Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kerajaan Banten - Pusat Bisnis Internasional yang Tinggal Kenangan

Kerajaan Banten - Pusat Bisnis Internasional yang Tinggal Kenangan
credit:instagram@budayaainggeh

Kerajaan Banten dimasa lalu pernah mengalami masa dan puncak kejayaan, namun saat ini hanyalah tinggal kenangan. Kerajaan yang menggunakan nama kesultanan Banten tersebut merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri dan menjadi kebanggaan masyarakat di Provinsi Banten, Indonesia.

Keberadaan Kerajaan Banten ini sejatinya sudah diawali sejak 1526. Ketika itu, Kerajaan Demak di pulau Jawa membuat sebuah kebijakan dalam hal perluasan daerah dan pengaruhnya hingga ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa.

Cara yang ditempuh adalah dengan melakukan penaklukan-penaklukan pada beberapa kawasan yang berada di sekitar pelabuhan. Kawasan tersebut yang kemudian dijadikan sebagai salah satu kekuatan dalam wujud pembentukan pangkalan-pangkalan militer serta pusat terjadinya transaksi perdagangan.

Adalah sosok yang bernama Maulana Hasanuddin, yang kemudian kita kenal sebagai putera dari sosok tersohor Sunan Gunung Jati (Salah satu Walisongo), yang memilik andil besar dalam hal penaklukan ini. Hingga kemudian setelah penaklukan itu terjadi, Maulana Hasanuddin segera mendirikan benteng pertahanan untuk menahan serangan musuh.

Benteng tersebut kemudian dinamakan Benteng Surosowan. Benteng ini kelak akan menjadi pusat pemerintahan Banten yang menjadikan kerajaan Banten sebagai sebuah kerajaan yang berdiri sendiri, karena kala itu Banten masih berpusat di Banten Girang.

Kerajaan Banten dengan segala dinamikanya pada akhirnya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Banten. Kerajaan Banten ini mampu bertahan selama hampir 3 abad lamanya. Bahkan dalam sebuah catatan, banyak sakali disebutkan bahwa Kerajaan Banten sempat mengalami masa keemasan dan kejayaannya.

Namun, kesuksesan kerajaan Banten berbarengan dengan mulai berdatangannya para penjajah dari Eropa. Para penjajah ini memberikan pengaruhnya tersendiri di daerah-daerah yang mereka singgahi.

Melihat kejayaan Kerajaan Banten saat itu, Belanda mulai menggunakan kelicikannya dengan mulai mengatur strategi mulai dari perang saudara, persaingan kekuatan memperebutkan sumber daya atau perdagangan, dan ketergantungan pada persenjataan. Hal itu secara perlahan kemudian melemahkankan hegemoni kerajaan ini atas wilayah yang mereka miliki.

Sejarah kemudian mencatat, bahwa Kerajaan Banten runtuh pada 1813 yang juga diwarnai dengan hancurnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan kerajaan tersebut. Para pemuka di Kerajaan ini pada akhirnya hanya menjadi raja yang kebijakannya berada di bawah pimpinan kolonial di Hindia Belanda. 

Awal Terbentuknya Kerajaan Banten

Keberadaan Kerajaan Banten pada awalnya berada di kawasan Banten Girang yang juga masih bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak yang berada di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin sejatinya bertugas untuk melakukan tugas dalam misi melakukan penyebaran agama Islam, selain untuk melakukan perluasan wilayah.

Kerjasama yang dilakukan antara Kerajaan Sunda dan Portugal yang berkaitan dengan bidang ekonomi dan politik menjadi ancaman tersendiri bagi Demak. Pasalnya, Demak sempat mengalami kekalahan saat melakukan pengusiran terhadap Portugal dari Melaka pada  ahun 1513.

Berdasarkan perintah yang disampaikan Sultan Trenggono, maka bersama dengan Fatahillah kemudian dilakukan penaklukkan Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan utama di kerajaan Sunda pada 1527. Sukses melakukan penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin kemudian mulai melakukan ekspansi wilayahnya.

Selain membangun benteng pertahanan yang nantinya menjadi pusat Kerajaan Banten, ia juga melakukan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada yang berada di Lampung dan sekitarnya. Sebagai ulama, Maulana Hasanuddin pun terus saja melakukan perannya sebagai penyebar agama Islam.

Akan tetapi bersamaan dengan kemunduran kerajaan Demak, terlebih saat sang pemimpin yang bernama Sultan Trenggono meninggal, Banten yang semula menjadi bagian dari Demak, mulai melakukan pelepasan diri dan menjadi Kerajaan Banten yang mandiri. 

Kemudian, dipilihlah sosok Maulana Yusuf yang tak lain adalah putra dari Maulana Hasanuddin untuk menaiki tahta sebagai sultan. Ini terjadi pada tahun 1507.

