Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Kearifan Lokal Suku Jawa Dan Lingkungan Hidup


Contoh Kearifan Lokal Suku Jawa Dan Lingkungan Hidup
image via pixabay 

Dewasa ini, dunia telah di hadapkan dengan sebuah permasalahan global yang hampir terjadi di setiap negara yakni masalah dan isu mengenai lingkungan hidup. 

Kerusakan ekosistem dan keseimbangan lam yang di akibatkan oleh ulah dan perbuatan manusia telah mengakibatkan terjadinya banyak bencana alam seperti banjir bandang, tanah longsor , kebakaran hutan dan sebagainya. 

Semua itu di akibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri seperti misalnya melakukan penebangan pohon secara liar (illegal loging) dan melakukan industrialisasasi secara besar - besaran tanpa memperhatikan keseimbangan alam.

Ketika kita semakin sadar bahwa  keseimbangan alam dan lingkungan mendapatkan ancaman serius, ternyata adanya beberapa kearifan lokal dari suku - suku bangsa yang ada di Indonesia  justru lebih berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan, bahkan jauh sebelum munculya LSM dan gerakan-gerakan peduli lingkunga yang muncul belakangan ini. 

Bahkan dalam kasus - kasus  tertentu kearifan lokal justru lebih berperan dalam menjaga ekosistem dari pada hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sendiri dalam mengatur pola kehidupan masyarakat. 

Adanya mitos, ritual, dan pitutur luhur yang erat kaitannya dengan keseimbangan alam mampu mengatur kehidupan masyarakat sedemikian rupa dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. 

Namun satu hal yang patut kita sayangkan adalah bahwa keberadaan kearifan lokal tersebut sekarang ini mulai terancam oleh nilai-nilai asing yang turut masuk lewat arus globalisasi.

Dimulai dari adanya revolusi industri di Inggris yakni dengan ditemukannya mesin - mesin modern sebagai pengganti tenaga manusia, maka sejak itu pula di mulai era industrialisasi dunia dalam pembangunan. 

Pada dasarnya adanya pembangunan merupakan sebuah hal yang penting dalam peningkatan ekonomi karena dengan adanya pembangunan maka dapat membuka jalur perekonomian dari rantai produksi, distribusi, hingga ke konsumsi.

Namun kita semua sepertinya mengabaikan bahwa seiring dengan berjalannya waktu maka pembangunan yang digalakkan oleh pemerintah di negara masing-masing telah membawa dampak buruk terhadap lingkungan hidup. 

Pembangunan yang selama ini dilakukan ternyata sebagian besar merupakan pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Pembangunan yang hanya mementingkan kepentingan ekonomi dan pemilik modal saja tanpa memperhatikan sisi keseimbangan antara kegiatan manusia dengan alam sekitarnya.

Pembangunan yang begitu masif dalam bidang dan sektor ekonomi dengan cara  membangun tempat-tempat produksi secara besar-besaran menyebabkan pembangunan berdampak pula pada lingkungan. 

Banyaknya tempat industri baru telah mengurangi daya serap tanah terhadap air, sehingga kemudian memunculah bencana alam seperti banjir bandang  dan tanah longsor. 

Mengekploitasi hutan secara masif sehinga hutan kemudian beralih fungsi yaitu untuk mengontrol kadar CO2 (Karbon dioksida) di alam bebas justru menjadi hilang karena hutan menjadi gundul. Hal tersebut mengakibatkan ancaman global warming semakin nyata sebagai akibat dari peningkatan gas rumah kaca yang merusak lapisan ozon bumi.

Munculnya gejala-gejala alam yang tidak normal seperti badai angin, iklim yang tidak menentu, serta semakin bekurangnya lapisan es di kutub utara dan selatan bumi merupakan bukti bahwa selama ini kegitan manusia hanya berorientasi pada kepentingan pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri tanpa memikirkan kelestarian alam supaya tetap terjaga.

Disisi lain, kearifan lokal merupakan cara berfikir masyarakat tentang keadaan lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik yang berpijak pada norma dan tatanan sosial budaya. Kita dapat melihat adanya berbagai mitos yang ada ternyata sangat efektif untuk mengatur masyarakat sedemikian rupa menyangkut perilaku manusia kepada alam dan lingkungannya. 

Bagaimana keberadaan sebuah tradisi  lokal seperti ritual-ritual penghormatan terhadap penjaga tempat tertentu, seperti hutan, gunung, danau, dan lain sebagainya dapat menumbuhkan integrasi masyarakat untuk bersama-sama saling menghargai keseimbangan alam.

Integrasi sosial dalam masyarakat dapat diartikan sebagai sebuah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian. 

