Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keragaman Suku di Indonesia, Beberapa Suku Masih Terbilang Primitif

anak-suku-baduy-banten
credit:instagram@hianusaeka

Apa yang Anda pikirkan saat pertama kali ketika mendengar kata suku primitif di Indonesia? Apakah Anda membayangkan sekumpulan orang bercawat dengan tindikan hidung dan telinga di pedalaman Papua? Atau ingatan Anda langsung melayang ke Suku Dayak di Pedalaman Kalimantan?

Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki kemajemukan yang sangat beragam memiliki kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Salah satu kekayaan bangsa Indonesia adalah suku-suku pedalaman yang masih sangat tradisional.

Namun, ada yang perlu Anda ketahui bahwa tidak semua suku pedalaman merupakan suku primitif, sebab seiring dengan kemajuan zaman, sudah banyak suku-suku pedalaman yang terbawa arus globalisasi.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak dan tersebar di seluruh pulau yang ada di Indonesia. Penduduk Indonesia tersebut mendiami pulau-pulau baik yang sudah menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, masih terisolir dari majunya peradaban, maupun yang sengaja mengasingkan diri dari kemajuan zaman.

Penduduk Indonesia yang sengaja mengasingkan diri itulah yang menyebabkan mereka terasing dan mempunyai kehidupan yang berbeda dengan penduduk Indonesia pada umumnya. Kehidupan mereka masih sangat tradisional, bahkan bisa dikatakan primitif.

Perbedaan Suku Primitif Dan Suku Terasing 

Pengertian Suku Primitif

Kata primitif dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan individu atau masyarakat yang belum terjamah oleh kemajuan peradaban. Mereka adalah suku yang benar - benar belum mengenal kebudayaan modern. Kehidupan masyarakat primitif cenderung terkesan tidak sopan dan tidak mempunyai tata krama. 

Contohnya dalam berpakaian, masyarakat primitif cenderung tidak mengenakan pakaian untuk menutupi tubuhnya. Hanya bagian tubuh tertentu saja yang mereka tutupi dengan bahan yang berasal dari kulit binatang, kulit kayu, kulit buah-buahan, dan lain-lain.

Kebiasaan tersebut tidak hanya berlaku pada laki-laki, tetapi juga perempuan. Tentunya, bagi kita sebagai manusia yang sudah mengenal peradaban tentunya merasa aneh dan risi dengan cara berpakaian mereka bukan?

Namun kita tidak boleh berprasangka buruk terhadap mereka karena realitasnya suku - suku tersebut juga memiliki norma dan kearifan lokal yang mereka jaga dan diwariskan secara turun - temurun dari nenek moyang mereka..

Pengertian Suku Terasing

Suku terasing adalah suku yang benar-benar belum mengenal dan belum tersentuh oleh kebudayaan modern, dalam hal ini, suku terasing terkategori sebagai suku primitif.

Suku terasing dibedakan menjadi dua, yaitu:

Suku terasing yang sudah mengenal dan tersentuh oleh kemajuan kebudayaan modern, tetapi mereka masih mempertahankan dan berpegang teguh kepada kebudayaan nenek moyangnya. Suku terasing jenis ini sudah mau menerima beberapa unsur kebudayaan modern seperti cara berpakaian, sekolah, rumah, dan lain-lain.

Kedua, adalah suku terasing yang memang belum tersentuh kebudayaan dan peradaban modern sehingga dikatakan sebagai suku primitif. Mengenai suku primitif ini dapat Anda baca dalam lanjutan artikel di bawah ini.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa suku terasing bisa menjadi bagian dari suku primitif tetapi tidak semua suku terasing menjadi suku primitif. 

Beberapa contoh suku terasing yang sudah mulai mau menerima unsur-unsur kebudayaan modern, diantaranya:

1. Suku Dayak (Kalimantan)

suku-dayak
credit:instagram@akudayakborneo

Suku Dayak merupakan suku asli yang tinggal di wilayah pedalaman Kalimantan. Dayak merupakan salah satu suku primitif di Indonesia. Mereka hidup secara berkelompok dan nomaden atau berpindah-pindah tempat. Nama Suku Dayak diberikan oleh masyarakat pendatang seperti orang-orang Melayu atau orang-orang Bugis.

Suku Dayak mempunyai semboyan “Menteng Ueh Mamut” yang artinya orang - orang yang mempunyai kekuatan dan gagah berani serta tidak kenal menyerah atau putus asa.

Seiring dengan kemajuan zaman dan datangnya suku-suku lain dari wilayah Indonesia seperti Suku Jawa, Suku Bugis, Suku Melayu, dan suku-suku lainnya maka keberadaan Suku Dayak semakin terdesak.

Suku Dayak yang berpegang teguh kepada keyakinan nenek moyangnya mereka menyingkir ke hutan-hutan pedalaman dan melanjutkan kehidupannya di sana.

Sedangkan Suku Dayak yang mau menerima kaum pendatang mereka mulai berbaur dengan suku-suku lain dan secara perlahan-lahan mereka melepaskan kebudayaan lama dan mau menerima kebudayaan baru

Suku Dayak yang sudah mau menerima kebudayaan baru, mulai meninggalkan paham animisme atau dinamisme yang merupakan kepercayaan nenek moyang mereka.

Mereka mulai memeluk agama seperti agama Islam atau agama Kristen. Mereka juga mulai menyekolahkan anak-anaknya, aktif melakukan kegiatan jual beli, mengenakan pakaian sebagaimana kita, dan bergaul dengan masyarakat lainnya.

