Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Budaya di Jogjakarta, Kota Multikultural

Budaya di Jogjakarta, Kota Multikultural
credit:instagram@budayanusantara_

Budaya di Jogjakarta, Kota Multikultural  - Cukup naik kereta api semalam suntuk dengan ditemani lagu Kla Project yang berjudul sama dengan kota tujuan, maka tibalah kita ke kota yang bersejarah di pulau Jawa, yakni Kota Yogyakarta. Budaya di Yogyakarta akan membuat kita mudah jatuh hati padanya.

Kota Yogyakarta berfungsi sebagai repositori budaya Jawa kromo inggil dan kepingan sejarah tertinggal di republik ini.

Yogja menjadi sebuah wilayah khusus yang masih diperintah oleh sultan. Yogyakarta adalah sebuah museum hidup bagi kerajinan, masakan, arsitektur, dan dunia keIndonesiaan.

Budaya di Yogyakarta dihidupmatikan sejalan dengan hidup matinya suasana dan gerak orang Yogja. Jika pada waktu lalu marak kasus premanisme, maka lupakanlah karena itu bukan wajah sejatinya. 

Di Yogyakarta yang memerintah bukanlah pegawai sipil pemerintahan republik, melainkan seorang sultan yang setaraf dengan jabatan gubernur. Namun, tetap mendapatkan pengawasan dari DPRD setempat.

Kali ini yang memimpin Yogyakarta adalah Sultan Hamengkubuwono X. Sultan Yogya sekaligus  Gubernur adalah orang yang memerintah dari istana atau keraton terletak di tengah kota. 

Keraton berfungsi sebagai pusat agama, politik, dan budaya untuk penduduk setempat. Prosesi keagamaan melalui keraton dipusatkan di dekat Masjid Gede Kauman pada hari-hari raya khusus.

Festival udara terbuka yang diadakan di lapangan alun-alun utara sebelah istana, dan pertunjukan budaya harian yang dilakukan di Bangsal Sri Manganti dalam keraton.

Istana keraton tidak semegah mereka yang tinggal di kerajaan negeri lain, misalnya Thailand atau Eropa, tetapi bangunannya kaya akan simbolisme. Pemandu wisata biasanya ikut bercerita. 

Mereka sangat membantu menjelaskan legenda dan simbol yang terkait dengan sultan, keluarga keraton, dan luas tempat tinggal.

Seni Pakaian Batik

Industri batik Yogyakarta berakar dalam sejarah panjang rakyat kota itu, terkait dengan kehadiran dan berkah dari sultan. Pembuat batik di kota ini berada dekat dengan pusat kota dengan sejumlah lokakarya terletak di selatan Taman Sari.

Banyak sentra batik memiliki toko sendiri di depan sentra itu, dan lokakarya dibuat di tempat terbuka yang tersisa di belakang dan bisa dilihat untuk para pengunjung yang ingin melihat bagaimana pola kain warna-warni sedang dibuat.

Anda dapat mengunjungi Kerajinan Batik Luwes Putra di Jalan Mongkoyudan Nomor 45 yang menjual berbagai macam kain batik. 

Harga bersaing, tetapi melihat ke dalam proses pembuatan batik yang ramai dan menarik Anda pun bisa mendapatkan beberapa pengalaman, dari peletakan garis lilin panas ke kain sampai merendam kain dalam pewarna.

Melihat Workshop Kerajinan Perak

Seperti perdagangan batik, industri perak di kota Yogyakarta ini terkait dengan sejarah panjang para seniman dalam pelayanannya kepada Kesultanan Mataram yang lantas terbagi dua, menjadi Yogyakarta dan Surakarta.

Untuk melihat seniman perak Yogja sedang beraksi, Anda bisa kunjungi Kota Gede, sekitar 2 km sebelah tenggara dari Jalan Malioboro. Tempat tersebut dapat diakses oleh bus atau becak.

Jalan utama di wilayah itu, Jalan Kemasan yang padat dengan lokakarya perak, kerajinan perak dan perhiasan. 

Carilah miniatur kerajinan, seperti miniatur motor harley dari perak dan banyak kerajinan lain. Seperti toko-toko batik, beberapa toko perak memungkinkan pengunjung untuk melihat perak yang dibuat oleh pengrajin.

Ketika berada di daerah ini, Anda bisa ikut menziarahi Pemakaman Keraton. Tempat pemakaman raja-raja Mataram yang didirikan di Kota Gede semenjak tahun 1500. Pemakaman keraton sebagai pusat pemakanan dan tempat ziarah rakyat Yogyakarta.

