Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesenian Reog Ponorogo: Mencuri Perhatian Dunia dengan Kebudayaan yang Kaya Akan Nilai Sejarah

Kesenian Reog Ponorogo
credit:flickr.com

Kekayaan budaya dan keindahan alam Indonesia sudah sangat terkenal, mulai dari sawah hijau yang luas, suara burung berkicau, hingga sungai yang mengalir deras. Semua hal tersebutlah yang menjadikan Indonesia unik dan berharga, bersama dengan warisan budaya yang beragam, yang membentang dari Sabang hingga Merauke. 

Penting bagi kita untuk menghargai dan melindungi aset-aset berharga ini, terutama di tengah-tengah upaya-upaya terbaru dari negara-negara tetangga untuk mengklaimnya sebagai milik mereka sendiri.

Salah satu contoh warisan budaya Indonesia adalah tarian Reog Ponorogo, tarian daerah yang terdiri dari 30 hingga 40 penari, termasuk dadak merak, warok, bujang ganong, Kelanasewandana, Sanggalangit, dan pasukan Jathil. Meskipun beberapa daerah juga menggunakan nama Reog untuk tarian tradisional mereka, Reog Ponorogo berbeda dari tarian-tarian lain yang menggunakan nama yang sama.

Pemerintah Ponorogo berusaha untuk melestarikan warisan budaya ini dengan mempromosikan Reog Ponorogo sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sebagian besar lembaga pendidikan di wilayah tersebut, termasuk sekolah dasar dan menengah, universitas, dan bahkan beberapa pesantren. 

Pemerintah juga menyelenggarakan acara khusus untuk memperlihatkan budaya Reog Ponorogo, seperti festival Reog tahunan yang bertepatan dengan hari Suro dalam kalender Jawa. Festival ini menarik berbagai kelompok Reog dari seluruh Indonesia.

Selama festival, Ponorogo dipadati pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia yang datang untuk menyaksikan acara besar ini. Highlight acara Grebeg Suro adalah prosesi benda-benda pusaka yang memperlihatkan berbagai adat dan tradisi Ponorogo, yang diikuti oleh pertunjukan Reog Ponorogo di malam hari.

Di Ponorogo, peringatan malam satu Suro tidak hanya dilakukan dengan festival Reog Ponorogo. Warga Ponorogo juga memiliki tradisi yang disebut "lek-lekan" untuk memperingati malam tersebut. Tradisi ini dilakukan dengan cara begadang dan berjalan-jalan di sekitar jalan-jalan Ponorogo.

Meskipun tradisi ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun, namun hingga kini masih dipraktekkan oleh masyarakat Ponorogo. Kegiatan lek-lekan dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai lapisan usia dan profesi. Mereka akan berjalan-jalan sambil mengenakan pakaian adat dan membawa obor serta alat musik tradisional.

Tradisi lek-lekan di Ponorogo memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat setempat. Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, lek-lekan juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Kegiatan ini juga dianggap sebagai sarana untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Ponorogo.

Dengan adanya tradisi lek-lekan, diharapkan nilai-nilai budaya dan tradisi lokal di Ponorogo dapat terus terjaga dan dilestarikan. Kegiatan ini juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dalam kebudayaan Ponorogo. Pemerintah Ponorogo pun berkomitmen untuk terus melestarikan tradisi ini agar tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya daerah.

Kesenian Reog Ponorogo
credit:flickr.com

Tarian Reog Ponorogo, yang telah bertahan dari masa ke masa dan bahkan menarik minat turis asing, memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Salah satu legenda paling terkenal mengenai asal-usulnya bercerita tentang Ratu Dewi Sanggalangit dan Kelana Sewandana. Di sebuah kerajaan di Kediri, terdapat seorang putri cantik bernama Sanggalangit. Orangtuanya menginginkan cucu yang luar biasa, namun putrinya menolak menikah. 

Akhirnya, ia setuju menikah dengan satu syarat: calonnya harus mempersembahkan pemandangan atau pertunjukan yang unik dan belum pernah dilihat sebelumnya. Pertunjukan itu juga harus menampilkan hewan dengan dua kepala dan seratus empat puluh kuda kembar.

Tidak hanya menjadi bagian dari perayaan pernikahan, Reog Ponorogo juga kerap dipentaskan dalam berbagai acara penting di Indonesia, seperti pada pembukaan dan penutupan acara olahraga, pertunjukan seni, dan perayaan hari besar nasional. Kesenian ini telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat Ponorogo dan bangga dipertunjukkan kepada tamu-tamu dari luar daerah maupun negara.

Namun, meskipun Reog Ponorogo merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sangat berharga, namun tidak sedikit pula kekhawatiran atas kemungkinan terjadinya pengambilalihan dan klaim dari negara lain. Oleh karena itu, perlu adanya upaya perlindungan terhadap warisan budaya dan alam Indonesia, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri.

Pemerintah Ponorogo telah menunjukkan perhatian serius dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan Reog Ponorogo. Selain mengadakan kegiatan ekstrakurikuler di berbagai lembaga pendidikan untuk mempromosikan kesenian ini, pemerintah juga mengadakan berbagai acara khusus untuk memamerkan keindahan budaya Reog Ponorogo. Salah satunya adalah festival tahunan yang digelar pada hari Suro.

Festival tahunan ini menjadi salah satu wujud nyata dari upaya pemerintah dalam melestarikan kebudayaan Reog Ponorogo. Acara ini menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya Reog Ponorogo kepada masyarakat luas, serta mempromosikan pariwisata daerah. Selain itu, festival ini juga menjadi media untuk mempertemukan para seniman Reog Ponorogo dengan penggemar dan peminat budaya tradisional.

Dengan adanya festival tahunan ini, diharapkan kebudayaan Reog Ponorogo akan terus hidup dan berkembang. Pemerintah Ponorogo terus berupaya untuk memperkuat identitas budaya daerah melalui upaya melestarikan kebudayaan Reog Ponorogo. Diharapkan, upaya ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan tradisional Indonesia.

Namun, perlindungan terhadap warisan budaya dan alam Indonesia tidaklah cukup hanya dengan upaya pemerintah semata. Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Ponorogo, juga memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan budaya dan alam Indonesia. 

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengenalkan budaya dan alam Indonesia kepada generasi muda, membudayakan perilaku ramah lingkungan, serta mendukung produk-produk lokal yang dibuat dengan bahan-bahan alami.

Dengan menjaga dan melestarikan warisan budaya dan alam Indonesia, kita tidak hanya mempertahankan identitas dan jati diri bangsa, tetapi juga menunjukkan ke dunia bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya dan alam yang luar biasa. Dan dengan adanya upaya perlindungan dan pelestarian ini, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya dan alam Indonesia tetap dapat dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.

Posting Komentar untuk " Kesenian Reog Ponorogo: Mencuri Perhatian Dunia dengan Kebudayaan yang Kaya Akan Nilai Sejarah"