Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Wayang Di Indonesia


Sejarah Perkembangan  Wayang Di Indonesia
image : flickr.com

Artikel ini masih membahas seputar Wayang, yakni salah sattu budaya warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Pada artikel kali ini saya akan membahas lebih dalam mengenai asal usul muncul dan lahirnya wayang di Indonesia.

Sebagaimana sudah saya bahas di artikel saya sebelumnya bahwa ada dua pendapat yang berbeda versi tentang asal - usul wayang, dimana satu pendapat mengatakan bahwa wayang berasal dari India dan satu pendapat yang mengatakan bahwa wayang adalah asli budaya bangsa Indonesia. 

Nah, di dalam pagelaran atau pertunjukan Wayang seringkali kita mendapati juga cerita-cerita tentang bangsa melayu Indonesia kuno serta bisa juga dilihat beberapa tokoh wayang seperti Semar, Gareng, Petruk dan Bagong dimana tokoh - tokoh tersebut adalah asli milik bangsa Indonesia yang di sebut Punakawan.

Di kalangan ahli yang mengatakan bahwa wayang berasal dari India, diantaranya  Pischel bahwa wayang berasal dari istilah “Rupparupakam” dalam cerita Mahabarata dan “Ruppapanjipane” dalam Therigata. Kedua istilah tersebut mempunyai arti teater bayangan.

Sedangkan salah seorang ahli yang lain yakni Krom mengatakan Wayang adalah suatu bentuk kreasi Hindu Jawa, dengan argumentasi bahwa kesenian wayang ini hanya terdapat di pulau Jawa dan Bali saja, yakni dua daerah yang mengalami pengaruh dari kebudayaan Hindu yang paling dominan. 

Dikatakannya  pula bahwa masyarakat India telah lama mengenal teater bayangan seperti yang di kemukanan oleh koleganya yakni Pischel.

lebih lanjut Krom juga berpendapat bahwa cerita wayang menggunakan bahan-bahan cerita dari India dalam pertunjukannya,  sementara itu tidak adanya istilah- istilah India dalam peralatan wayang tidaklah membuktikan apa-apa. pendukung lain dari kelompok yang berpendapat seperti ini antara lain Poensen, Goslings dan Rassers yang juga menyatakan argumentasinya masing-masing.

Beragam penjelasan dan argumentasi yang dikemukakan oleh kedua kelompok  ahli  tersebut masih tergolong lemah dan tidak membuktikan apa-apa karena hanya berdasarkan perkiraan-perkiraan dan asumsi saja tanpa adanya bukti yang sangat kuat yang melatarbelakanginya.

Sementara itu sebuah pendapat lain dikatakan oleh Ir. Sri Mulyana yang mengatakan bahwa wayang telah ada di Indonesia jauh sebelum kedatangan orang-orang Hindu ke Nusantara walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.

Lebih lanjut Beliau juga meyakini bahwasannya wayang itu berasal dan diciptakan oleh bangsa Indonesia asli di pulau Jawa dan digunakan dalam upacara keagamaan atau suatu upacara yang ada hubungannya dengan kepercayaan kala itu.

Sejarah Perkembangan Wayang Kulit

Sejarah Perkembangan Wayang Kulit tidak bisa lepas dari asal-usul lahirnya Wayang secara umum. Ada beberapa periode perkembangan tentang wayang yakni dimulai sejak Periode Prasejarah, Periode Hindu-Budha, Periode Islam, Periode Kolonial hingga periode Pasca Kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dan dalam artikel ini saya akan mengulas tentang  asal-usul Wayang Kulit yang dimulai dengan kepemilikan Wayang Purwa pertama kali yang tercatat dalam sejarah yakni Sri Jayabaya (Raja Kediri tahun yang berkuasa pada tahun 939 Masehi).

Wayang Purwa kemudian dikembangkan lagi oleh Raden Panji di Jenggala sekitar tahun 1223 Masehi. Kemudian di tahun 1283 Masehi di kerajaan Majapahit Raden Jaka Susuruh menciptakan sebuah Wayang dari kertas yang kemudian dikenal dengan nama “Wayang Beber“.

