Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Tentang Silsilah Kerajaan Pajang

Belajar Tentang Silsilah Kerajaan Pajang
credit:instagram@w1nda4rdita

Kerajaan Pajang (1568-1586) adalah sebuah kerajaan Islam yang berumur pendek di Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Hadiwijaya yang kita kenal sebagai Jaka Tingkir dan dalam silsilah kerajaan Pajang merupakan anak dari Kebo Kenanga, ini terjadi saat penguasa Boyolali, setelah mengakhiri perang saudara dan sebagai penerus Kesultanan Demak. 

Hadiwijaya mengaku diri sebagai keturunan Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, dan memiliki jalur pada Trenggana, Sunan Demak.

Dalam pertempuran terakhir melawan pesaing terakhirnya dari Demak, bernama Arya Penangsang yang kejam, Jaka Tingkir menugaskan bawahannya yang terbaik Ki Ageng Pemanahan dan putranya, Sutawijaya untuk menghancurkan tentara Arya Penangsang.

Keduanya berhasil mengalahkan dan membunuh Arya Penangsang dan dengan demikian mendapat perdikan di hutan yang disebut Alas Mentaok, yang sekarang menjadi Kotagede. Di tempat itulah mereka mendirikan basis keduanya untuk modal masa depan dari Kerajaan Mataram.

Legenda mengatakan bahwa Raja Hadiwijaya sangat menyayangi Sutawijaya dan bahwa ia mengadopsi Sutawijaya sebagai teman ahli warisnya, Pangeran Benawa. 

Kepemimpinan Hadiwijaya seharusnya digantikan oleh pewarisnya, namun pewarisnya ini sangat lemah dan tidak memiliki kepatutan dalam memimpin.

Lalu terjadi pemberontakan oleh seorang bawahan bernama Ario Pangiri yang memaksa pewaris raja untuk mencari suaka ke teman masa kecilnya, Sutawijaya. 

Berjanji untuk membantu, Sutawijaya ia mengumpulkan pasukannya dan mengalahkan Arya Pangiri dan merebut istana Pajang.

Pangeran Benawa kemudian diserahkan mahkotanya ke Sutawijaya dan dengan demikian mengakhiri sejarah Kerajaan Pajang pada 1586, ketika Sutawijaya mendirikan kerajaan Islam terbesar di Jawa: Kesultanan Mataram.

Asal Mataram Islam adalah Mataram Hindu-Budha

petilasan-jaka-tingkir

Berbeda dengan sultan Mataram kuno pada abad ke-8 di daerah Mataram (sekarang dikenal sebagai Jogja/Yogyakarta) yang adalah pusat kerajaan Mataram Kuno Hindu-Budha yang memerintah seluruh Jawa.

Kerajaan ini memiliki kemakmuran dan peradaban yang luar biasa, sehingga memiliki kemampuan membangun kuil kuno dengan gaya arsitektur mewah, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

Namun pada abad ke-10, dengan alasan yang tidak diketahui, kerajaan memindahkan pusat pemerintahan ke daerah Jawa Timur. Sebagian besar warga pun meninggalkan wilayah Mataram dan secara bertahap daerah ini kembali menjadi hutan atau semak belukar.

Sebagaimana yang telah diceritakan di atas, 6 abad kemudian Jawa diperintah oleh Kesultanan Pajang yang berpusat di Jawa Tengah. 

Sultan Hadiwijaya, yang memerintah pada saat itu, memberi Alas Mentaok (Hutan Mentaok) yang sangat besar di daerah bekas Mataram, kepada Ki Gede Pemanahan atas prestasinya dalam mengalahkan musuh kerajaan yakni Arya Penangsang.

Ki Gede Pemanahan dengan semua keluarga serta pengikutnya berpindah ke Alas Mentaok, hutan yang pernah digunakan untuk menjadi Kerajaan Mataram Kuno. Desa yang kecil kemudian dibangun oleh Ki Gede Pemanahan yang berada di hutan yang menjadi makmur.

Setelah kematian Ki Gede Pemanahan, tahtanya digantikan oleh sang putra memiliki nama Senapati Ingalaga. Di bawah kekuasaan Senapati Ingalaga yang bijaksana, desa itu lalu diubahnya menjadi sebuah kota dan kota itu dirasakan lebih ramai dan lebih makmur. Karena itulah dikenal sebagai Kotagede (yang berarti kota besar).

Kemudian, Senapati lantas membangun benteng bagian dalam (Cepuri) di sekitar istana dan benteng bagian luar (Baluwarti) yang menduduki lahan seluas ± 200 hektar. Di luar kedua benteng, mereka juga dilengkapi oleh parit yang selebar sungai.

Sementara, di Kesultanan Pajang terjadi perebutan kekuasaan demi raja tahta setelah kematian Sultan Hadiwijaya. Putra mahkota yang dikenal sebagai Pangeran Benawa, disingkirkan oleh Arya Pangiri. 

Setelah itu, Pangeran Benawa meminta bantuan Senapati dann lantaran pemerintah Arya Pangiri itu dinilai tidak adil dan merugikan rakyat Pajang.

