Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Huruf Dasar Aksara Jawa dan Eksistensinya Saat Ini

Huruf Dasar Aksara Jawa dan Eksistensinya Saat Ini
credit:instagram@arroy6886

Siapa bilang belajar aksara Jawa kuno? Bagi sebagian orang, belajar aksara Jawa mungkin menjadi hal yang sangat membosankan dan terkesan kolot. Bagaimana mungkin di era modern seperti ini para generasi muda masih harus berkutat dengan aksara Jawa yang jadul? Namun, opini seperti itu tentu saja sangat keliru.

Perlu diketahui bahwa aksara Jawa bukanlah serangkaian huruf kuno zaman prasasti yang bentuknya sulit dimengerti. Bagi orang-orang yang paham akan nilai luhur budaya, ekstensi aksara Jawa tidak kalah dengan aksara atau huruf lain, seperti Latin maupun Arab.

Mempelajari aksara Jawa sama halnya dengan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. Oleh sebab itu, tidaklah patut jika Anda beranggapan bahwa para peneliti dan pemerhati aksara Jawa termasuk orang-orang kuno. 

Sebaliknya, mereka justru merupakan orang-orang cerdas yang selalu ingin mengetahui asal-usul budaya bangsa yang tertuang dalam aneka naskah maupun prasasti zaman dahulu.

Coba bayangkan, siapa lagi yang akan melestarikan aksara Jawa jika bukan generasi muda bangsa ini? Kita tentu tidak ingin menyaksikan berbagai naskah kuno bersejarah asal Indonesia justru banyak ditemukan dan diteliti bangsa lain, bukan? Oleh karena itulah, para generasi muda harus mulai menyadari pentingnya belajar budaya, termasuk mengenai aksara Jawa.

Sejarah Aksara Jawa

Aksara Jawa atau Hanacaraka yang lebih akrab dengan sebutan Carakan atau Cacarakan dalam bahasa Sunda, merupakan aksara turunan dari aksara Brahmi yang dipakai untuk menulis naskah-naskah dalam bahasa Jawa, bahasa Makassar, bahasa Madura, bahasa Melayu, bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Sasak.

Bentuk Hanacaraka yang digunakan di era modern ini sebenarnya sudah ditetapkan sejak zaman Kesultanan Mataram (abad ke-17), namun bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Bentuk aksara Jawa ini merupakan hasil modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida. Hal itu dapat dilihat pada struktur tiap huruf Jawa yang (setidaknya) mewakili dua buah huruf dalam huruf latin.

Sebagai contoh pernyataan tersebut adalah aksara Jawa ha yang mewakili dua huruf latin, yaitu /h/ dan /a/. Setiap huruf latin itu merupakan satu suku kata yang utuh dibandingkan dengan kata haji. Selain /ha/, aksara Jawa /na/ mewakili dua huruf latin, yaitu /n/ dan /a/. Setiap huruf tersebut merupakan satu suku kata yang utuh dibanding kata nasi.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam aksara Jawa akan ditemukan penyingkatan cacah huruf pada penulisan sebuah kata. Hal ini tentu saja berbeda dibanding dengan penulisan aksara Latin.

Penggunaan Aksara Jawa

Ternyata, aksara jawa tidak hanya digunakan untuk menulis naskah maupun prasasti di masa lalu. Aksara jawa digunakan sebagai aksara tulis dalam berbagai teks berbahasa Jawa serta beberapa bahasa lain di sekitar wilayah penutur aslinya. Aksara jawa lebih akrab dikenal sebagai Hanacaraka atau Carakan.

Pengelompokkan Aksara Jawa

Dalam bentuk aslinya, aksara Jawa (Hanacaraka) dituliskan secara menggantung atau di bawah garis. Cara penulisan aksara Jawa ini sama halnya dengan penulisan aksara Hindi. Namun, pada pengajaran di era modern, penulisan aksara Jawa diletakkan di atas garis.

Aksara Jawa (Hanacaraka) terdiri atas 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi sebagai penutup bunyi vokal, 8 huruf “utama” (aksara murda, ada yang tidak memiliki pasangan), 8 pasang huruf utama, 5 aksara swara atau huruf vokal depan, 5 aksara rekan dan 5 pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa aksara khusus, beberapa tanda baca, serta beberapa aturan penulisan yang disebut pada.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa aksara Jawa memiliki kelompok aksara atau huruf yang sangat kompleks. Tidak heran jika akhirnya generasi muda memandang aksara Jawa sebagai tulisan yang sangat sulit dipelajari. Sebagai tahap pembelajaran awal, berikut ini merupakan kelompok huruf dasar aksara Jawa. 

Huruf Dasar Aksara Jawa

Huruf Dasar Aksara Jawa dan Eksistensinya Saat Ini
credit:instagram@omahoblong_jogja

Beberapa urutan dasar aksara Jawa banyak dikenal masyarakat karena pada dasarnya berisi sebuah cerita. Berikut ini merupakan urutan dasar huruf atau aksara Jawa yang sering kita dengar.

  • Hana Caraka, artinya ‘terdapat pengawal’.
  • Data Sawala, artinya ‘berbeda pendapat’.
  • Padha Jayanya, artinya ‘sama kuatnya’ atau ‘sama hebatnya’.
  • Maga Bathanga, artinya ‘keduanya mati’.

Rangkaian huruf dasar aksara Jawa tersebut boleh jadi tidak asing lagi di telinga Anda. Namun, ada beberapa catatan penting yang diperlukan bagi Anda yang kurang mengenal bahasa dan aksara Jawa. Berikut ini merupakan beberapa catatan penting yang dimaksud.