2. Suku Baduy (Banten)

suku-baduy
credit:instagram@serang_keren

Suku Baduy merupakan suku asli dari provinsi Banten. Suku Baduy dikenal juga dengan sebutan suku Kanekes, dan mendiami wilayah di sekitar Pegunungan Kendeng, Kabupaten Lebak.

Suku Baduy merupakan satu-satunya Suku Sunda yang masik eksis dan berpegang teguh kepada keyakinan nenek moyangnya. Populasi Suku Baduy diperkirakan masih berjumlah sekitar 5.000 sampai 8.000 jiwa. Mereka masih memegang agama warisan nenek moyang mereka yaitu Sunda Wiwitan.

Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar jika dibandingkan dengan suku-suku pedalaman yang ada di wilayah Indonesia lainnya. Keberadaan Suku Baduy tidak terlepas dari perhatian pemerintah provinsi Banten yang berusaha untuk tetap menjaga dan melestarikan keberadaan suku Baduy di wilayah Banten.

Seperti halnya Suku Dayak, Suku Baduy terbagi menjadi dua jenis, yaitu Suku Baduy dalam yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang dengan tidak mau menerima kebudayaan dari luar, sehingga mereka tampak primitif dan Suku Baduy luar yaitu Suku Baduy yang telah mau menerima kebudayaan dari luar.

Suku Pedalaman yang Masih Primitif di Indonesia

Berbeda dengan suku-suku pedalaman yang telah mau menerima pengaruh kebudayaan dari luar, kehidupan suku-suku primitif yang ada di Indonesia tampak mengerikan dan terkesan nyeleneh.

Misalnya saja mereka masih memakan daging buruan tanpa dimasak terlebih dahulu, hidup di atas rumah-rumah pohon yang menjulang tinggi, tidak berpakaian sama sekali, dan bahkan ada yang bersifat kanibalisme. Mengerikan bukan?

Berikut ini penulis sajikan beberapa suku primitif yang ada di Indonesia yang benar-benar masih primitif dan belum ada sentuhan kebudayaan serta peradaban dari masyarakat luar.

1. Suku Korowai (Papua)

suku-korowai
credit:instagram@asian_nat

Suku Korowai adalah salah satu suku primitif yang tinggal hutan-hutan pedalaman di Provinsi Papua. Populasinya diperkirakan kurang dari 3.000 jiwa dan jumlahnya terus mengalami pengurangan dikarenakan perang antarsuku, terkena penyakit yang tidak bisa disembuhkan, dan habitat yang semakin berkurang.

Suku Korowai hidup di atas rumah pohon yang tinggi menjulang, di mana ketinggiannya bisa mencapai 50 meter di atas permukaan tanah. Rumah pohon tersebut tidak hanya tinggi menjulang tetapi juga berukuran sangat besar.

Diperkirakan setiap rumah pohon berukuran 6 m x 11 m x 7 m, yang terbagi atas dua ruangan, yaitu ruangan khusus untuk pria dan ruangan khusus untuk wanita. Rumah tersebut terbuat dari pelepah daun nipah dan kulit kayu yang dihaluskan.

Suku Korowai dipercaya melakukan praktek kanibalisme yaitu memakan daging manusia. Selain memakan daging manusia manusia, Suku Korowai juga memakan daging anjing, babi, dan binatang hutan lainnya.

2. Suku Kombai (Papua)

suku-kombai

Suku Kombai merupakan suku primitif lainnya yang tinggal di Pulau Papua. Suku Kombai pun hidup di atas rumah pohon. Kebutuhan hidup mereka dipenuhi dengan cara berburu dan meramu. Sayangnya belum ada penelitian lebih jauh mengenai kehidupan Suku Kombai dikarenakan kebiasaan mereka yang nomaden.

3. Suku Dayak Ngayau (Kalimantan)

suku-dayak-ngayau
credit:instagram@silvanusboteng

Ngayau sebenarnya hanya merupakan sebutan yang berarti memotong kepala musuh. Suku Dayak Ngayau adalah Suku Dayak yang masih bersifat primitif dan tinggal di hutan-hutan pedalaman Kalimantan. Seperti halnya Suku Korowai, Suku Dayak Ngayau dipercaya bersifat kanibalisme.

4. Suku Togutil (Halmahera, Maluku)

suku-togutil
credit:instagram@genpiindonesia

Suku Togutil merupakan suku primitif yang tinggal Kepulauan Halmahera Provinsi Maluku Utara. Diperkirakan populasi Suku Togutil hanya tinggal 85 keluarga. Cara berpakaian suku Togutil sama dengan Suku Korowai, Suku Kombai, dan Suku Dayak Ngayau di mana mereka tidak mengenakan pakaian seperti kita melainkan hanya mengenakan cawat yang menutupi alat vital mereka.

Suku Togutil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Tobelo dan bahasa Galela yang merupakan bahasa nenek moyang mereka.

Semoga keberadaan suku primitif di Indonesia mendapat perhatian dari pemerintah agar keberadaan mereka tetap lestari dan menjadi salah satu aset budaya yang tidak ternilai harganya.

Demikianlah ulasan artikel mengenai Keragaman Suku di Indonesia, Beberapa Suku Masih Terbilang Primitif. Semoga ulasan ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan untuk para pembaca semua.

Posting Komentar untuk " Keragaman Suku di Indonesia, Beberapa Suku Masih Terbilang Primitif "