Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Artikel tentang Bhinneka Tunggal Ika

Artikel tentang Bhinneka Tunggal Ika
credit:instagram@aboutcirebonid

Artikel tentang Bhinneka Tunggal Ika saat ini banyak dibahas di kalangan penduduk Indonesia. Tidak hanya di kalangan aktivis-aktivis sosial, pembahasan mengenai Bhinneka Tunggal Ika juga banyak dibahas di setiap permasalahan sosial yang menyangkut konflik atau perselisihan antar masyarakat di Indonesia.

Saat ini, di Indonesia banyak mengalami konflik-konflik sosial antar saudara. Bahkan, beberapa etnis mengalami perpecahan karena perbedaan yang terdapat dalam lingkungannya. Hal inilah yang membuat Bhinneka Tunggal Ika menjadi suatu pembahasan yang sangat penting untuk dikemukakan.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan negara Indonesia. Arti dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda, namun tetap satu. Artinya, meskipun masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku, etnis, agama, budaya, tradisi, hingga bahasa, namun masyarakat Indonesia tetap satu. 

Masyarakat Indonesia memiliki bangsa satu, yaitu Bangsa Indonesia, memiliki tanah air satu, yaitu tanah air Indonesia, memiliki bahasa satu, yaitu bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sebanyak apapun perbedaan dapat dipersatukan dengan satu kesamaan.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan keragaman suku, bangsa, ras, agama, hingga bahasa yang ada di Indonesia. Keragaman dari setiap penduduk di Indonesia tersebut dipersatukan dengan unsur budaya dan juga bangsa Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa semboyan resmi Negara Indonesia ini merupakan semboyan yang dapat mempersatukan bangsa, suku, agama, dan unsur lain yang ada di Indonesia. 

Begitu bermaknanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika sehingga membuat banyaknya artikel-artikel yang membahas mengenai semboyan resmi negara Indonesia tersebut.

Artikel-artikel Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis oleh penulis-penulis sangat bermanfaat sebagai pengingat bahwa Indonesia memiliki pegangan untuk tetap bersatu, berpegang kuat, dan saling bahu membahu meningkatkan kebersamaan, dan rasa persatuan di negara Indonesia.

Dengan adanya artikel yang membahas mengenai semboyan Indonesia ini, diharapkan seluruh penduduk di Indonesia bersatu dan jauh dari konflik-konflik antar saudara.

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Dalam perkembangannya, artikel Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya menjelaskan mengenai fungsi dan tujuannya. Artikel-artikel yang memuat pembahasan mengenai Bhinneka Tunggal Ika juga sering membahas mengenai sejarah dari semboyan negara Indonesia tersebut.

Dalam salah satu artikel yang membahas Bhinneka Tunggal Ika, sejarah semboyan tersebut dibahas. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika yang dijadikan semboyan resmi Indonesia itu sangatlah panjang. Pada awalnya, semboyan tersebut dituliskan dalam kalimat "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa."

Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa memiliki arti tidak ada kebenaran yang bermuka dua. Maksud dari semboyan secara lengkap adalah suatu himbauan yang ditujukan kepada masyarakat agar senantiasa berpegang dan berlandaskan kebenaran yang satu.

Semboyan resmi Indonesia tersebut untuk pertama kalinya digunakan pemerintah pada masa Kerajaan Majapahit. Ketika itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa digunakan oleh Kerajaan Majapahit pada era kepemimpinan Wisnuwardhana.

Ketika itu, semboyan Kerajaan Majapahit tersebut dirumuskan oleh Mpu Tantular yang diambil dari Kitab Sutasoma. Perumusan semboyan tersebut dilakukan atas dasar permasalahan yang terjadi pada penduduk di lingkungan kerajaan.

Ketika itu, penduduk Kerajaan Majapahit mengalami perpecahan yang diakibatkan oleh perbedaan kepercayaan dan keagamaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Mpu Tantular kemudian merumuskan semboyan agar terciptanya rasa persatuan dan kesatuan pada setiap penduduk di lingkungan Kerajaan Majapahit.

Dengan digunakannya semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa, maka pemerintahan Kerajaan Majapahit dapat mengatasi permasalahan perbedaan kepercayaan dan keagamaan di lingkungan penduduknya.

