Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Lebih Jauh Adat Istiadat Jawa Barat

suku-baduy

Masyarakat Jawa Barat terdiri atas beberapa suku bangsa yang tersebar di hampir seluruh wilayah di Jawa Barat. Meskipun terdiri atas beberapa suku bangsa, namun pada dasarnya adat istiadat Jawa Barat adalah sama. 

Begitu pun dengan bahasa masyarakat Jawa Barat yang umumnya menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Pada umumnya, masyarakat Sunda memiliki falsafah hidup yang berbunyi “bengkuang ngariung, bongkok ngaroyot” yang memiliki arti kerabat tidak mudah berpisah atau saling rasa berjauhan, meskipun satu sama lain tidak berdekatan tempat tinggalnya.

Anda pasti ingin mengetahui lebih banyak tentang adat istiadat Jawa Barat bukan? Untuk itu bacalah artikel ini karena di dalamnya akan membahas seluk-beluk masyarakat Jawa Barat. Adat istiadat orang sunda yang diwariskan oleh para leluhurnya itu masih dilestarikan hingga kini, bahkan menjadi pedoman bagi kehidupan sosial masyarakatnya.

Tahukah Anda, selain memiliki ciri khas dalam berbahasa, masyarakat Sunda juga sangat mencintai kesenian? Di antara ciri khas dari kesenian tradisional masyarakat Sunda adalah kesenian dengan sikap yang perasa, gembira dan juga terbuka.

Beberapa adat istiadat Jawa barat yang hingga kini masih dilestarikan dan dijaga kelangsungannya agar tidak lekang oleh waktu adalah sebagai berikut.

Upacara Adat Jawa Barat

Adat istiadat orang sunda yang diwariskan oleh para leluhurnya hingga saat ini masih dipelihara dan dihormati. Upacara adat yang bersifat ritual maupun spiritual masih tetap dilakukan dengan tujuan sebagai wujud syukur dan permohonan kepada Tuhan atas kesejahteraan dan keselamatan masyarakatnya.

Dalam siklus hidup manusia, masyarakat sunda biasa melakukan upacara-upacara yang bersifat ritual adat, misalnya upacara adat kehamilan, kelahiran, anak-anak, perkawinan, kematian dan lain-lain.

Begitu pun dalam kegiatan pertanian dan keagamaan, masyarakat Sunda sering melakukan upacara adat yang tak kalah unik dan menarik. 

Ingin tahu lebih jelasnya, bacalah penjelasan tentang kegiatan upacara adat istiadat Jawa Barat berikut ini:

1. Upacara Adat pada Masa Kehamilan

upacara-tingkeban

a. Upacara Mengandung Empat Bulan

Masyarakat Jawa barat zaman dulu menganggap wanita hamil dua atau tiga bulan sebagai mengidam. Setelah lewat tiga bulan, baru dapat disebut hamil. Upacara yang dilakukan pada saat mengandung empat bulan tersebut mempunyai tujuan memberitahukan kepada tetangga dan kerabat bahwa wanita itu benar-benar sudah hamil.

Hal itu tentu berbeda dengan zaman sekarang. Orang-orang melakukan upacara ketika kehamilan menginjak bulan keempat. Masyarakat percaya ketika masa kehamilan tersebut merupakan waktu roh tersebut ditiupkan sang janin dalam kandungan. 

Upacara empat bulanan ini biasanya dengan pengajian, selamatan untuk dibacakan doa kesempurnaan fisik, kesehatan sang jabang bayi dan keselamatan.

b. Tingkeban (Upacara Tujuh Bulan)

Upacara ini lebih terkenal dengan istilah tingkeban, dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan. Upacara ini bertujuan agar bayi dan ibu selamat ketika menghadapi hari persalinan.

Dinamakan tingkeban, karena “tingkep” artinya tutup. Tutup mempunyai arti bahwa wanita hamil pada usia tersebut hendaknya tidak diperbolehkan melakukan hubungan suami istri hingga empat puluh hari pasca persalinan. Selain itu wanita hamil juga dilarang melakukan pekerjaan yang menguras banyak tenaga, karena kandungannya sudah membesar.

