Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Raden Ngabehi Ranggawarsita, Pujangga Jawa Yang Terakhir

Raden Ngabehi Ranggawarsita, Pujangga Jawa Yang Terakhir
credit:erc_andika

Dalam Majalah Kajawen Nomor 24 tanggal 25 Maret 1931 halaman 384, diberitakan bahwa untuk memperingati 60 tahun meninggalnya RNg Ranggawarsita di tahun 1931 (tepatnya Tahun Je 1861), Panitia Peringatan Ranggawarsita (tertulis: Komite Pengetan Ranggawarsitan) Surakarta hendak mengadakan syukuran.

Kepopuleran Raden Ngabei (RNg) Ranggawarsita sebagai pujangga Jawa dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di kalangan masyarakat Jawa tidak pernah surut hingga saat ini. 

Jauh sebelumnya, ketika masih di zaman penjajahan Belanda, Ranggawasita juga sudah terkenal. Bahkan beritanya sering menghiasi majalah yang terbit di kala itu, yaitu Majalah Kajawen. 

Salah satu berita kepopuleran pujangga Jawa yang dianggap sebagai pujangga penutup ini dimuat di Majalah Kajawen Nomor 24 tanggal 25 Maret 1931.

Dalam majalah tersebut di halaman 384, diberitakan bahwa untuk memperingati 60 tahun meninggalnya RNg Ranggawarsita di tahun 1931 (tepatnya Tahun Je 1861), Panitia Peringatan Ranggawarsita (tertulis: Komite Pengetan Ranggawarsitan) Surakarta hendak mengadakan syukuran. 

Syukuran akan digelar jika mendapat dukungan dari masyarakat, khususnya pencinta budaya dan sastra Jawa. Selain itu akan membuat buku biografi Ranggawarsita, mulai dari lahir, perjalanan hidup, karya-karyanya, dan juga saat wafat.

Untuk menyukseskan peringatan tersebut, panitia meminta kepada semua pihak yang mempunyai kepedulian terhadap sastra dan budaya Jawa untuk berkenan menyumbang rencana kegiatan tersebut. 

Juga disampaikan oleh panitia, semua penyumbang nanti akan mendapatkan kenang-kenangan berupa terbitan buku biografi RNg Ranggawarsita. Ketua panitia dipimpin oleh Raden Ngabei Angga Pradata dan Dr Yasa Sutarna.

Banyak buku yang pernah dikarang oleh RNg Ranggawarsita semasa hidupnya. Setidaknya ada 23 judul naskah atau serat Jawa, di antaranya: Serat Jaka Lodang, Serat Kalatidha, Serat Cemporet, Serat Paramayoga, dan Serat Wirid Hidayat Jati. 

Di kemudian hari nanti, banyak karya-karyanya ini yang dijadikan bahan atau obyek penelitian untuk meraih gelar S-2 (tesis) maupun S-3/doktor (desertasi).

Tidak hanya itu, sebagian karya RNg Ranggawarsita diyakini menginspirasi di zaman sekarang. Misalnya saja, istilah Zaman Edan. Istilah tersebut sudah ditulis oleh RNg Ranggawarsita di dalam naskah Serat Kalatida, yang terdiri dari 12 bait (pada) tembang Sinom. 

Salah satu baitnya sebagai berikut: //Amenangi jaman edan/ ewuh aya ing pambudi/ melu ngedan ora tahan/ yen tan melu anglakoni/ boya keduman melik/ kaliren wekasanipun/ ndilalah kersa Allah/ begja-begjaning kang lali/ luwih begja kang eling lawan waspada//. 

Arti terjemahan bebasnya: //menyaksikan zaman gila (kacau)/ hatinya serba susah hendak berbuat/ mau ikut gila tetapi hati tidak tahan (tega)/ tetapi jika tidak mengikuti berbuat gila/ tentu tidak akan mendapat bagian/ akhirnya hanya akan memperoleh kelaparan (miskin)/ namun telah menjadi kehendak Allah/ sebahagianya orang yang lalai/ masih lebih bahagia orang yang tetap mengedepankan sifat ingat dan waspada//.

Itulah sebabnya, karangan-karangan RNg Ranggawarsita hingga saat ini tidak pernah lekang oleh zaman dan terus menginspirasi masyarakat Jawa, khususnya yang selalu mengedepankan akal budi dan bukan keserakahan dan ketamakan.

Posting Komentar untuk " Raden Ngabehi Ranggawarsita, Pujangga Jawa Yang Terakhir"