Sejarah dan Prasasti Kerajaan Kediri
Dalam artikel ini, Anda akan sedikit diingatkan akan sejarah kerajaan yang ada di Indonesia. Khususnya, kerajaan Kediri dan peninggalannya berupa prasasti Kerajaan Kediri. Sebelum menuju ke peninggalan Kerajaan Kediri ini, ada baiknya kita mengetahui dulu sedikit tentang prasasti.
Sekilas Tentang Prasasti
Di bangku sekolah dulu, pada mata pelajaran sejarah. Tentu Anda dijelaskan apa itu prasasti. Ada prasasti dari Kerajaan Majapahit, prasasti dari Kerajaan Sriwijaya, dan masih banyak lagi.
Prasasti merupakan sebuah benda berupa piagam ataupun dokumen. Biasanya ditulis pada bahan yang keras dan bisa bertahan dalam waktu yang lama. Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan prasasti ini, yaitu logam perak, logam emas, batu, tembaga, perunggu, daun lontar, dan sebagainya.
Untuk batu. Selain andesit, batu yang sering digunakan untuk prasasti adalah batu pualam, batu kapur, dan batu basalt. Prasasti yang terbuat dari bahan batu biasanya disebut upala prasasti.
Prasasti yang terbuat dari tembaga atau perunggu biasa disebut dengan tamra prasasti. Prasasti yang terbuat dari perak terbilang jarang dilakukan karena nilainya yang lebih tinggi.
Sedangkan prasasti yang terbuat dari bahan lontar ini disebut ripta prasasti. Ada juga prasasti yang terbuat dari tanah liat yang umumnya berisi mantra-mantra dari agama Budha.
Berdasarkan isinya, prasasti dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
- Prasasti Jayasong atau Jayapatra, yaitu prasasti yang berisi tentang putusan pengadilan perkara perdata.
- Prasasti Jayacikna, yaitu prasasti yang ditulis sebagai tanda dari sebuah kemenangan.
- Prasasti Suddhapatra, yaitu prasasti yang berisi tentang utang-piutang.
- Prasasti Sumpah, yaitu prasasti yang berisi kutukan atau sumpah. Prasasti yang berisi sumpah atau kutukan ini hampir semuanya dibuat di masa Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini bisa dibilang tetap ada hingga sekarang. Namun, di zaman modern ini pengertiannya dihubungkan dengan tulisan dalam batu nisan atau gedung.
Biasanya, saat peresmian suatu proyek atau peletakkan batu pertama dalam pembangunan suatu proyek. Prasasti ini biasanya ditandatangani oleh pihak terkait. Misalnya presiden, gubernur, bupati, walikota, dan sebagainya.
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri atau Kadiri mulanya lahir dari suatu pembagian Kerajaan Mataram yang dilakukan oleh Raja Airlangga sekitar 1000 hingga 1049 M. Pembagian kerajaan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perselisihan di antara anak-anak selir dari Raja Airlangga.
Hingga kini tidak ada bukti yang cukup jelas mengenai pembagian kerajaan ini. Namun, dalam babad dijelaskan bahwa kerajaan ini dibagi menjadi empat bagian.
Dari empat kerajaan ini, hanya dua kerajaan saja yang sering disebut-sebut, yaitu Kerajaan Kediri (Panjalu) dan Kerajaan Jenggala. Dahanapura yang merupakan ibukota lama dari Kerajaan Mataram ini, diwariskan kepada Samarawijaya. Nama kerajaannya diganti menjadi Panjalu yang dikenal sebagai Kerajaan Kediri.
Kerajaan Kediri yang memiliki ibukota di Daha ini dalam perkembangannya semakin berkembang dan tumbuh menjadi kerajaan besar. Sedangkan perkembangan Kerajaan Jenggala makin surut.
Hingga kini, prasasti tentang Kerajaan Jenggala ini tidak belum ditemukan. Inilah yang membuat jejak kerajaan ini hilang. Kerajaan Kediri ini sempat jatuh kejayaannya saat Raja Kertajaya berselisih dengan kaum pendeta.
Akuwu Tumapel Tunggul Ametung kemudian memanfaatkan keadaan ini. Setelah kerajaan Kediri diambil alih oleh Tunggul Ametung, tak lama kemudian kedudukannya direbut kembali oleh Ken Arok.
Di sinilah kemudian Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari. Di atas tanah bekas Kerajaan Kediri dengan Kerajaan Kediri berada di bawah kerajaan Singosari. Saat kerajaan Singasari ada di bawah perintah Kertanegara, pergolakan dalam tubuh kerajaan terjadi.
Raja Kediri, yaitu Jayakatwang yang tunduk kepada Singosari tiba-tiba bergabung dengan Madura. Mereka ingin menjatuhkan Kertanegara. Pada akhirnya, Jayakatwang berhasil membangun lagi Kerajaan Kediri.
Setelah kerajaan Kediri bangkit, kemudian salah satu pemimpin Singosari, yaitu Raden Wijaya berhasil melarikan diri ke Madura. Kemudian Jayakatwang mengizinkan Raden Wijaya membuka hutan untuk tempat tinggal karena ia berperilaku baik.