Integrasi sangat dibutuhkan dalam suatu masyarakat karena merupakan sebuah kekuatan bagi masyarakat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosial yang timbul, baik permasalahan internal maupun eksternal.

Integrasi sosial tersebut akhirnya berkembang menjadi sebuah norma dan kearifan lokal. Kearifan lokal merupakan salah satu warisan leluhur yang diturunkan secara turun - temurun, dari generasi ke generasi selanjutnya. 

Mitos Dan Pelestarian Lingkungan Suku Jawa

Mitos adalah salah satu  bagian dari sistem kepercayaan masyarakat. Sistem kepercayaan yang dimiliki suatu masyarakat atau suku tertentu, tentu saja akan berpengaruh pula pada pola pikir dan tingkah laku masyarakat yang nantinya di refleksikan pada cara-cara pengelolaan lingkungan.

Bentuk penghormatan kepada gunung - gunung dan hutan yang diyakini oleh masyarakat sebagai tempat yang “berpenghuni” dalam arti terdapat kekuatan gaib di dalamnya atau masyarakat biasa menyebutnya sebagai tempat angker, ternyata menciptakan cara berperilaku yang tidak jauh dengan prinsip konservasi alam dan lingkungan. 

Dalam prinsip konservasi yang dibutuhkan adalah rasa saling menghormati dan menjaga keseimbangan alam. Masyarakat cenderung akan berpikir ulang jika melakukan kegiatan di tempat-tempat yang dianggap sebagai tempat angker tersebut. 

Mereka akan menjaga dan menghormati tempat-tempat tersebut sehingga kondisi alamnya  tetap terjaga dan terawat dengan baik.

Mitos dalam suku Jawa juga  berlaku pada hewan-hewan tertentu yang dianggap sebagai hewan keramat, seperti ular, kucing, burung gagak, burung hantu, dan sebagainya. Dengan adanya mitos ini kelangsungan hidup hewan tersebut lebih terjamin. 

Keberadaan hewan atau satwa adalah bagian penting dari jaringan ekosistem yang turut pula memainkan perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem yakni memainkan perannya dalam siklus rantai makanan.

Masyarakat Suku Jawa juga mengenal sesajen. Sesajen adalah seperangkat persembahan yang digunakan untuk menghormati penunggu tempat-tempat tertentu, seperti pohon besar, muara sungai, Sendang atau mata air dan sebagainya. Pohon yang diberikan sesajen tentu akan membuat seseorang berfikir seribu kali untuk menebang pohon tersebut. 

Pitutur Luhur Suku Jawa

Dalam falsafah Suku Jawa dikenal adanya sebuah pitutur luhur yang bermakna  kata-kata luhur atau bisa juga diartikan sebagai kata-kata bijak. 

Bagi masyarakat suku Jawa, pitutur luhur diperoleh dari nenek moyang dan leluhur mereka yang telah mengajarkan nilai-nilai kehidupan tentang bagaimana bersikap terhadap sesama manusia maupun cara memanfaatkan kekayaan alam.

Kearifan Lokal Suku Jawa Dan Lingkungan Hidup

Sebagai contoh misalnya kata - kata bijak, "Ojo nggugu karepe dhewe", yang  artinya jangan berbuat sekehendak sendiri. Kata-kata bijak ini mengajarkan tentang bagaimana kita harus mengendalikan diri untuk tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain. 

Kata - kata ini juga mengajarkan kepada kita tentang bagaimana mengelola hawa nafsu, mengendalikan nafsu, dan bukan dikendalikan olehnya. Tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain berarti juga tidak berbuat semena-mena terhadap alam dan lingkungannya. 

Berikut ini dua contoh pitutur luhur suku Jawa, antara lain :

1. Ibu Bumi, Bapak Aksa

Kata tersebut memiliki arti bahwa ibu adalah bumi, sementara bapak adalah langit. Maksudnya adalah bahwa bumi adalah simbol ibu yang memberikan kesuburan tanah sebagai tempat kegiatan pertanian. 

Sedangkan langit adalah simbol bapak yang memberikan keberkahan berupa turunnya air  hujan. Hal ini telah mengajarkan kepada kita bagaimana menyayangi, melindungi, dan menghormati bumi beserta langit sebagaimana kita melakukannya kepada kedua orang tua. 

Jika kita merusak alam dan apa yang ada di bumi, maka langit pun akan ikut marah. Inipun sama jika kita berbuat tidak baik kepada ibu, maka bapak kita pun akan marah, begitu pula sebaliknya. 

