Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Permainan Kata - Kata Dalam Bahasa Jawa

Permainan Kata - Kata Dalam Bahasa Jawa
credit:instagram@ka_wula_alit

Bahasa Jawa dianggap sebagai bahasa dengan susunan yang cukup sulit. Selain mempunyai jenjang pemakaian (bahasa Jawa dikelompokan jadi tiga jenis, yakni basa krama alus, basa krama madya, dan basa ngoko), bahasa Jawa juga sarat dengan lambang dan beberapa pesan terselip yang ada didalamnya.

Permainan Kata - Kata Dalam Bahasa Jawa

Permainan kata bahasa Jawa seperti kerata basa dan cangkriman dianggap sebagai langkah termudah untuk memahami bahasa yang sarat dengan pesan terselip ini.

Kerata basa

Kerata basa adalah permainan kata yang cukup unik dalam bahasa Jawa. Permainan seperti ini susah ditemukan pada bahasa lainnya. Kerata basa ialah permainan menguraikan satu kata berdasarkan karakter atau makna kata itu. 

Kerata basa serupa dengan akronim, tetapi bila akronim sebagai kependekan yang bisa diucapkan seperti sebuah kata, kerata basa ialah satu kata yang mempunyai makna dan diuraikan sama sesuai dengan makna kata tersebut.

Keterangan mengenai kerata basa akan menjadi lebih mudah bila kita melihat contoh-contoh berikut ini:

Kata katok (celana) bila di-kerata basa-kan bisa menjadi nek diangkat sithok-sithok (jika diangkat dikit demi sedikit). 

Kerikil (batu kerikil, ukuran kecil dan umumnya tajam) bisa disimpulkan dengan keri neng sikil (keri = perih, neng = di, sikil = kaki, jadi batu kerikil itu bila terinjak akan membuat perih di kaki).

Penjelasan dalam kerata basa bisa mempunyai elemen kocak. Selain kata kerikil dan kathok, kata dengan penjelasan yang kocak antara lain kata sekuter (skuter) yang bisa disimpulkan sedeku mlaku banter (sekali tertekuk lari kencang). 

Lihat juga kata kodok (katak) yang memiliki arti teko-teko ndodok (tiba mendadak telah dalam status jongkok).

Penjelasan kata dapat juga memiliki makna penghormatan dan amanah. Misalnya, kata guru (pendidik atau pengajar) yang bisa diuraikan sebagai digugu lan ditiru. 

Digugu bisa memiliki arti dipercaya, atau diteladani. Ditiru bisa memiliki arti dituruti. Digugu lan ditiru memiliki arti bisa dipercaya dan diteladani kelakuannya. 

Penjelasan ini bermakna benar-benar dalam, karena seorang guru sebaiknya seseorang yang mulia budi pekerti dan kelakuannya, hingga pantas untuk diteladani dan diikuti/dituruti oleh beberapa siswa-muridnya. 

Dalam budaya Jawa, guru mempunyai posisi yang tinggi sekali dan terhormat, oleh karenanya warga mempunyai keinginan lumayan besar pada guru.

Kata bahasa Jawa yang bisa diuraikan dalam makna yang mulia selainnya guru diantaranya riset, gusti, dan garwa. Riset bisa diuraikan sebagai kemauane mung siji (tekatnya cuman satu). Tekat di sini yaitu tekat untuk menghadap Yang Maha Kuasa. 

Lakukan beribadah haji sebaiknya karena hanya tekat murni untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Dan gusti bisa memiliki arti bagusing ati (kebagusan/keluhuran hati). 

Gusti kerap disampaikan oleh orang Jawa untuk menyebutkan suatu hal yang mempunyai posisi semakin tinggi, seperti majikan atau raja. Gusti dipakai untuk menyebutkan Tuhan. Karena mempunyai posisi yang semakin tinggi, karena itu digarap majikan dan raja memiliki keluhuran hati.

Kata garwa (istri atau suami) bisa diuraikan sebagai sigaraning nyawa (belahan jiwa). Saat seseorang menikah dan jadikan seseorang sebagai suami atau istri, karena itu orang itu tidak lagi jadi seseorang, tetapi menjadi satu kesatuan nyawa. 

Karena sebagai kesatuan jiwa, karena itu setiap pasangan menikah harus hidup rukun dan jangan pisah. Pisah memiliki arti juga kehilangan setengah dari nyawanya sendiri.

Dalam kerata basa, satu kata bisa mempunyai penjelasan lebih satu. Kata siti bisa diuraikan sebagai isi bulu-bulu bekti (didalamnya sembah sujud). Kata siti dapat memiliki arti isine wong mati (di dalamnya ialah orang mati). 

Dengan bahasa Jawa, siti sebagai penyebutan lain dari tanah atau bumi. Bila orang wafat, karena itu dia akan dipendam dalam tanah, dengan begitu isi pada tanah atau bumi ialah orang yang telah mati.

Wujud penjelasan kata dalam kerata basa tidak ada yang baku. Penjelasan guru sebagai digugu lan diikuti sebagai wujud terkenal saja. Guru bisa diuraikan sebagai wagu tur saru (aneh dan saru/cabul), penjelasan ini bisa dipakai untuk menyindir bila sikap guru malah aneh dan kurang ajar.

Beberapa bentuk penjelasan kata bisa dilaksanakan suka-suka sesuai selera, asal penjelasan itu mengarah langsung pada kata yang diuraikan.

