Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Togog, Tokoh dalam Wayang yang Terkucilkan

Togog, Tokoh dalam Wayang yang Terkucilkan
credit:instagram@kalderamerah

Dalam kisah Pewayangan Jawa, nama Togog memang tidak terlalu populer. Tokoh Togog digambarkan sebagai sosok yang bermata juling, hidung pesek dan mulut lebar tokoh ini memang tidak memiliki pesona dibandingkan dengan tokoh wayang lain yang digambarkan gagah dan penuh kharisma. 

Namun siapa sangka, kisah Togog memiliki arti yang sangat tragis karena tidak seberuntung tokoh lain dalam dunia pewayangan.

Diceritakan bahwasannya Sanghyang Wenang mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kayangan dari ketiga cucunya yakni Batara Antaga (Togog), Batara Ismaya (Semar) dan Batara Manikmaya (Batara Guru). 

Sayembara pun digelar dengan tujuan untuk memilih seseorang yang akan menjadi penguasa Kayangan. Pemenangnya adalah siapa yang dapat menelan bulat-bulat gunung Jamurdipa dan memuntahkannya kembali.

Kali ini, Togog mencoba untuk pertama kalinya namun gagal. Mulutnya yang sobek dan menjadi besar. Sementara giliran kedua adalah Semar. 

Ia berhasil menelan bulat-bulat gunung Jamurdipa namun tidak dapat memuntahkannya kembali. Oleh karena itu perutnya besar dan membuncit hingga saat ini.

Gunung Jamurdipa pun musnah karena ditelan Semar. Maka Bathara Guru otomatis memenangkan sayembara tersebut untuk menjadi penguasa kayangan. Sementara Togog dan Semar dikirim ke dunia manusia untuk menjadi penasihat dalam kehidupan manusia.

Togog, Tokoh dalam Wayang yang Terkucilkan
credit:instagram@indra_perdana_kusuma

Semar dipilih menjadi penasihat pamong untuk ksatria berwatak baik (Pandawa) sedangkan Togog diutus sebagai pamong untuk ksatria berwatak buruk. Togog pun harus menjalani kehidupannya di dunia manusia sebagai penasihat pamong yang berwatak buruk.

Togog pun harus menerima takdir untuk mendampingi kaum aristokrat berwatak culas dan berhati busuk. Tantangan pun harus diterima Togog lebih berat. Ia selalu gagal untuk membisikan suara-suara kebajikan kepada para pamong yang berwatak buruk.

Angkara murka, watak, serta perilaku yang tidak baik seringkali diterima Togog dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia. 

Berkali-kali ia mencoba namun selalu mengalami kegagalan. Ia merasa terapung-apung dalam bentangan jargon dan slogan. 

Togog gagal mewujudkan sosok satria pinunjul yang arif, santun, bersih dan berwibawa.

Sepanjang hidup Togog dirundung kekecewaan dan kegagalan. Para penghuni kahyangan pun kerap mengucilkannya dan menganggap dia sebagai dewa yang gagal. 

Togog pun hidup dalam rasa bersalah meskipun ia terbilang sebagai dewa yang pantang menyerah dan tidak mudah putus asa.

Demikianlah ulasan singkat mengenai Togog, Tokoh dalam Wayang yang Terkucilkan. Semoga berguna dan bermanfaat.

Posting Komentar untuk " Togog, Tokoh dalam Wayang yang Terkucilkan"