradisi kawin lari sudah ada sejak zaman dahulu, namun tradisi ini masih dilestarikan hingga kini di era modern. Namun, ada beberapa perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tradisi kawin lari di era modern. Salah satunya adalah penggunaan teknologi yang memudahkan proses koordinasi dan komunikasi antara kedua belah pihak.

Pertanyaan yang Sering Diajukan tentang Kawin Lari Suku Sasak

Apakah Kawin Lari di Suku Sasak Legal?

Meskipun kawin lari dilakukan secara rahasia dan tanpa sepengetahuan keluarga, namun pernikahan yang dilakukan di dalam upacara kawin lari suku Sasak sudah diakui secara hukum oleh negara Indonesia.

Bagaimana Jika Keluarga Tidak Menyetujui Pernikahan yang Dilakukan Melalui Kawin Lari?

Jika keluarga dari salah satu atau kedua belah pihak tidak menyetujui pernikahan yang dilakukan melalui kawin lari, maka pasangan yang menikah harus menerima resiko dan konsekuensi dari keputusan mereka. Namun, keputusan untuk menikah melalui kawin lari biasanya sudah dipertimbangkan dengan matang dan dibuat dengan kesadaran penuh.

Bagaimana dengan Hak dan Kewajiban Pasangan yang Menikah Melalui Kawin Lari?

Pasangan yang menikah melalui kawin lari memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti pasangan yang menikah secara resmi dan diakui oleh negara. Mereka memiliki hak untuk memiliki aset bersama, memiliki anak, serta mendapatkan perlindungan dan hak-hak lain yang dijamin oleh undang-undang.

Bagaimana Jika Terjadi Masalah dalam Pernikahan yang Dilakukan Melalui Kawin Lari?

Seperti halnya pernikahan pada umumnya, pernikahan yang dilakukan melalui kawin lari juga dapat mengalami masalah dan konflik. Namun, pasangan yang menikah melalui kawin lari biasanya memiliki kesadaran dan kesiapan yang lebih tinggi untuk menghadapi masalah tersebut. Selain itu, mereka juga dapat mengambil langkah-langkah alternatif, seperti mengikuti program konseling atau mediasi, untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Kesimpulan

Dalam tradisi kawin lari suku Sasak, kebebasan dalam memilih pasangan hidup sangat dihargai. Meskipun terkadang tradisi ini masih dianggap kontroversial oleh sebagian orang, namun tradisi kawin lari tetap menjadi bagian yang penting dalam budaya dan sejarah suku Sasak. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menghargai dan memahami keberadaan tradisi kawin lari suku Sasak sebagai bagian dari keragaman budaya Indonesia.

Posting Komentar untuk " Kawin Lari ala Suku Sasak: Sebuah Tradisi yang Masih Berlangsung Hingga Kini"