Sejarah Perkembangan  Wayang Di Indonesia
image : flickr.com

Selanjutnya Sangging Prabangkara pada tahun 1301 Masehi menggambar bentuk dan corak Wayang Beber beraneka ragam yang disesuaikan dengan adegan atau lakon ceritanya.

Pada tahun 1478 Masehi merupakan tahun runtuhnya Kerajaan Majapahit dan dimulainya Kerajaan Demak dengan Raden Patah sebagai rajanya. Dan Pada masa itu Wayang Beber di rubah bentuk dan penampilannya karena bertentangan syariat agama Islam. 

Sebagai gantinya kemudian Raden Patah dengan bantuan Walisongo membuat sebuah kreasi bentuk wayang yang baru yang di sebut dengan nama wayang kulit.

Beberapa perubahan tersebut diantaranya adalah bentuk Wayang dibuat menjadi pipih (dua dimensi), dan di buat dari kulit kerbau, kemudian di berikan warna dasar putih sedangkan untuk warna pakaiannya di berikan warna hitam. 

Kemudian wayang  diberi gapit agar bisa ditancapkan di kayu atau batang pisang, sementara gambarnya tetap meniru dari gambar Wayang Beber kerajaan Majapahit.

Kemudian pada tahun 1521 Masehi bentuk dari wayang kulit lebih disempurnakan lagi dengan penambahan jumlah wayangnya  sehingga wayang tersebut bisa dipergunakan untuk memainkan cerita - cerita Ramayana dan juga Mahabarata.

Sultan Pajang kala itu yakni Hadi Wijaya atau  Joko Tingkir pada tahun 1556 Masehi di Kerajaan Pajang mencoba membuat sebuah bentuk dan  kreasi baru Wayang Kulit dengan bantuan dari para ahli kesenian istana. Wayang Kulit hasil kreasi tersebut dengan ukuran yang diperkecil ini kemudian dinamai dengan Wayang Kidang Kencana.

Wayang tersebut dibuat dengan beberapa pembeda untuk tiap - tiap golongan, diantaranya  golongan raja dipakaikan dengan Mahkota, golongan Ksatria memakai Gelung, memakai dodotan atau celara, serta kemudian diciptakan berbagai senjata seperti panah, keris dan sebagainya yang tadinya belum ada.

Perkembangan Wayang Kulit selanjutnya adalah pada zaman kerajaan Mataram dimana bentuk-bentuk wayang banyak sekali  mengalami perubahan - perubahan dari sebelumnya.

Pada kisaran tahun 1586 Masehi – 1601 Masehi dimana Panembahan Senopati berkuasa, bentuk wayang kembali dikembangkan dengan menambahkan bentuk - binatang - binatang seperti gajah, garuda, kuda dan sebagainya dengan rambut yang ditata secara halus.

Kemudian tahun 1601 Masehi -1613 Masehi yakni  dimasa pemerintahan Mas Jomblang (Pangeran Seda Krapyah), bentuk wayang lebih diperbesar serta dibuatlah beberapa macam ekspresi atau wanda.

Sebagai contoh misalnya Wanda Arjuna atau Wanda Jimat, Wanda Bima (Mimis), dan wanda Sayudana (Wanda Langkung). 

Kemudian Raksasa Ratan Wanda Barang yang dibuat dagelan diberi candra sengkala berupa buto cakil yang berbunyi Tangan Yaksa Tataning Jalma, yang menandakan candra sengkala tahun 1662 tahun saka.

Pada masa pemerintahan Sultan Agung Mataram di tahun 1613 Masehi -1645 Masehi, penyempurnaan wayang kembali di lakukan yakni pada bentuk matanya seperti dibuat ikyepen, Dandanga, Thelengan dan sebagainya yang dibuat oleh seorang tokoh terkenal pada saat itu yang bernama Sastro Ghending.

Dia kemudian membuat wanda wayang, Bolodewo wanda Geger, Kresna wanda Mangsa, Arjuna wanda Gendreh, Samudra wanda Rangkung, Banuwati wanda Golek, Semar wanda Brebes dan Dukun, Bagong dan wanda Gelut, serta Petruk wanda Jlegang.

Kemudian diberi candra sengkala berupa bentuk raksasa berambut api berbunyi Wayang Gemuling Tunggal yang menandakan tahun 1563 tahun saka.