Tahun 1293, tentara Mongol datang guna membalas dendam kepada Kertanegara. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya.
Raden Wijaya bersatu bersama tentara Mongol dan Arya Wijaya yang memimpin pasukan Madura untuk menyerang Jayakatwang. Dalam penyerangan tersebut, Jayakatwang kalah. Setelah kejadian tersebut, tidak lagi diketahui tentang Kerajaan Kediri.
Sistem Pemerintahan Kerajaan Kediri
1. Shri Jayawarsa Digjaya Shastra Prabhu
Sistem pemerintahan ini dipimpin oleh raja pertama Kediri, yaitu Jayawarsa. Menurutnya, ia adalah titisan dewa Wisnu.
2. Kameshwara
Sistem pemerintahan ini dipimpin raja kedua Kediri, yaitu Kameshwara yang memiliki gelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa. Pada masa ini, Mpu Darmaja mengubah kitab Samaradana.
3. Jayabaya
Pada masa ini, Kediri dipimpin oleh Raja Jayabaya yang memiliki gelar Shri Maharaja Shri Kroncharyadipa Handa Bhuwana Palaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Di bawah pimpinan raja ketiga ini, kerajaan Kediri Berjaya. Ia adalah seorang raja yang merakyat dan memiliki visi yang maju.
4. Prabu Sarwaswera
Prabu Sarwaswera adalah seorang raja yang taat dalam agama serta berbudaya. Ia memiliki prinsip tat wam asi. Menurutnya, tujuan dari hidup adalah moksa, yaitu penyatuan antara jiwatman dan paramatma.
Artinya, jalan yang benar yaitu jalan yang menuntun kita pada penyatuan. Dan hal-hal yang bisa menghambat penyatuan itu adalah jalan yang tidak benar.
5. Prabu Kroncharyadipa
Dalam masa pemerintahannya, Prabu Kroncharyadipa selalu adil kepada rakyatnya. Ia adalah seorang pemeluk keyakinan yang memiliki prinsip sad kama murka. Sad kama murka ini adalah enam musuh manusia, yaitu marah, bingung, nafsu, rakus, mabuk, dan iri.
6. Srengga Kertajaya
Dalam masa pemerintahannya, Srengga Kertajaya selalu bekerja keras untuk negaranya. Ia mengharapkan masyarakat yang tentram dan aman. Ia memiliki prinsip kesucian yang dilukiskan oleh prapanca.
7. Pemerintahan Kertajaya
Pemerintahan ini merupakan pemerintahan dari raja terakhir Kediri. Kertajaya merupakan raja yang peduli kepada rakyat dan mulia. Ia dikenal dengan catur marganya, yaitu dharma, moksa, kama, dan arta.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Kediri
Sejarah tentang kerajaan Kediri diketahui dari beberapa peninggalan Kerajaan Kediri, salah satunya dari prasasti Kerajaan Kediri. Berikut prasasti-prasastinya.
1. Prasasti Sirah Keting
Prasasti ini berisi tentang pemberian penghargaan berupa tanah dari Jayawarsa kepada rakyat desa karena telah berjasa.
2. Prasasti di Tulungagung dan Kertosono
Kedua prasasti ini berisi tentang masalah keagamaan. Kedua prasasti ini berasal dari Raja Kameswara.
3. Prasasti Ngantang
Prasasti ini berisi tentang pemberian hadiah berupa tanah yang dibebaskan dari pajak oleh Jayabaya. Prasasti ini ditujukan untuk rakyat Desa Ngantang karena telah mengabdi untuk Kemajuan Kediri.
4. Prasasti Jaring
Prasasti ini dibuat oleh Raja Gandra. Isinya adalah nama-nama yang berasal dari nama hewan, seperti Tikus Jinada, Kebo Waruga, dan sebagainya. Hal ini memunculkan adanya birokrasi kerajaan.
5. Prasasti Kamulan
Prasasti ini berisi tentang peristiwa dikalahkannya musuh oleh Kediri di istana Katang-Katang.
6. Prasasti Padelegan
Prasasti ini dibuat oleh Raja Kameswara guna mengenang rasa bakti penduduk Padelegan pada raja.
7. Prasasti Panumbangan
Prasasti ini berisi tentang pemberian anugerah raja untuk penduduk Panumbangan karena telah mengabdi kepada rakyat.
8. Prasasti Talan
Prasasti ini berisi tentang diberikannya hak istimewa oleh raja kepada penduduk Desa Talan dengan cara membebaskan rakyat dari pajak.
9. Prasasti Ceker
Prasasti ini berisi tentang anugerah raja yang diberikan kepada penduduk Desa Ceker karena telah mengabdi untuk kemajuan Kediri.
Itulah sedikit informasi tentang prasasti Kerajaan Kediri. Semoga dapat menambah wawasan Anda.
Posting Komentar untuk " Sejarah dan Prasasti Kerajaan Kediri"