Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Asal Usul Dan Perkembangan Seni Pentas Ludruk Jawa Timuran


Mengenal Asal Usul Dan Perkembangan Seni Pentas Ludruk Jawa Timuran
image : flickr.com

Salah satu bentuk keaneka ragaman budaya dan tradisi bangsa Indonesia adalah di bidang kesenian khususnya seni pentas. Dari sekian banyak seni pentas yang ada salah satu yang menonjol dan berkembang dengan cukup pesat adalah seni pentas Ludruk. Ludruk adalah seni pentas yang berkembang di pulau Jawa khususnya di daerah Jawa Timur.

Di sana ada satu kelompok seni pentas Ludruk  yang masih eksis hingga sekarang yakni kelompok atau group lawak  Kartolo Cs.

Group Kartolo Cs selalu menghadirkan dan menampilkan  kisah dalam relitas kehidupan sehari-hari, seperti misalnya masalah  kenakalan remaja, buruh dengan gaji pas-pasan, hingga persoalan rumah tangga dan juga permasalahan - permasalah sosial lainnya. 

Dagelan dan lawakannya yang spontan tanpa naskah baku dan banyak menghadirkan improvisasi para pemainnya seringkali  membuat penonton tertawa geli dan  terpingkal-pingkal.

Menurut literatur sejarah dari mana asal-usul kesenian ludruk ini  tidak diketahui secara pasti. Namun demikian, menurut seorang pemerhati budaya yakni Matthew Isaac Cohen, seorang profesor theater dari Royal Holloway, University of London Inggris,  keberadaan jejak ludruk bisa dilihat melalui sebuah laporan dari A.D. Cornets de Groot, seorang Residen Belanda pada masa kolonial di Gresik, yang menggambarkan bagaimana keadaan Kota Gresik pada tahun  1822 Masehi hingga tahun 1823 Masehi.

Menurut Cohen, A.D Cornets de Groot menuliskan bahwa kata ludruk mempunyai arti sebuah tarian dengan dua orang pelawak, dimana slah satunya mengenakan pakaian wanita. Mereka berdua bermain peran dan melakonkan sebuah cerita yang lucu.

Jadi intinya, dagelan atau lawakan adalah  merupakan bagian utama dari seni pentas ludruk sejak zaman dahulu. Selain dagelan dalam pentas Ludruk juga terdapat tari remo, selingan, dan cerita (lakon). Dagelan atau lawakan biasanya dimainkan setelah tari remo dan sebelum selingan di mulai.

Seorang pemerhati budaya yang lain yakni James L. Peacocks menulis didalam sebuah  bukunya yang berjudul Ritus Modernisasi: Aspek Sosial & Simbolik Teater Rakyat Indonesia, menuliskan bahwa isi dari tarian remo, dagelan, selingan, dan cerita selalu bervariasi dari satu pertunjukan ke pertunjukan yang lain.

Dalam satu rombongan group ludruk katakan saja biasa menampilkan sebanyak enam dagelan atau lawakan  yang berbeda, enam buah cerita yang berbeda, dan tiga macam jenis tari remo selama 20 pementasan secara  berturut-turut,” tulis Peacocks.

Tidak ada pakem atau aturan yang baku dalam pertunjukan ludruk, seperti misalnya  jumlah pemainnya dan jumlah babak atau bagiannya. Para pemain Ludruk dituntut untuk bisa berimprovisasi dan mengembangkan jalan cerita di atas panggung berdasrkan garis besar jalan cerita yang sudah dibuat sebelumnya.

Dagelan atau lawakan Ludruk biasanya  diawali dengan kemunculan seorang pemain dagelan di atas panggung. Lalu kemudian, dia akan mengidung sendirian dan melakukan permainan solo. Tak lama setelah itu, muncul pemain dagelan yang kedua, kemuadian mereka saling berdialog satu sama lain, memunculkan kisah dan humor - humor  pendek yang lucu.

Pada awalnya Ludruk memang memainkan banyak dagelan yang berupa slapstick (lawak kasar secara  fisik). Namun kemudia , setelah muncul group ludruk Cak Gondo Durasim pada  sekitar tahun 1920 Masehi, terjadi banyak perubahan dalam konsep dagelan atau lawakannya. Ketika itu Ludruk lebih cenderung ke lawak halus, berupa  permainan kata-kata dan sindiran - sindiran  sosial maupun politik.

Cak Durasim sendiri merupakan seorang pelopor perkumpulan ludruk di Surabaya. Pada 1937 Masehi, dia adalah yang mempopulerkan legenda Soerabaja dalam sebuah bentuk drama. Ketika masa pendudukan Jepang, dia kerap mengangkat kisah - kisah  perjuangan masyarakat  dan tokoh lokal di Jawa Timur. 

Ketika sedang melakukan  pertunjukan di Keputran Kejambon, Surabaya, Cak Durasim mengritik bangsa Jepang dengan sebuah  kidungan: pagupon omage dara, melu Nippon tambah sengsoro (yang artinya adalah kandang rumahnya burung dara, ikut Jepang tambah sengsara). 

Sebagai akibatnya, maka kemudian Cak Durasim dijebloskan ke dalam penjara oleh polisi militer Jepang. Setahun berselang setelah kejadian tersebut , Cak Durasim kemudian meninggal dunia..

Dalam setiap pertunjukan Ludruk biasanya selalu  mengangkat realitas dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Jadi walaupun  berbicara soal masa lampau, pada intinya tetap berkaitan dengan isu-isu yang terjadi di masyarakat masa kini, seperti misalnya relasi antara  lelaki dan perempuan, kaya dan miskin, tua dan muda, tradisi dan modern. Dagelan atau lawakan pun juga memainkan kisah - kisah semacam itu.

Dalam seni pentas Ludruk terdapat beberapa ciri khas pemain dagelan atau lawakannya yaitu : 
  • Pertama, para pemain dagelan biasanya selalu menggunakan nama asli mereka, sehingga hanya merekalah pemain yang dikenal namanya oleh para penonton di sana. 
  • Kedua, para pemain dagelan atau lawakan memainkan peran-peran bawahan, seperti nisalnya pembantu atau buruh. 
  • Ketiga, para pemain dagelan atau lawakan  menggunakan tata bahasa Jawa ngoko (jawa kasar) dengan dialek Suroboyoan yang khas.
Mengenal Asal Usul Dan Perkembangan Seni Pentas Ludruk Jawa Timuran
image : flickr.com

Gaya lawakan seperti Ludruk ini banyak di adaptasi oleh group lawak di tanah air. Contohnya adalah group lawak kondang Srimulat, yang banyak mngadopsi gaya lawakan dalam Ludruk. Namun sayangnya group lawak Srimulat kini juga tidak jelas keberadaaanya. 

Selain karena para pemainnya sudah banyak yang meninggal dunia, sangat sulit mengumpulkan mereka dalam satu panggung akibat dari kesibukan pemainnya.

Itulah artikel mengenai seni pentas ludruk Jawa Timuran, sebagai salah satu bentuk kekayaan tradisi bangsa Indonesia dalam bidang kesenian terutama seni pentas dan teater.

Semoga artikel ini semakin menambah wawasan anda dalam mengenal lebih banyak lagi budaya dan tradisi bangsa Indonesia.

Posting Komentar untuk "Mengenal Asal Usul Dan Perkembangan Seni Pentas Ludruk Jawa Timuran"