Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Alat Musik Tifa, Gendang Misterius dari Papua

alat-musik-tifa
credit:instagram@sasanabudayaarttroupe

Ketika kita memperbicangkan musik tradisional, tidak lengkap rasanya jika tidak mengintip koleksi alat musik tradisional di Indonesia. 

Alat musik Tifa, merupakan alat musik dengan bentuk mirip gendang dari provinsi Maluku dan Papua. Di Papua sendiri, ternyata alat musik ini memiliki arti yang lebih berbau magis. Ada banyak hal yang mungkin tidak dimengerti oleh orang lain yang berada di luar wilayah Papua.

Alat Musik Tradisional Tifa

Alat musik ini merupakan jenis alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul. Sekilas, orang akan mengira bahwa alat musik ini adalah gendang. Gendang merupakan alat musik tradisional dari Jawa, dan biasanya bisa pula dipakai sebagai bedug untuk mengumpulkan dan mengingatkan orang akan waktu shalat.

Tifa sendiri, memang sekilas mirip dengan gendang, namun tetap berbeda dan memiliki keunikan tersendiri. Alat musik ini dibuat dari kulit kayu yang tebal dan liat. Kemudian pada bagian bawahnya dibuat berbagai macam ukiran yang menakjubkan. 

Sedangkan di bagian tengah dari instrumen ini dibuang kemudian dibuat mempunyai lubang. Sedangkan dibaliknya akan diberi penutup dari kulit hewan, atau kulit kayu. Kebanyakan orang-orang Papua menggunakan kulit rusa untuk menutup alat musik tradisional ini.

Bunyi dari alat musik ini cukup merdu dan menghentak. Sebab itulah kebanyakan suku di Maluku dan Papua menjadikannya sebagai alat untuk  melengkapi upacara tradisional yang biasanya dilakukan. 

Alat musik tradisional ini adalah instrumen wajib saat melakukan tari perang dan upacara lainnya. Beberapa jenis Tifa yang terkenal adalah Tifa Jekir, kemudian ada pula Tifa Bass, dan lain-lain.

Saat terjadi upacara adat tertentu, instrumen musik Tifa ini menjadi andalan untuk menyemarakkan suasana. Bahkan pada beberapa upacara, Tifa menjadi alat utama dalam memainkan tari perang.

Tifa ternyata tidak hanya memiliki keunikan budaya lokal saja, bahkan alat musik ini juga memiliki karakteristik unik saat proses pembuatannya. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa alat musik ini dibuat dari kayu. Tepatnya, kayu dari pohon linggua. 

Pohon linggua merupakan pohon yang bisa menghasilkan kayu dengan kualitas nomor satu. Harga dari kayu-kayu yang didapatkan dari pohon linggua ini bahkan mampu mencapai dua juta rupiah. Cukup mahal untuk sebuah bahan dasar alat musik.

Pohon linggua terdapat di Maluku dan juga Papua. Pohon ini memang sedikit langka,  namun bukan berarti tidak ada. Sedangkan proses pembuatannya akan memakan waktu hingga beberapa hari. Dibutuhkan keahlian khusus untuk membuatnya.

Bahan baku lainnya adalah dari kayu rotan dan juga kulit kambing. Memang sedikit banyak variasi pembuatan alat Tifa ini. Namun, biasanya masyarakat di suku asmat, ataupun suku lainnya di Papua, akan menggunakan bahan-bahan yang mudah untuk didapatkan.

Alat Musik Tifa dari Kulit Manusia

alat-musik-tifa-papua
credit:instagram@aj_jahja

Leluhur masyarakat Papua telah mengenal pembuatan Tifa dari puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Salah satu yang mencengangkan adalah Tifa yang terbuat dari kulit manusia. Mungkin saat mendengar hal ini kita akan bergidik ngeri. Namun, inilah fakta sejarah dari kehidupan nenek moyang kita.

Tidak sulit sebenarnya untuk menemukan alat musik Tifa yang telah berusia lebih dari 200 tahun ini. Desa Yobeh, di Kabupaten Jayapura, memiliki benda keramat ini. Festival Danau Sentani yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat memberikan keluasan untuk masyarakat dan turis umum bisa singgah di desa adat Yobeh.

Festival Danau Sentani merupakan festival pariwisata yang mengangkat budaya lokal, keindahan alam, dan sekaligus kearifan budaya yang masih kental di Papua. Papua sebagaimana yang kita kenal adalah pulau dengan panorama alam yang maha dahsyat.