Terdapat dua jenis Lakon pagelaran wayang yang terkenal pada masa pemerintahan Amangkurat Tegal Arum yakni Lakon Kasepuhan oleh Kyai Panjang Mas dan lakon Kanoman oleh Nyai Panjang Mas. 

Lakon Kanoman oleh Nyai Panjang Mas hanya di pentaskan khusus  di wilayah kadipaten dengan punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Adapun Lakon Kyai Panjang Mas khusus dipentaskan didalam Istana (kasepuhan) dengan punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.

Sejarah Perkembangan  Wayang Di Indonesia
image : flickr.com

Pada masa ini juga ditandai dengan pembuatan Wayang Bethara Guru yang berdiri diatas Lembu Andini yang diberi candra sengkala berbunyi Astining Pandhita Marganing Dewa, yang menandakan tahun 1517 tahun saka.

Pada masa Amangkurat II Kartasura dibuat wayang raksasa Endhang Candra sengkala berbunyi Margo Serno wayang Ing Jalma yang menandakan tahun 1605 tahun saka.

Kemudian pada masa Amangkurat III, pada tahun 1703 Masehi -1704 Masehi, dan Pangeran Puger pada tahun 1704 Masehi - 1719 Masehi dibuatlah Wayang Kenyo Wandhu dan diberi candra sengkala berbunyi Buta nembah wayang Ing Satria yang menandakan tahun 1625 tahun saka.

Lalu pada Masa Pemerintahan Paku Buwana II di Kartasura (1727 Masehi - 1749 Masehi), bentuk Wayang Kyai Pramuka dibuat dan dijadikan Wayang Pusaka. Berjumlah 200 buah dengan diperingati oleh Candra Sengkala Raksasa Buta Terong berbunyi Buta Lima Mangga Jelma yang menandakan tahun 1655 tahun saka.

Selanjutnya pada masa Adipati Anom sebagai putra dari Paku Buwana III, di buatlah bentuk wayang berpola Wayang Pramuka yang dikerjakan oleh Ki Gandataruna dan Cerma Pangrawit.

Wayang tersebut tidak diberikan Candra Sengkala namun masing-masing Wayang diantara kedua kakinya diberi wayang dan wandanya. Wayang ini diberi nama Kyai Kanyut, dan Kyai Mangu.

Pada tahun 1710 Masehi Adipati Anom kembali memerintahkan untuk membuat Wayang berpola Kartasura yang diperbesar dan di jujut yang kemudian  diberi nama Kyai Pramukane Kadipaten.

Adapun pada masa pemerintahan Paku Buwono IV yang  memerintah di tahun 1755 Masehi, dibuatlah jenis Wayang berpola Kyai Mangu yang diberi nama Kyai Jimat, dibuat pula bentuk Wayang lain berpola Kyai Kanyut yang di beri nama Kyai Kandung.

Bentuk Wayang lainnya yang dibuat pada masa itu adalah Kyai Pageran Singosari I yang dibuat dengan pola Kyai Pramuka. Hingga sampai pada masa pemerintahan Paku Buwana V inilah keberadaan Wayang telah tersebar di seluruh pulau Jawa.

Karena telah umum dimata masyarakat kala itu, maka pembuatan wayang tak lagi diberikan nama, meskipun begitu pada masa pemerintahan Mangku Negara tahun 1850 Masehi -1860 Masehi dibuat lagi bentuk wayang yang diberi nama Kyai Sabet. Dan mulai sejak saat itu bentuk wayang tetap wujudnya dalam perkembangannya hingga sekarang ini yang kita kenal.

Selanjutnya pada masa setelah kemerdekaan, Wayang Kulit Purwa telah diakui sebagai Budaya Nasional yang wajib untuk dilestarikan dalam bentuk yang dipertahankan hingga saat sekarang.

Pagelaran dan pertunjukan wayang kulit cukup sering diadakan diberbagai daerah khususnya pada peringatan malam satu suro atau pada resepsi orang hajat dan pada prosesi tradisi ruwatan.

Itulah artikel mengenai sejarah lahir dan perkembangan bentuk wayang di Indonesia. Semoga artikel ini mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Posting Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Wayang Di Indonesia"