Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita Legenda Candi Prambanan

Legenda tentang candi Prambanan muncul seiring dengan ditemukannya candi tersebut pada tahun 1733 silam. Pada saat itu, belum diketahui latar belakang sejarah berdirinya candi Prambanan tersebut sehingga kemudian terciptalah legenda terkait dengan Candi Prambanan itu.

Namun demikian, tentu saja kisah legenda tentang Candi Prambanan hanyalah cerita imajinasi dari penduduk setempat untuk menjelaskan asal-muasal pembangunan candi berarsitektur indah itu. Dalam legenda Candi Prambanan tersebut, dikisahkan bahwa para pembuat ratusan candi tersebut bukanlah manusia biasa, melainkan para jin dan raksasa. Hal itu berdasarkan pada jumlah candinya yang sangat banyak dan ukurannya yang besar-besar.

Legenda Candi Prambanan - Kisah Legenda Masyarakat Indonesia

Legenda tentang Candi Prambanan merupakan salah satu kisah rakyat legenda yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Karena kisah legenda ini diwariskan secara lisan dan turun temurun, maka kisah legenda Candi Prambanan ini telah mengalami banyak perubahan jalan cerita. 

Ada banyak versi cerita yang beredar, akan tetapi pada intinya tetap sama yaitu berisi cerita kisah kasih tak sampai antara Bandung Bondowoso dengan Roro Jonggrang.

Pertikaian Kerajaan Pengging dan Kerajaan Boko

Salah satu versi legenda tentang Candi Prambanan yang beredar di masyarakat mengisahkan antara dua kerajaan Hindu di daerah Prambanan. Dua kerajaan itu adalah Kerajaan Pengging dan Kerajaan Boko. 

Kerajaan Pengging dipimpin oleh seorang raja yang baik dan bijaksana yang bernama Prabu Damar Moyo. Sang Raja memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Bandung Bondowoso. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan yang subur dan makmur. Seluruh rakyatnya hidup bahagia dan makmur.

Tidak jauh dari Kerajaan Pengging, berdiri pula sebuah kerajaan yang lain yang bernama Kerajaan Boko. Dinamakan Kerajaan Boko karena dipimpin oleh seorang raja yang bernama Boko. Raja ini berwujud raksasa besar dan memiliki sifat yang kejam. Raja Boko memiliki seorang anak perempuan yang cantik jelita yang bernama Roro Jonggrang.

Raja Boko yang tamak merasa iri terhadap kerajaan Pengging dan ingin menguasai kerjaan yang makmur itu. Raja Boko kemudian menggalang kekuatan yang dimilikinya untuk menyerang Kerajaan Pengging dan mengerahkan Patih Gupolo yang berwujud raksasa. 

Raja Boko bersama Patih Gupolo memanggil para pemuda di kerajaannya dan melatihnya menjadi prajurit perang. Raja Boko mengumpulkan harta benda rakyatnya sebagai bekal berperang untuk merebut Kerajaan Pengging.

Setelah seluruh persiapan dilakukan dengan matang, maka berangkatlah Raja Boko ini beserta dengan pasukannya menuju ke Kerajaan Pengging. Raja Damar Moyo tidak tinggal diam terhadap penyerangan yang dilakukan oleh Raja Boko. 

Ia pun mengerahkan prajuritnya untuk menghadapi prajurit Raja Boko itu. Maka, perang yang sengit pun terjadi. Pertempuran tersebut berlangsung lama dan sangat menguras tenaga para prajurit di kedua belah pihak. Banyak korban berjatuhan baik dari pihak Kerajaan Pengging maupun dari pihak Kerajaan Boko.

Raja Damar Moyo yang berhati baik merasa sedih sekaligus marah melihat banyak prajuritnya yang mati. Ia berpikir bagaimana caranya supaya perang bisa dihentikan lebih cepat agar korban tidak bertambah banyak. 

Raja Damar Moyo kemudian memanggil anaknya, yaitu Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso dikenal sebagai anak raja yang memiliki kekuatan sakti mandraguna dan memiliki pasukan jin yang tunduk kepadanya.

Roro Jonggrang yang Cantik Jelita

Raja Damar Moyo kemudian mengutus anaknya untuk maju menghadapi langsung Raja Boko yang tengah beringas. Bandung Bondowoso menuruti perintah ayahnya dan langsung pergi ke tengah medan perang mencari Raja Boko. 

Kemudian, terjadilah duel yang sengit antara Bandung Bondowoso dengan Raja Boko. Keduanya saling menyerang dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Namun, rupanya kekuatan Bandung Bondowoso lebih hebat sehingga Raja Boko terluka dan akhirnya meninggal.

Melihat rajanya telah mati di tangan musuh, Patih Gupolo ketakutan lalu melarikan diri. Bandung Bondowoso mengejarnya terus hingga ke Kerajaan Boko. Patih Gupolo rupanya melapor kepada Roro Jonggrang perihal kematian ayahnya. Patih itu juga menjelaskan bahwa yang membunuh Raja Boko di medan perang adalah Bandung Bondowoso.

Roro Jonggrang tidak bisa menyembunyikan rasa sedih kehilangan ayahnya, maka ia pun menangis tak henti-henti. Tangisan itu terdengar oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso langsung menghampiri Roro Jonggrang. 

Ia merasa iba melihat Roro Jonggrang begitu sedih dan menderita kehilangan ayahnya. Namun, dibalik itu, Bandung Bondowoso terpesona melihat paras cantik Roro Jonggrang.