Hal tersebut memiliki tujuan untuk menghindarkan ibu hamil dari hal-hal buruk di kemudian hari. Pada upacara ini biasanya diadakan pengajian yang membacakan ayat suci Al-Quran, misalnya surat Yusuf, Maryam, dan surat Lukman.

Selain itu, ada beberapa orang yang masih melaksanakan tradisi membersihkan tubuh wanita yang tengah hamil dengan air kembang tujuh rupa, dimandikan tujuh kerabat secara bergantian, dan digantikan tujuh kain setiap kali guyuran.

Kemudian, ketika guyuran yang ketujuh, belut dimasukkan hingga jatuh pada perut si ibu hamil yang bertujuan agar bayi yang akan dilahirkan bisa keluar dengan lancar seperti tekstur belut yang licin.

Selain ini masih banyak serangkaian upacara lainnya, seperti belah kelapa gading, jualan rujak kanistren yang dilakukan ibu hamil, dan lain-lain.

c. Upacara Usia Sembilan Bulan

Upacara ini diselenggarakan, jika kandungan telah memasuki usia sembilan bulan. Ketika menyelenggarakan tradisi tersebut, biasanya akan diadakan pengajian yang bertujuan agar bayi dalam kandungan bisa segera terlahir ke dunia dengan selamat.

d. Upacara Reuneuh Mundingeun

Upacara ini diselenggarakan jika kandungan telah memasuki usia lebih dari sembilan bulan, akan tetapi belum juga melahirkan.

2. Upacara Kelahiran dan Masa Bayi

upacara-nurunkeun
credit:instagram@metasapi

a. Upacara Memelihara Tembuni

Upacara ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada plasenta atau ari-ari. Upacara ini harus dilakukan karena plasenta dianggap bagian dari keluarga bayi sehingga ketika membuang pun tidak diperbolehkan sembarangan.

b. Upacara Nenjrag Bumi

Upacara ini dilakukan dengan cara menggebrak palu di dekat bayi tersebut sebanyak tujuh kali. Upacara ini dilakukan dengan tujuan agar bayi tidak gampang kaget atau terkejut saat mendengar bunyi-bunyian.

c. Upacara Puput Puser

Upacara ini dilakukan pada saat pusar bayi mulai lepas. Dilakukan dengan mengadakan selamatan kecil-kecilan.

d. Upacara Ekah

Upacara ini dilakukan sebagaimana ajaran umat islam, yakni aqiqah. Upacara ini dilakukan dengan tujuan untuk membalas anugerah dari Tuhan berupa buah hati, sebagai wujud syukur karena Tuhan telah menganugerahkan anak.

Upacara ini biasanya dilakukan saat bayi berumur 7 hari, 14 hari, atau biasa juga pada saat bayi berumur 21 hari. Pada saat umumnya orang tua akan menyembelih 2 ekor domba untuk bayi laki-laki dan 1 ekor domba untuk bayi perempuan.

e. Upacara Nurunkeun

Upacara ini dilakukan pada saat bayi pertama kali menginjakkan halaman rumah. Tujuannya adalah agar bayi mampu beradaptasi dan memberitahukan pada para tetangga dan kerabat bahwa bayi sudah bisa diajak keluar rumah.

Selain yang disebutkan tersebut, masih banyak upacara lainnya, seperti Upacara Cukuran, Upacara Turun Taneuh. Begitu pun pada upacara masa anak-anak, seperti Upacara Gusaran, dan Upacara Sepitan/Sunatan.

3. Upacara Adat Perkawinan 

Nincak Endog
credit:instagram@im_naiphoto

Pada saat pernikahan pun, akan diadakan beberapa upacara sebelum akad nikah, yaitu sebagai berikut:

1. Neundeun Omong, yaitu kunjungan orang tua pihak lelaki ke rumah pihak perempuan untuk silaturahmi dan pendekatan.

2. Ngalamar, yaitu kunjungan orang tua pihak lelaki untuk melamar si gadis. Biasanya dalam kunjungan tersebut akan dibahas waktu pernikahan.  