Misalnya manusia melakukan pengrusakan terhadap hutan dengan cara melakukan penebangan liar sehingga hutan menjadi gundul dan  membuat ekosistem menjadi terganngu sehingga mengakibatkan perubahan iklim yang tidak menentu. 

Akibatnya langit menunjukan kemarahannya dengan adanya fenomena seperti badai, curah hujan tinggi, dan sebaginya

2. Asta Brata (Delapan Ajaran) 

Asta Brata merupakan sebuah ajaran tentang  kemanusiaan dan kepemimpinan. Ajaran ini juga diajarkan kepada putra mahkota raja-raja jawa pada masa zaman kerajaan dahulu kala. Ajaran ini berseumber  kepada filsafat bumi, air, api, angin, matahari, bulan, bintang, dan awan. 

Dalam perkembangannya kemudian ajaran asta brata ini tidak hanya di berikan kepada putra mahkota kerajaan, tetapi juga kepada seluruh lapisan masyarakat. kedelapan elemen tersebut merupakan elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan memiliki pengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia itu sendiri.

Dalam Babad Tanah Jawa mengupas salah satu ajaran dari Syekh Lemah Abang atau terkenal dengan nama Syekh Siti Jenar dengan konsep manunggal, bersatu. Ajaran ini sangat melekat pada orang-orang kejawen. 

Terlepas benar atau tidaknya dari ajaran ini, sebagaimana sifat sosiologi yang tidak memandang benar atau salah, tapi lebih menekankan apa yang terjadi. Pada awal konsepnya manunggal adalah bersatunya manusia dengan tuhan. 

Namun kosep ini dikembangkan oleh para penganut kejawen. Manunggal diartikan ke dalam banyak hal. Salah satunya adalah manunggal dengan alam.

Kearifan Lokal Dan Hukum Dalam Isu Pelestarian Lingkungan

Hukum merupakan seperangkat aturan yang harus di taati oleh siapapun dan akan di berikan sangsi bagi siapapun yang melanggarnya. Jalannya sebuah aturan hukum sangat di pengaruhi oleh tiga elemen, yakni substansi, struktur, dan legal culture. 

Substansi hukum merupakan materi hukum yang selaras dengan tujuan atau alasan mengapa hukum itu dibuat. Struktur hukum mencangkup lembaga-lembaga penegak hukum yang ada, sedangkan legal culture adalah budaya hukum di dalam kehidupan masyarakat. 

Ketiganya akan  sangat mempengaruhi jalannya suatu aturan hukum. Hukum harus dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan didukung dengan adanya lembaga yang benar-benar secara konsisten dalam menegakkan hukum. 

Kemudian, keduannya juga harus didukung oleh budaya hukum dari masyarakat untuk menjamin dan memastikan berjalannya aturan hukum tersebut.

Di saat kita merasa kurang percaya terhadap aturan hukum yang ada sebagai akibat dari ketidakberdayaan hukum untuk mengatasi masalah kelingkungan hidup dalam mengatur hubungan manusia dengan alam, maka kearifan lokal justru lebih berperan dan lebih efektif. 

Kearifan lokal erat dengan nilai-nilai yang telah mendarah daging di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terutama terjadi pada masyarakat pedesaan, yang mayoritas tidak mengerti hukum, justru lebih mentaati nilai-nilai yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang dan para leluhur mereka. 

Mempertahankan Kearifan Lokal Dalam Masyarakat

Di perlukan suatu usaha yang konsisten dari kita semua untuk mejaga agar kearifan lokal dalam masyarakat tetap terjaga dan terus berkembang dalam masyarakat. Usaha tersebut harus disertai dengan kesadaran akan peranan kearifan lokal yang sangat penting mengatasi isu lingkungan hidup.

Pendidikan tentang kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengintegrasikannya dalam mata pelajaran tertentu, misalnya muatan lokal. Sedangkan untuk menanamkan nilai-nilai kelingkungan dapat dilakukan dengan hal yang sama maupun dengan mata pelajaran khusus, seperti pendidikan lingkungan hidup.

Selain pendidikan formal di sekolah, pendidikan yang lebih penting adalah pendidikan sejak dini yang dimulai dari keluarga dengan memperkenalkan kearifan lokal dan menanamkan sikap kepedulian terhadap lingkungan kepada anak - anak kita.

Demikianlah ulasan artikel tentang  Contoh Kearifan Lokal Suku Jawa Dan Lingkungan Hidup. Sikap kepedulian, dan sikap tanggung jawab mutlak diperlukan dalam usaha menjaga kelestarian lingkungan. menyadari bahwa lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. 

referensi : andinipratiwi123.blogspot.com

Posting Komentar untuk " Contoh Kearifan Lokal Suku Jawa Dan Lingkungan Hidup"