Pinangan Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang

Cerita Legenda Candi Prambanan

Raden Bandung Bondowoso yang jatuh hati pada putri Roro Jonggrang kemudian menyampaikan niatnya untuk mempersunting Roro Jonggrang menjadi istrinya. Roro Jonggrang tentu saja menolak pinangan tersebut karena Bandung Bondowoso adalah orang yang menyebabkan ayahnya meninggal dunia. 

Namun, putri yang cantik jelita itu tidak berani langsung menolak karena takut dengan kesaktian Bandung Bondowoso. Maka, ia pun mencari akal untuk bisa menggagalkan pinangan raden Bandung Bondowoso itu.

Roro Jonggrang kemudian mengajukan dua persyaratan. Ia bersedia menjadi istri Bandung Bondowoso jika dibuatkan dulu sebuah sumur Jalatunda dan seribu candi dalam waktu semalam. Bandung Bondowoso yang sakti mandraguna kemudian menyanggupi dua permintaan itu. Ia menggali tanah sampai dalam untuk membuat sumur Jalatunda.

Setelah sumur itu selesai dibuat, ia kemudian memanggil putri Roro Jonggrang untuk melihatnya. Roro jonggrang memerintahkan Bandung Bondowoso untuk turun masuk ke dalam sumur memeriksa kedalaman sumur tersebut. 

Namun, saat Raden Bandung Bondowoso berada di dalam sumur, Roro Jonggrang memerintahkan Patih Gupolo untuk mengisi sumur itu dengan bebatuan. Roro Jonggrang dan Patih Gupolo berharap Bandung Bondowoso akan mati tertimbun batu di dalam sumur.

Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Bandung Bondowoso tidak mati seperti yang diharapkan oleh putri Roro Jonggrang. Berkat kesaktiannya, ia dapat bertahan dan keluar dari sumur Jalatunda dalam keadaan masih hidup. 

Ia kemudian menghampiri Roro Jonggrang dengan sangat marah dan akan membuat perhitungan sebagai balasan atas kecurangan yang telah dilakukan terhadapnya. Roro Jonggrang ketakutan dan langsung meminta maaf menyesali perbuatannya.

Hati Bandung Bondowoso pun luluh dan memaafkan Roro Jonggrang. Meski begitu, tidak berarti pernikahan di antara mereka langsung dapat diselenggarakan karena Roro Jonggrang masih memiliki permintaan yang kedua.

Sebagai kesatria sejati yang tidak pernah ingkar janji, maka Bandung Bondowoso masih mau menyanggupi persyaratan kedua tersebut. Walaupun ada perasaan takut jika dicurangi lagi, ia berani untuk membuktikan kesungguhan niatnya mempersunting Roro Jonggrang. 

Maka, Raden Bandung Bondowoso pun lalu memulai pekerjaannya membangun seribu candi dalam waktu satu malam. Ia memanggil seluruh pasukan jin yang dimilikinya untuk membantunya membangun candi tersebut.

Roro Jonggrang memperhatikan pembangunan candi tersebut. Ia melihat Bandung Bondowoso dan pasukannya tidak mengalami kendala apa pun. Satu per satu candi yang dimintanya berdiri tegak, makin lama semakin banyak. 

Ia merasa sangat khawatir candi itu akan selesai di bangun tepat pada waktunya karena di dalam hatinya ia tetap tidak mau menjadi istri Bandung Bondowoso. Putri Roro Jonggrang kemudian mengatur siasat untuk membatalkan penyelesaian seribu candi yang sedang dibuat itu.

Roro Jonggrang kemudian memerintahkan para pelayannya untuk membakar jerami di arah timur untuk membuat kesan fajar menyingsing. Pelayan yang lainnya ditugaskan untuk menumbuk padi sebagai aktivitas pagi hari orang-orang di kerajaan itu.

Ayam-ayam jantan dibuat berkokok bergantian untuk menandakan pagi benar-benar telah tiba. Situasi yang sangat meyakinkan tersebut membuat para jin pasukan Bandung Bondowoso segera menghentikan pekerjaannya dan berhamburan pergi menghindari sinar matahari.

Bandung Bondowoso tidak bisa menghentikan kepergian para jin itu. Ia lantas memanggil Roro Jonggrang dan mulai menghitung jumlah candi yang telah selesai dibangun. 

Roro Jonggrang merasa lega karena ternyata jumlah candinya tidak sampai genap seribu, tetapi hanya ada 999 buah candi. Itu berarti Roro Jonggrang tidak jadi diperistri oleh Bandung Bondowoso. Namun, hal itu tentu saja sangat mengecewakan hati Raden Bandung Bondowoso.

Saat ia menyadari bahwa fajar belumlah tiba, dan ia tahu bahwa Roro Jonggrang telah menipunya lagi. Hal itu membuat dirinya murka dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi yang ke-1000. Dalam seketika, Roro Jonggrang pun berubah menjadi arca melengkapi sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi yang sudah ada.

Demikianlah kisah legenda Candi Prambanan yang diceritakan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi berikutnya selama bertahun-tahun. Legenda Candi Prambanan ini tentu tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena dibuat berdasarkan imajinasi manusia. 

Hal itu terbukti dengan banyaknya ketidaksesuaian cerita dengan fakta di lapangan. Salah satunya adalah jumlah candi yang ada.

Dalam legenda Candi Prambanan, disebutkan jumlah yang dibangun mencapai seribu buah candi. Pada kenyataannya, komplek Candi Prambanan hanya memiliki 240 candi. Bagaimana, apakah Anda termasuk orang yang mempercayai legenda Candi Prambanan tersebut? Itu semua tergantung pada diri Anda.

Posting Komentar untuk " Cerita Legenda Candi Prambanan"