Budaya Kuliner 

Yogyakarta telah lama dikenal sebagai "kota gudeg", dan tentu saja rugi jika Anda tidak mencoba hidangan gurih ini di Yogyakarta. Gudeg ini bisa ada di mana saja, tetapi langsung dari sumbernya adalah yang terpenting dari wisata kuliner.

Gudeg adalah daging nangka yang direbus dalam santan, rempah-rempah, dan gula aren. Kemudian disajikan dengan telur rebus, kulit sapi (krecek), dan beras. Disajikan hangat dan lezat.

Pengunjung dari daerah lain di Indonesia sering memesan gudeg untuk dibawa pulang dalam bentuk membeli langsung dari paket kendi masaknya. Kemudian, membawa paket sampai ke kampung halaman mereka masing masing untuk berbagi dengan teman-teman atau keluarga di rumah.

Restoran-restoran gudeg terbaik dapat ditemukan di Sentra Gudeg Wijilan, terletak di timur dari alun-alun utara sepanjang Jalan Wijilan dekat keraton. Untuk gudeg kelas atas, kunjungi Bu Tjitro di Jalan Janti 330, sebuah restoran keluarga yang nyaman terletak di seberang dari Jogja Expo Center.

Saksikan Pertunjukan Budaya

Yogyakarta adalah tempat yang sempurna untuk mendapatkan pengalaman budaya Anda tentang budaya jawa. Pertunjukan budaya sehari-hari di keraton dapat dijadwalkan setiap hari.

Anda juga dapat menonton pertunjukan di beragam tempat, di antaranya beberapa toko perak yang menawarkan pertunjukan wayang, dan jika beruntung seniman jalan Yogja memperlihatkan pada Anda kehebatan performance art. Di sana Anda akan bertemu bapak Jemek, seorang pantomim kenamaan.

Dari keraton atau sekitar Jalan Malioboro, Anda dapat menyewa becak atau delman yang akan membawa Anda ke sekitar bagian kota yang bersejarah atau hanya jalan-jalan dari satu tempat ke tempat lain. Tarifnya murah. Hanya Rp10000 per perjalanan.

Perjalanan santai tidak terburu-buru karena penumpang diposisikan di depan pengemudi sehingga Anda benar-benar bisa merasakan suasana Yogja lebih dekat, apalagi jika menaiki delman.

Satu kelemahan naik becak lokal, yaitu tukang becak tersebut agak kolusi dan sering bekerja demi komisi dari toko-toko tertentu di daerah. 

Mereka juga terus-menerus mencoba jalan memutar ke toko-toko tersebut dengan harapan Anda membeli dari tempat-tempat ini, di mana mereka mendapatkan komisinya.

Cuci Mata pada Kemegahan Bangunan

Wisata budaya di Yogyakarta tidak lengkap tanpa mampir ke Jalan Malioboro yang merupakan pusat Yogyakarta untuk berbelanja murah. Seluruh jalan berjajar dengan kios yang menjual batik, perak, dan souvenir yang diproduksi secara massal, mulai dari Pasar Beringharjo sampai dagangan kios-kios kecil.

Jalan ini adalah salah satu jalan utama Yogyakarta  di zaman dahulu. Malioboro digunakan untuk jalan seremonial sultan dan parade perjalanan menuju keraton. Tempat ini penting dalam sejarah karena sejumlah bangunan bersejarah berdiri sepanjang panjangnya. 

Benteng Vredenburg, Istana Negara, Kantor Pos Pusat, dan hotel tertua Yogyakarta semuanya memiliki arsitektur kolonial Belanda yang berkesan unik.

Tanah Yogyakarta sekitarnya telah lama menjadi wilayah para raja dan pernah menjadi teater utama serangan umum satu Maret semenjak perang kemerdekaan.

Jejak kuno kerajaan Hindu dan Budha yang pernah memerintah Jawa masih dapat ditemukan di dekatnya, yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Tempat tersebut bisa ditempuh sekitar 40 menit dari Yogyakarta dengan menggnakan mobil. 

Ketika ke Borobudur, Anda bisa main ke kawasan Kali Urang yang menyenangkan karena adem. Bukan sekedar dua candi itu, terdapat juga Candi Plaosan (terletak dekat Prambanan), Candi Sambisari, 

Dataran Tinggi Dieng dan candi candi Hindu lainnya. Hal itu menegaskan bahwa perjalanan ini merupakan perjalanan budaya di Yogyakarta.

Posting Komentar untuk "Budaya di Jogjakarta, Kota Multikultural "