Maulana Yusuf inilah yang berperan banyak dalam hal membangun kerajaan ini. Ini dilakukan dengan melakukan ekspansi kerajaan ke kawasan pedalaman sunda yang dilakukan dengan cara menaklukan Pakuan Pajajaran pada tahun 1579.

Kejayaan kerajaan ini terus berkibar. Bahkan ketika Maulana Yusuf meninggal dan digantikan oleh anaknya yang bernama Maulana Muhammad. Maulana Muhammad kemudian mencoba menguasai Palembang pada 1596. 

Hal ini dimaksudkan sebagai usaha kerajaan ini guna mempersempit ruang gerak dari keberadaan Portugal di Nusantara. Namun, Maulana Muhammad gagal dan ia gugur dalam penaklukan tersebut.

Kemudian, tampuk kepemimpinan kerajaan ini diserahkan kepada putra Maulana Muhammad yang bernama Pangeran Ratu yang sekaligus menjadi raja pertama di tanah jawa yang memakai gelar sultan pada 1638. Ia pun dikenal dengan sebutan nama Arabnya yaitu Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir.

Pada masa pemerintahannya Kerajaan Banten terus menorehkan kegemilangannya, terutama sekali dalam bidang diplomasi dengan kekuatan lain. Hal ini kemudian terlacak oleh para sejarawan dengan adanya surat Sultan Banten kepada Raja Inggris, James I, pada tahun 1605, dan surat pada tahun 1629 kepada Charles I.

Akhir Kejayaan Kerajaan Banten

Kerajaan Banten
credit:instagram@galery_inspirations

Sesuai dengan letak geografisnya, Kerajaan Banten dikenal sebagai kerajaan yang sangat maju di bidang maritim, dan kerajaan ini pun terkenal dengan dunia perdagangan dalam menopang perekonomian. 

Kerajaan ini saat itu berperan menjadi perantara diantara para pedagang kala itu. Salah satu alasan berkembangnya kerajaan ini adalah monopoli perdagangan lada di Lampung yang dilakukannya.

Bahkan, kerajaan ini kala itu mampu menjadikan kawasannya sebagai pusat niaga yang penting di dunia. Kondisi perdagangan di kerajaan ini memang berkembang hingga ke penjuru Nusantara.

Kerajaan ini menjadi kawasan yang multi etnis karena saat itu wilayahnya banyak disinggahi oleh pedagang dari berbagai negara. Hubungan bisnis dilakukan oleh kerajaan ini dengan beberapa negara, seperti Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina, dan juga negara Jepang. 

Dalam melakukan hubungan bisnis, kerajaan ini juga mendapatkan bantuan dari Inggris, Denmark, dan Tionghoa.

Sementara jika dilihat dari masa kepemimpinan, maka masa puncak kejayaan dan keemasan kerajaan ini adalah saat Banten dipimpin oleh sosok Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Sultan ini sangat terkenal dengan segala kecerdasan dan terobosannnya.

Bahkan di tangan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten berhasil mempunyai armada mengagumkan seperti yang dibangun oleh bangsa Eropa. Kerajaan ini juga berhasil menggaji orang-orang Eropa yang bekerja pada kerajaan ini.

Sementara dalam hal melakukan pengamanan jalur pelayarannya, kerajaan ini juga mengutus armada lautnya hingga berhasil menaklukkan Sukadana atau juga yang biasa disebut dengan Kerajaan Tanjungpura yang sekarang menjadi Kalimantan Barat pada tahun 1661. 

Kerajaan ini pun terus berusaha keluar dari tekanan tekanan atas dominasi VOC yang sudah melakukan banyak blokade pada setiap kapal dagang yang hendak berbisnis dan menuju kerajaan ini.

Akan tetapi, kesuksesan dan kejayaan tersebut kemudian menjadi awal kehancuran kerajaan ini di mata para pengamat. Pasalnya, pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, kerajaan ini mulai bergejolak di ranah internal keluarga sultan. 

Ia berseteru dengan putranya sendiri yang bernama Sultan Haji atau atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang ingin menguasai sebagian kerajaan ini.

Kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh Belanda dengan VOC-nya dengan memberi dukungan kepada Sultan Haji. Maka terjadilah perpecahan di Kerajaan Banten dan Sultan Ageng Tirtayasa kalah karena Sultan Haji diam-diam mengutus orang ke kerajaan Inggris di London guna mendapatkan bantuan terutama dalam hal persenjataan.

Demikianlah sekelumit sejarah Kerajaan Banten yang sekarang hanya tinggal puing-puingnya saja. Semoga ulasan singkat ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan Anda.

Posting Komentar untuk " Kerajaan Banten - Pusat Bisnis Internasional yang Tinggal Kenangan"