Perang dimulai. Arya Pangiri ditaklukkan, tapi ia diampuni oleh Senapati. Kemudian, Pangeran Benawa menawarkan takhta Pajang ke Senapati, tetapi dia menolak tawaran itu dengan sopan. 

Setahun setelah itu, Pangeran Benawa meninggal, tetapi ia telah memberikan surat wasiat yang mengatakan Pajang harus diperintah Senapati.

Sejak saat itu, maka Senapati menjadi Raja yang memegang kekuasaan pertama Mataram Islam dan berhak atas gelar Panembahan. Dia tidak ingin menggunakan gelar Sultan, sekedar rasa penghormatan untuk Sultan Hadiwijaya dan Pangeran Benawa. Istananya terletak di Kotagede.

Kemudian, Panembahan Senopati memperluas kekuasaannya di wilayah Kerajaan Islam Mataram ke Pati, Madiun, lalu Kediri, dan Pasuruan. Panembahan Senopati meninggal dunia pada tahun 1601 dan dikebumikan di Kotagede di sebelah makam ayahnya.

Setelah itu Kerajaan Islam Mataram menaklukkan hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa terkecuali Banten dan Betawi, dan mencapai kemakmuran tertinggi di bawah kekuasaan raja ketiganya, yakni Sultan Agung yang merupakan cucu Panembahan Senapati. 

Lalu, pada tahun 1613, Sultan Agung memerintahkan untuk memindahkan Pusat Kerajaannya (di tepian Plered) kemudian mengakhiri era Kotagede sebagai pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam.

Silsilah Kerajaan Pajang

Silsilah kerajaan Pajang diyakini berasal dari Nabi Muhammad. Misalkan bila diurutkan dari Jaka Tingkir ke atas, ia adalah putra Ki Ageng Pengging atau Kebo Kenanga, dengan nama lahir sebagai Raden Mas Karebet. 

Ketika ia dikandung, ayahnya sedang menonton wayang beber (wayang kulit) pertunjukan yang digelar oleh Ki Ageng Tingkir sebagai dalang. Keduanya merupakan pengikut Syekh Siti Jenar (wali ke-10 di Jawa). Setelah itu, Ki Ageng Tingkir sayangnya menjadi sakit dan kemudian meninggal.

Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging diberi hukuman mati atas dasar pemberontakan terhadap Kesultanan Demak. Sunan Kuduslah yang menjadi menjadi algojo. 

Setelah kematian suaminya itu, Nyai Ageng Pengging juga jatuh sakit dan meninggal. Jadi, sejak saat itu Mas Karebet diurus oleh Nyai Ageng Tingkir, janda dari dalang Ki Ageng Tingkir.

Ketika ia tumbuh dewasa, ia menjadi dikenal sebagai Jaka Tingkir dan bukan lagi Raden Mas Karebet. Dia mengikuti ajaran Sunan Kalijaga menjadi muridnya, serta Ki Ageng Selo. 

Dia juga dianggap sebagai kawan sepermainan dekat dengan tiga cucu dari Ki Ageng Tingkir, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.

Silsilah ke atas:

Abdurrohman (P. Sambud Bagda) bin Abdul Halim (P. Benawa) bin Abdurrahman (Jaka Tingkir) bin Ainul Yaqin (Sunan Giri) bin Ishaq bin bla Ibrahim Asmura bin Jamaludin Husain bin Ahmad Syah Jalal bin Abdullah bin Aamir Khan Abdul Malik bin Alawi bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali Khali 'qasam bin Alawi Muhammad bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir Ilallah bin Isa bin Muhammad Al Rumi An Naqib bin Ali Al-' Uraidhi bin Ja'far Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Husain putra Siti Fatimah Az-Zahra, Rasulullah Muhammad SAW.

Dan apabila di urut ke bawah silsilah kerajaan Pajang beririsan hingga KH.Abdurrahman Wahid (Gusdur):

1. Muhammad SAW

2. Fatimah Az Zahra dengan  Ali

3. Husain Bin Ali

4. Ali Zaenal Abidin

5. Muhammad Al-Baqir

6. Ja’far Shodiq

7. Ali Al-Uraidhi

8. Muhammad An Naqib

9.  Isa Ar Rumi

10. Ahmad Al-Muhajir Ilallah

11. Ubaidillah

12. Alawi

13. Muhammad

14. Alawi Muhammad

15. Ali Kholi’ Qosam

16. Muhammad Shohibul Mirbath

17. Alawi

18. Amir Abdul Malik

19. Abdulloh Khon

20. Ahmad Syah Jalal

21. Jamaludin Khusen

22. Ibrohim Asmoro

23. Ishak

24. Ainul Yaqin (Sunan Giri)

25. Abdurrohman (Jaka Tingkir)

26. Abdul Halim (P. Benawa)

27. Abdurrahman (P. Samhud Bagda)

28. Abdul Halim

29. Abdul Wahid

30. Abu Sarwan

31. As’ari

32. Hasyim Asy'ari

33. Abdul Wahid Hasyim

34. Abdurrahman Wahid

Itulah uraian singkat Tentang Silsilah Kerajaan Pajang, semoga bermanfaat untuk para pembaca semua.

Posting Komentar untuk " Belajar Tentang Silsilah Kerajaan Pajang"