Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Sikap Dan Budaya Tepo Seliro Beserta Contohnya


Pengertian Sikap Dan Budaya Tepo Seliro Beserta Contohnya

Salah satu sikap dan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah sikap dan budaya Tepo Seliro. Tepo Seliro merupakan sebuah falsafah yang berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti tenggang rasa, saling menghargai dan saling hormat menghormati terhadap setiap perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Tepo Seliro mengedepankan sikap keramah tamahan dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

Sepintas lalu tampaknya sikap tenggang rasa adalah hal yang sangat simple dan mudah untuk di laksanakan, namun pada kenyataannya ternyata tidaklah semudah itu. Untuk dapat bersikap tenggang rasa kita perlu untuk memikirkan juga perasaan orang lain dan tidak hanya memikirkan perasaan diri kita sendiri. 

Jika saya bertindak begini, kira - kira tanggapan orang lain bagaimana ? Jika saya begitu, bagaimana dengan orang lain ? begitulah seterusnya, sebelum bertindak kita juga harus memikirkan bagaimana kira - kira reaksi orang lain yang akan muncul, apakah bisa membuat orang lain merasa tersinggung atau tidak, apakah membuat orang lain merasa kecewa atau tidak dan sebagainya.

Jika kita hanya memikirkan kepentingan diri kita sendiri dalam bertindak, maka yang terjadi kemudian adalah percekcokan dengan tetangga, dengan orang lain dan juga masyarakat. Tentu saja hal tersebut sangat tidak baik dalam rangka membina ketentraman dan kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mengedepankan budaya dan sikap “tepo seliro” atau tenggang rasa bukan saja menjadi hal penting dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis, akan tetapi juga menjadikan setiap individu untuk mencapai martabat yang baik dihadapan orang lain dan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. 

Sebuah pepatah bijak dalam bahasa Jawa mengatakan, ”Ajining diri dumunung soko lathi” yang artinya adalah tingginya martabat seseorang tergantung dari tingkah laku kesehariannya. Begitu pentingnya sikap tepo seliro perlu kita pelihara dalam kehidupan kita sehari - hari.

Jika Anda berasal dari suku Jawa  tentu pernah mendengar sebuah petuah bijak ini "nek ora gelem di jiwet ojo jiwet". Arti dari petuah bijak tersebut adalah "bila tidak mau di cubit jangan nyubit"

Hal ini merupakan sebuah gambaran tentang bagaimana kita harus menjaga hubungan antar sesama anggota masyarakat agar rukun dan damai dengan berlandaskan sikap tepo seliro atau tenggang rasa.

Sebuah contoh dari tindakan tepo seliro, antara lain :


Pohon Jambu Air

Seumpama di pekarangan rumah atau di halaman rumah kita sebuah pohon Jambu yang besar dimana dahan dan ranting  pohon tersebut  ada yang menyeberang ke halaman tetangga kita. Kebetulan pula pohon Jambu tersebut memiliki daun-daun yang sangat lebat. 

Ketika musim kemarau datang, daun - daun kering tersebut kemudian banyak yang jatuh berguguran ke halaman tetangga kita. Maka sikap kita sebagai seorang tetangga yang baik maka kita hendaknya memangkas atau memotong dahan dan ranting pohon tersebut agar tidak mengotori halaman tetangga kita.

Dan ketika pohon Jambu tersebut berbuah maka kita seharusnya juga membagi buah Jambu kita ke pada tetangga kita tersebut. Tindakan tersebut tentu akan menjaga hubungan baik dengan tetangga kita, sekaligus sebagai perwujudan dari sikap tepo sliro atau tenggang rasa dengan tetangga kita.

Selain contoh di atas, masih banyak lagi contoh - contoh sikap dan budaya Tepo Seliro yang bisa kita terapkan dalam kehidupan kita sehari - hari.

Demikianlah ulasan artikel mengenai Pengertian Sikap Dan Budaya Tepo Seliro Beserta Contohnya. Semoga artikel ini bisa berguna dan bermanfaat untuk kita semua.

Posting Komentar untuk " Pengertian Sikap Dan Budaya Tepo Seliro Beserta Contohnya"