Bermain kerata basa membutuhkan kegesitan dan kreativitas dalam memproses kata. Agar jadi satu kerata basa, penjelasan kata harus mengandung suku kata dari kata yang diuraikan. Contoh dari kata guru. 

Bila dijabarkan jadi digugu lan diikuti. Suku kata gu dan ru dalam kata guru, dipakai pada kata digugu dan kata diikuti. Pada kata kerikil, suku kata ke dan ri dipakai dalam kata keri, dan suku kata kil dipakai dalam kata sikil. 

Dalam penjelasan, semua kata dapat dipakai dan tidak ada batas, tetapi seharusnya penjelasan tidak begitu panjang. Penjelasan kata sekurang-kurangnya gampang disampaikan dan dihafalkan.

Cangkriman

Cangkriman bisa disimpulkan sebagai tebak-tebakan dengan bahasa Jawa. Kekhasan cangkriman ialah memakai kata yang diatur sampai membuat satu analogi atau pengandaian dari jawaban tebak-tebakan itu. 

Analogi yang diartikan dalam cangkriman tak berarti satu penalaran rasional. Analogi dalam cangkriman sebagai satu pengandaian dalam alam pemikiran sang pemberi tebak-tebakan, dan yang mendapatkan tebak-tebakan diharap juga ikut mengandaikan. 

Dalam cangkriman terjadi sebuah pengangkutan pesan yang sulit. Satu benda diandaikan serupa dengan suatu hal, dan suatu hal ini harus dimengerti supaya jawaban tebak-tebakan bisa ditemukan.

Contoh dari cangkriman antara lain:

Pitik walik sobo kebon (ayam kebalik yang ada di kebun), memiliki jawaban buah nanas. Buah nanas diandaikan seperti satu ekor ayam dalam status kebalik sampai ekornya menyembul ke atas. Dan sobo kebon memiliki arti berada di kebun atau tempat pertanian. 

Penggadaian ini semacam ini memanglah tidak rasional, mustahil satu ekor ayam berposisi terbalik dengan kepala di bawah dan ekor pada bagian atas. Tetapi pengandaian ini seakan-akan bisa terjadi pada sebuah tempat kebun, dan saat orang menyaksikan buah nanas, seolah menyaksikan satu ekor ayam yang kebalik.

Bapake udud, ibune njahit, anake nangis (sang bapak merokok, sang ibu menjahit, dan anak menangis keras). Jawaban dari cangkriman ini adalah kereta api. Lokomotif yang keluarkan asap diandaikan seperti seorang bapak yang merokok. 

Gerbong-gerbong kereta yang berjajar terhubung diandaikan seperti dirangkai dan dijahit oleh sang ibu. Dan suara kereta yang keras meraung-raung diandaikan seperti seorang anak kecil yang menangis.

Kadang-kadang satu cangkriman tidak berbentuk pengandaian, tetapi langsung berbentuk satu persoalan. 

Misalnya, yen dikethok justru lebih duwur (jika dipotong justru lebih tinggi). Jawaban dari cangkriman ini adalah celana panjang. Bila celana panjang dipotong, karena itu celana itu akan semakin tinggi anggota badan yang terbuka. Tebak-tebakan semacam ini memakai kata langsung ber paradok antara satu kata dalam kata yang lain.

Bermain cangkriman sama seperti dengan bermain tebak-tebakan, membutuhkan kepandaian, terkadang sedikit memaksa analogi, dan pasti pandai dalam memproses kata. Bermain cangkriman tidak membutuhkan rumus khusus. Bila satu benda bisa dianalogikan, karena itu cangkriman gampang dibikin.

Kerata Basa dan Cangkriman Untuk Orang Jawa

Sikap stereotip ialah orang yang tidak dapat (atau tidaklah sampai hati) untuk mengungkapkan satu tujuan secara terbuka dan jelas (to the point). Satu tujuan yang ingin dikatakan kerap disimbolkan dengan sikap tertentu. 

Misalnya, ketiks seorang wanita gadis minta untuk selekasnya dinikahkan oleh orang tuanya, karena itu dia akan menambahkan garam kebanyakan dalam masakan supaya rasa jadi benar-benar asin. Orangtua sang gadis diharap pahami akan pesan itu.

Kerata basa dan cangkriman sebagai beberapa cara unik dalam bermain dengan pesan. Kerata basa kata guru yang memiliki arti digugu lan diikuti, sebagai langkah warga dalam sampaikan keinginan pada orang guru. 

Sampaikan pesan semacam ini jadi benar-benar lembut dan berkesan tidak menggurui, walaupun terkadang memiliki kandungan kritikan-sindiran tertentu.

Kerata basa dan cangkriman dilaksanakan dalam percakapan rileks dan penuh gurau, kelihatannya memang untuk cairkan situasi dan untuk memancing tawa. Tetapi permainan kata bahasa Jawa tidak selamanya dilaksanakan dalam situasi yang rileks. 

Sengkalan sebagai permainan kata untuk menjelaskan angka tahun. Ada juga parikan yang memiliki arti pantun dan pepatah dengan bahasa Jawa. Keterangan mengenai sengkalan dan parikan, kemungkinan bisa dilaksanakan di lain kali.

Posting Komentar untuk " Permainan Kata - Kata Dalam Bahasa Jawa"