Raja Ampat, Danau Sentani, Pegunungan Jayawijaya adalah sebagian dari keindahan panorama alamnya. Sedangkan keunikan dan kearifan budaya lokal yang tercermin lewat adat istiadat suku-suku di dalamnya.

Kehidupan etnik  masyarakat suku di Papua sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Kehidupan dengan pemanfaatan alam secara maksimal, dan hidup menyatu dengan alam adalah ciri umum kehidupan suku-suku di Papua. 

Beberapa mungkin masih menggunakan koteka sebagai baju, dan mereka ada pula yang masih mengutamakan tidur di Hanoi. Pada sebagian suku-suku inilah budaya dipegang dengan sangat erat dan tetap bertahan lama hingga dekade ini.

Desa Yobeh adalah salah satu desa yang mengikuti Festival Danau Sentani. Festival ini mengusung tema untuk lebih memperhatikan lagi budaya lokal seperti budaya suku-suku di sekitar Danau Sentani. 

Festival Danau Sentani ini diselenggarakan setiap tahunnya, hingga kini. Menariknya, Tifa ditampilkan sebagai sebuah alat musik yang penuh dengan daya tarik magis.

Di sebuah sudut dari Festival Danau Sentani, beberapa peserta festival dan pengunjung bergerombol di sekeliling Kepala Suku. Sang Kepala Suku ternyata sedang memberikan sedikit keterangan mengenai alat Tifa yang digunakan sebagai instrumen khusus dalam perayaan tertentu.

Tifa yang sedang dipegang oleh Kepala Suku menurut keterangannya yang diucapkannya adalah Tifa yang telah berumur ratusan tahun dan terbuat dari kulit manusia asli. 

Tifa yang saat ini ada tersebut merupakan Tifa dari kulit laki-laki, sedangkan dahulu ada pula Tifa yang berasal dari kulit perempuan namun telah dibawa ke Belanda untuk disimpan di dalam museum.

Kebanyakan pengunjung yang bukan warga asli Papua, nampak heran dan kaget. Namun berusaha menahan diri agar bersikap lebih santun. Hingga banyak pengunjung yang kemudian meminta Kepala Suku untuk menunjukkan letak Tifa keramat tersebut disimpan.

Beberapa pengunjung pun dengan rasa lega menuju sebuah tempat bagian dari lingkungan adat, di sana di atas langit-langit ada dua wujud Tifa berbahan kulit kehitaman. Mungkin warna hitam ini timbul sebab, alat musik tersebut telah berumur ratusan tahun. Pengunjung diperbolehkan untuk memotret Tifa.

Menurut Kepala Suku, alat musik tersebut bukan hanya digunakan sebagai instrumen saat ada peperangan, namun Tifa ini telah menjadi Tifa yang keramat. Apabila ada dari anggota suku yang akan meninggal. 

Maka di malam hari, Tifa ini secara unik akan berbunyi. Sedangkan calon anggota suku yang akan meninggal tersebut memiliki ciri seperti ada bercak-bercak di wajahnya dan juga sebagian rambutnya nampak memutih.

Tifa ini juga terhubung dengan Tifa kulit manusia yang saat ini disimpan di Belanda. Apabila Tifa di Belanda berbunyi maka Tifa yang ada di kawasan Desa Yobeh ini juga ikut berbunyi. Sementara itu, hal ini juga akan berlaku sebaliknya.

Selain Tifa keramat, di Festival Danau Sentani tersebut juga dipamerkan tombak kematian. Tombak ini juga memiliki jenis kelamin berbeda, laki-laki dan perempuan. Tombak ini sangat magis, dan tidak boleh digunakan oleh sembarang orang.

Tinggi tombak pusaka tersebut sekira 3 meter, dan tidak boleh disebutkan namanya, karena unsur kesakralannya. Pada tombak tersebut, terukir motif dari ukiran yang khas dari suku-suku di Papua. 

Sebagaimana Tifa keramat, ternyata tombak ini juga telah memiliki usia yang sangat tua sekitar lima belas keturunan.

Seluruh misteri dari Tifa dan berbagai jenis peninggalan di suku-suku sekitar Desa Yobeh sangatlah luar biasa, hingga mampu menyihir banyak pengunjung. Ternyata, Papua, selain indah, terkenal pula dengan kearifan budaya lokal dan kesakralannya.

Posting Komentar untuk " Alat Musik Tifa, Gendang Misterius dari Papua"