Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jalan - Jalan ke Kawasan Budaya dan Sejarah Rumah Adat Atakkae, Wajo

Jalan - Jalan ke Kawasan Budaya dan Sejarah Rumah Adat Atakkae, Wajo
credit:flickr.com

Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan memiliki banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi di waktu liburan. Salah satu kawasan budaya yang menarik untuk dikunjungi di Kabupaten Wajo adalah Rumah Adat Atakkae. Kawasan ini mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah, namun versi kabupaten.

Pada suatu siang yang terik di kota Sengkang, saya diundang oleh teman untuk mengunjungi Kabupaten Wajo. Setelah menyelesaikan pekerjaan di kota tersebut, kami pun pergi berwisata dan salah satu tempat yang kami kunjungi adalah kawasan rumah adat Atakkae.

Kami menggunakan becak motor (Bentor) dari Masjid Raya Kota Sengkang menuju ke kawasan wisata ini yang hanya berjarak sekitar 3 KM dari pusat kota. Salah satu teman yang tinggal di sana menjadi pemandu wisata kami selama di sana dan memberikan informasi tentang lokasi wisata ini.

Kawasan budaya rumah adat Atakkae ini sangat terjangkau, saat itu kami hanya membayar Rp 3000/orang. Kawasan ini terletak di Kelurahan Atakkae Kecamatan Tempe dan dibangun pada tahun 1995 di pinggir Danau Lampulung. Di dalam kawasan ini, terdapat puluhan duplikat rumah adat tradisional yang dihimpun dari berbagai kecamatan di Kabupaten Wajo.

Ketika kami tiba di tempat ini, kawasan ini terlihat sepi dan hanya beberapa ekor anjing dan kambing yang terlihat berkeliaran di tempat ini. Teman kami yang menjadi pemandu wisata mengatakan bahwa kawasan ini sudah tidak sebanyak dulu lagi.

Namun, ada satu rumah adat yang sangat menarik perhatian kami, yaitu rumah adat yang cukup besar yang disebut Saoraja atau istana Tenribali, salah seorang matoa Wajo. Rumah adat ini berada tepat di samping Danau Lampulung.

Rumah adat ini memiliki 101 tiang yang masing-masing beratnya 2 ton dan terbuat dari kayu ulin asal Kalimantan. Tiang-tiang ini didirikan menggunakan alat berat (eskavator). Lingkaran tiang rumah ini memiliki ukuran 1,45 meter dengan garis tengah 0,45 meter dan tinggi tiang dari tanah ke loteng sekitar 8,10 meter. Bangunan rumah adat ini memiliki ukuran panjang 42,20 meter, lebar 21 meter dan tinggi bubungan 15 meter.

Di dalam rumah adat ini, kami tidak menemukan benda-benda pameran seperti rumah adat di daerah lain yang kami pernah kunjungi yang telah dijadikan museum. Namun dari jendela rumah adat ini, kami dapat melihat Danau Lampulung yang kondisinya memprihatinkan karena tanaman eceng gondok menutupi sebagian besar danau ini.

Kami sangat terkesan dengan keindahan kawasan budaya Rumah Adat Atakkae ini. Selain memiliki nilai sejarah yang tinggi, kawasan ini juga memiliki keunikan tersendiri yang sulit ditemukan di tempat lain. Meskipun kondisi danau Lampulung yang memprihatinkan sedikit mengurangi keindahan tempat ini, namun kami tetap merasa puas dengan kunjungan kami ke kawasan budaya ini.

Bagi teman-teman yang ingin berkunjung ke Kabupaten Wajo, jangan lupa untuk mampir ke kawasan budaya Rumah Adat Atakkae ini. Selain dapat mempelajari sejarah dan budaya setempat, teman-teman juga bisa menikmati keindahan dan ketenangan lingkungan sekitarnya. Semoga informasi ini bermanfaat bagi teman-teman yang sedang merencanakan liburan ke Sulawesi Selatan.

Posting Komentar untuk " Jalan - Jalan ke Kawasan Budaya dan Sejarah Rumah Adat Atakkae, Wajo"