3. Seserahan, yaitu pihak keluarga lelaki menyerahkan anaknya kepada calon mertuanya untuk dinikahkan pada si gadis. Pada upacara ini biasanya, pihak keluarga lelaki membawa barang-barang berupa uang, perhiasan, kosmetik, kue, buah-buahan, mahar dan lain-lain sesuai kemampuan pria.

Setelah melaksanakan upacara sebelum akad nikah, upacara selanjutnya adalah upacara adat akad nikah yang dilakukan setelah memenuhi semua ketentuan yang telah ditetapkan dalam agama Islam dan adat. 

Setelah upacara akad nikah dilaksanakan, maka akan diadakan upacara adat sesudah akad nikah, yaitu sebagai berikut:

1. Munjungan/sungkeman, yaitu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin sungkem pada kedua orangtuanya untuk meminta doa restu.

2. Upacara Sawer (Nyawer), yaitu upacara yang dilakukan dengan cara menyebarkan uang receh, uang kertas, bunga, beras kuning, dan dua buah tektek, dan permen kepada kedua mempelai dan tamu undangan.  

3. Upacara Nincak Endog, biasa disebut dengan upacara injak telur. Upacara ini dilakukan setelah upacara saweran selesai.

4. Upacara Buka Pintu, yaitu upacara yang dilakukan secara berurutan setelah upacara nincak endog.  

5. Upacara Huap Lingkung, yaitu upacara yang dimaksudkan untuk kedua mempelai bisa saling memberi dengan tulus, ikhlas, sepenuh hati, dan tanpa batas.

4. Upacara Adat Kematian

mendak-taun
credit:instagram@laily_zielshop

Beberapa ritual atau upacara adat istiadat Jawa Barat untuk orang yang sudah meninggal hampir sama dengan yang dilakukan orang-orang jawa pada umumnya.

Upacara-upacara tersebut, yaitu memandikan mayat, mengkafani, menyolatkan, menguburkan, menyusur tanah dan tahlilan atau pembacaan doa dan dzikir kepada Allah agar almarhum diterima amal ibadahnya dan diampuni segala dosa-dosanya, serta agar keluarganya tetap sabar dalam menghadapi ujian.

Upacara tahlilan biasanya dilakukan satu hari kematian (poena), tiga hari (tiluna), tujuh hari (nujuh hari), 40 hari (matang puluh), seratus hari (natus), satu tahun (mendak taun), dan seribu hari (nyewu).

5. Upacara Adat Bertani

seren-taun
credit:instagram@sqcupumanik

Upacara ini dibagi atas beberapa tahapan, di antaranya sebagai berikut:

1. Upacara Adat Seren Taun, yaitu upacara adat yang dilakukan pada saat mengangkut padi (ngakut pare) dari sawah ke lumbung padi (leuit) dengan memakai alat pikulan khusus yang disebut rengkong dengan iringan musik tradisional yang ditabuh.

2. Upacara Adat Kawin Tebu, yaitu upacara yang dilaksanakan sebagaimana upacara perkawinan manusia, yaitu satu batang tebu dikawinkan dengan satu tebu yang lainnya dalam suatu prosesi upacara. 

Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas hasil pertanian yang dicapai dan sebagai permohonan kepada Tuhan agar hasil panen tahun berikutnya bisa lebih baik lagi.  

3. Upacara Adat Ampih Pare, yaitu upacara yang dilakukan saat menyimpan hasil panen padi dari sawah ke lumbung padi atau yang disebut leuit.

4. Upacara Adat Ngarot, yaitu upacara yang dilakukan pada saat dimulainya musim tanam.

5. Upacara Adat Sedekah Bumi, yaitu upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.

6. Upacara Adat Pesta Laut, yaitu upacara yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang diperoleh para nelayan, dan sebagai bentuk doa agar para nelayan diberi kesehatan dan keselamatan, serta bisa meraih hasil laut yang melimpah.

Demikianlah ulasan artikel tentang  Mengenal Lebih Jauh Adat Istiadat Jawa Barat. Semoga artikel tentang adat istiadat tersebut bermanfaat bagi kita semua.

Posting Komentar untuk " Mengenal Lebih Jauh Adat Istiadat Jawa Barat"