/d/, /ɖ/, /j/, /b/, dan /g/, pada pelafalan bahasa Jawa selalu dibunyikan secara meletup atau ada hembusan huruf /h/. Hal ini dilakukan guna memberikan kesan “berat” pada aksen bahasa Jawa.

/ha/, mewakili fonem /h/ dan /a/. Jika aksara Jawa ini berada di depan sebuah kata, akan dibaca /a/. Namun, kaidah ini tidak berlaku bagi nama dan kata dalam bahasa asing, dalam arti selain bahasa Jawa.

/da/, pada penulisan huruf Latin digunakan untuk fonem /d/ dental dan meletup (posisi lidah berada di belakang pangkal gigi seri bagian atas dan diletupkan). /d/ di sini berbeda dengan /d/ dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu.

/dha/, dalam penulisan aksara Jawa latin digunakan untuk fonem /ɖ/ (d-retrofleks). Saat pengucapan, posisi lidah sama dengan pengucapan fonem /d/ dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Melayu, namun bunyinya diletupkan.

tha, dalam penulisan aksara Jawa latin digunakan untuk fonem /ʈ/ (t-retrofleks). Saat diucapkan, posisi lidah sama seperti pengucapan fonem /d/, namun tidak diberatkan. Bunyi fonem ini hampir serupa dengan aksen orang Bali ketika mengucapkan /t/.

Makna Huruf dalam Aksara Jawa

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa rangkaian aksara Jawa terdiri atas huruf dasar /ha/, /na/, /ca/, /ra/, /ka/, /da/, /ta/, /sa/, /wa/, /la/, /pa/, /dha/, /ja/, /ya/, /nya/, /ma/, /ga/, /ba/, /tha/, /nga/. 

Ternyata, setiap huruf dalam aksara Jawa tersebut memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai berikut:

/Ha/. Hana hurip wening suci, artinya ‘adanya hidup merupakan kehendak dari Yang Maha Suci’.

/Na/. Nur candra, gaib candra, warsitaning candara, artinya ‘pengharapan manusia hanya selalu pada sinar Illahi’.

/Ca/. Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi, artinya ‘arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal’.

/Ra/. Rasaingsun handulusih, artinya rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani’.

/Ka/. Karsaningsun memayu hayuning bawana, artinya ‘hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam’.

/Da/. Dumadining dzat kang tanpa winangenan, artinya ‘menerima hidup apa adanya’.

/Ta/. Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa, artinya ‘mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup’.

/Sa/. Suram ingsun handulu sifatullah, artinya ‘membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan’.

/Wa/. Wujud hana tan kena kinira, artinya ‘ilmu manusia hanya terbatas tetapi implikasinya bisa tanpa batas’.

/La/. Lir handaya paseban jati, artinya ‘mengalirkan hidup semata-mata pada tuntunan Ilahi’.

/Pa/. Papan kang tanpa kiblat, artinya ‘hakikat Allah yang ada di segala arah’.

/Dha/. Dhuwur wekasane endek wiwitane, artinya ‘untuk bisa berada di atas harus dimulai dari dasar’.

/Ja/. Jumbuhing kawula lan Gusti, artinya ‘selalu berusaha untuk menyatu dan memahami kehendak Tuhan’.

/Ya/. Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi, artinya ‘yakin atas titah atau kodrat Ilahi’.

/Nya/. Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diwuruki, artinya ‘memahami kodrat kehidupan’.

/Ma/. Madep mantep manembah mring Ilahi, artinya ‘yakin dan mantap dalam menghadap Illahi’.

/Ga/. Guru sejati sing muruki, artinya ‘belajar pada guru nurani’.

/Ba/. Bayu sejati kang andalani, artinya ‘ menyelaraskan diri pada gerak alam’.

/Tha/. Tukul saka niat, artinya ‘sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat’.

/Nga/. Ngracut busananing manungso, artinya ‘melepaskan egoisme pribadi manusia’.

Aksara Jawa akan Dijadikan Font Windows

Sebagai pemilik warisan leluhur ini, khususnya orang Jawa, Anda tentu harus merasa bangga karena ternyata aksara Jawa akan segera dijadikan font dalam program windows terbaru pada komputer keluaran Microsoft.

Pernyataan ini ditegaskan oleh seorang pemerhati bahasa dan aksara Jawa, yaitu Ki Demang Sokowaten. Di sela-sela Kongres Bahasa Jawa (KBJ) ke-5 yang berlangsung di Surabaya, Ki Demang Sokowaten mengatakan bahwa Unesco sudah membantu mereka mendaftarkan aksara Jawa untuk dimasukkan ke dalam font komputer kepada Unicode.

Ki Demang Sokowaten sangat bersyukur karena aksara Jawa sudah diakui dan akan segera dimasukkan oleh Unicode ke dalam font komputer. Unicode sendiri merupakan sebuah instansi resmi yang memiliki wewenang untuk membuat standar kode pada sistem komputer di dunia.

Kini, kita tinggal menunggu pihak Microsoft untuk merealisasikan janji tersebut. Microsoft telah berjanji untuk memasukkan font aksara Jawa pada windows terbaru mereka. Jika pada windows 7 belum ada, boleh jadi kita baru bisa menemukan font aksara Jawa pada windows 8 atau windows terbaru versi lain.

Setelah mengenal huruf-huruf dasar aksara Jawa dan eksistensinya di dunia internasional, masihkah Anda berpikir bahwa mempelajari aksara Jawa itu kuno?

Posting Komentar untuk "Huruf Dasar Aksara Jawa dan Eksistensinya Saat Ini"