Untuk negara Indonesia, semboyan resmi Bhinneka Tunggal Ika digunakan sebagai pemersatu penduduk yang ada di Indonesia.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada negara Indonesia tidak hanya memberikan nilai-nilai inspiratif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Semboyan ini telah banyak membantu dalam menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam Kitab Sutasoma, definisi Bhinneka Tunggal Ika lebih diperuntukkan kepada masalah perbedaan kepercayaan dan keagamaan yang terjadi di lingkungan Kerajaan Majapahit.

Bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia, semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa ini menjadi tujuan dan pedoman akan bersatunya segala perbedaan yang ada di Indonesia. Baik itu perbedaan agama, kepercayaan, bahasa, suku, etnis, adat, tradisi, dan lainnya.

Segala perbedaan tersebut dapat dipersatukan melalui lambang atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sebagai semboyan atau lambang negara, Bhinneka Tunggal Ika, secara resmi menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia.

Peresmian semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 pada tanggal 17 Oktober 1951. Selain diatur dalam Peraturan Pemerintah, semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini juga terdapat dalam undang-undang negara pada 28 Oktober 1951.

Undang-undang tersebut menerangkan bahwa, Bhinneka Tunggal Ika diakui secara resmi sebagai lambang negara. Jika diuraikan dari sejarah terbentuknya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, penggunaan semboyan pada masa Kerajaan Majapahit dan pada masa pemerintahan Indonesia pada dasarnya memiliki kesamaan dalam berpandangan.

Pandangan masa Kerajaan Majapahit dan pemerintahan Indonesia sama-sama menatap pada tujuan untuk meningkatkan semangat rasa persatuan, kesatuan dan juga kebersamaan. Persatuan, kesatuan, dan kebersamaan ini lah yang menjadi modal dasar dalam menegakkan suatu negara. 

Indonesia dalam Pandangan Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika
credit:instagram@lisayasminn

Jika dilihat dari sejarah terbentuknya Bhinneka Tunggal Ika, negara Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman dan peradaban yang besar dan unik.

Negara Indonesia ini berdiri di atas tanah yang pernah dikuasai oleh berbagai kerajaan dan negara-negara besar di dunia, seperti kerajaan Hindu, Kerajaan Budha, Kerajaan Islam, Bangsa Portugis, Inggris, Jepang, dan Belanda. Peradaban-peradaban tersebut mempengaruhi bahasa dan kebudayaan yang ada di Indonesia hingga saat ini.

Pengaruh dari peradaban-peradaban besar tersebut terus berkembang hingga pada 1945, bangsa Indonesia bersatu dan kemudian merdeka pada 17 Agustus 1945.

Ketika itu, tidak hanya ada perayaan proklamasi kemerdekaan yang mewarnai merdekanya Indonesia, tetapi juga keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Keberagaman inilah yang akhirnya melahirkan kemerdekaan untuk seluruh bangsa Indonesia.

Dari penjelasan singkat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya digunakan sebagai semboyan persatuan, bukan juga sekedar visi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. 

Bhinneka Tunggal Ika dijadikan sebagai sebuah ide dari seluruh negara Indonesia. Ide yang meningkatkan keberadaan Negara Indonesia.

Pada dasarnya, Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah ideologi bangsa. Ideologi inilah yang kemudian mampu meningkatkan kecintaan masyarakat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semboyan ini jugalah yang pernah membawa Negara Indonesia menjadi negara yang besar saat itu.

Akan tetapi saat ini, nilai Bhinneka Tunggal Ika dinilai sudah mulai memudar di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya pelanggaran akan hak-hak setiap warga negara, ketidakadilan yang merajalela, kurangnya sikap peduli antar sesama, dan lain-lain.

Untuk itu, diperlukan berbagai gerakan untuk mengingatkan dan mendorong masyarakat Indonesia agar berpegang kembali pada semboyan Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Demikianlah pembahasan mengenai artikel Bhinneka Tunggal Ika. Semoga artikel ini berguna dan bermanfaat.

Posting Komentar untuk " Artikel tentang Bhinneka Tunggal Ika"