Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

sejarah-bhinneka-tunggal-ika
credit:instagram@aseanculturehouse

Pernahkah Anda berpikir dan mencari tahu dari mana kata Bhinneka Tunggal Ika berasal? Bhinneka Tunggal Ika, adalah semboyan negara kita, Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika seolah-olah muncul dan hidup di tengah-tengah kehidupan bangsa Indonesia. Sebuah bangsa yang keberagamannya menjadi jiwa bagian dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Cerita Masa Lalu Tentang Bhinneka Tunggal Ika

Kata Bhinneka Tunggal Ika sebenarnya lahir jauh sebelum bangsa Indonesia merdeka. Dilihat dari asal katanya, Bhineka Tunggal Ika, bukan berasal dari bahasa Indonesia atau bahasa Melayu. 

Kata Bhinneka Tunggal Ika diilhami dari salah satu bait kitab Sutasoma yang di karang oleh Mpu Tantular, seorang pandai atau pujangga yang hidup pada zaman Kerajaan Majapahit.

Istilah Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemui pada syairnya yang terkenal yakni “Kakawin Sutasoma”. Bila diartikan, istilah Bhineka Tunggal Ika bermakna ”Berbeda-beda namun satu jua”. Istilah Bhinneka Tunggal Ika sendiri merupakan cuplikan dari kisah Sutasoma yang menurut riwayat dan keyakinan pengikut Budha adalah Budha itu sendiri.

Dalam kisah Sutasoma yang melahirkan istilah Bhinneka Tunggal Ika tersebut, diceritakan bahwa Sutasoma dihadapkan pada situasi yang membuatnya harus berpikir jernih. Sutasoma harus berhadapan dengan seorang raksasa yang gemar memakan daging manusia. Alkisah di ceritakan akhirnya seorang Sutasoma rela berkorban demi membebaskan 100 raja yang ditawan untuk dijadikan santapan sang Raksasa. 

Kisah ini ditulis dengan indah melalui sebuah syair yang memuat kata “Bhinneka Tunggal Ika” di dalamnya. Kisah yang menceritakan tentang pengorbanan dan cinta kasih seorang raja untuk menyelamatkan raja lainnya. Kisah yang menyiratkan pelajaran dan hikmah di dalamnya. 

Dalam salah satu kesempatan, Bung Karno (Proklamator Kemerdekaan Indonesia) begitu terpana dengan kisah yang menceritakan pengorbanan Sang Raja Sutasoma. Pengorbanan dan kemajemukan menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang tidak bisa ditawar-tawar. 

Oleh karena itu, semangat pengorbanan demi sesuatu yang lebih besar harus selalu dipupuk dan disemai ke seluruh Nusantara. Maka kemudian, semboyan Bhinneka Tunggal Ika pun lahir.

Jiwa yang berbeda-beda seperti dalam kata Bhinneka Tunggal Ika harus menjadi inti dari perjuangan dalam setiap kegiatan berbangsa dan bernegara. Bukankah bangsa yang baik adalah bangsa yang mau mengambil pelajaran dan menghargai sejarah bangsanya sendiri? 

Dan sudah barang tentu, sejarah Bhinneka Tunggal Ika ada dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Karena sejatinya, sejarah Majapahit juga merupakan sejarah bangsa Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika - Lambang dan Semboyan Indonesia

Bagi bangsa Indonesia, burung Garuda bukan hanya sekadar burung khayalan yang terbang di angkasa. Burung Garuda dinisbatkan sebagai lambang negara. 

Sebagai sebuah lambang negara, konsekuensi logisnya adalah kewajiban untuk setiap institusi di Negara Indonesia harus menggunakan lambang negara tersebut, Garuda Pancasila. Dalam lambang negara tersebut, kita bisa melihat jelas tulisan Bhinneka Tunggal Ika.

Namun, pernahkah Anda berpikir apa dan bagaimana proses terciptanya lambang negara yang di dalamnya ada semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika tersebut? Sebagai sebuah bangsa besar, Indonesia tentunya harus memiliki identitas diri.

Indonesia adalah sebuah negara yang kuat dan besar. Garuda Pancasila dianggap mewakili dan menjadi gambaran utuh masyarakat Indonesia. Bila dilihat secara detil, terdapat tiga bagian penting dari lambang negara kita tersebut yakni gambar burung garuda, sebuah perisai pancasila, dan pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika.

Beragam ras, entik, suku, dan agama tumbuh dan hidup di bumi Indonesia. Untuk mengikat itu semua, tentunya diperlukan pengikat yang kuat yakni dasar negara dan falsafah atau semboyan negara. 

Pada Garuda Pancasila, kelima sila yang menjadi dasar negara “dijaga” dalam sebuah perisai. Kaki Garuda mencengkram pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika.

Pita tersebut berwarna putih yang bisa menggambarkan kesucian dan kebersihan bangsa Indonesia untuk hidup dalam keberagaman sebagaimana disebutkan pada kalimat Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu, pencegkraman pita tersebut oleh kaki Garuda, menggambarkan tekad yang kuat untuk senantiasa memegang teguh semboyan negara dan hidup dalam keberagaman, bangsa Indonesia.

Keberagaman Makna Bhineka Tunggal Ika

sejarah-bhinneka-tunggal-ika
credit:instagram@geniusid_media

Keberagaman (Pluralitas) makna yang terkandung dalam istilah Bhinneka Tunggal Ika sungguh begitu dalam. Para pendahulu dan pendiri negara ini tentunya sudah mengenal betul setiap potensi dan karakteristik bangsa Indonesia. 

Dengan begitu beragamnya suku, bangsa dan bahasa yang hidup di nusantara, bukan hal mudah tentunya mempersatukan dan meyakinkan bahwa mereka hidup di bawah naungan bendera yang sama, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Wilayah geografis yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dan Mianggas sampai pulau Rote, membuat Indonesia dengan segala potensinya dapat menjadi negara besar dan kuat seperti harapan para founding father negara kita yang tercermin dari lambang negara, Garuda Pancasila. Berbeda-beda tapi satu, Bhinneka Tunggal Ika.

Keberagaman adalah sebuah keniscayaan. Keniscayaan yang tidak bisa ditawar. Bhinneka atau berbeda-beda tidak menjadi soal terutama bila setiap komponen bangsa menyadari bahwa mereka memang berbeda. 

Tidak hanya dalam lingkup bernegara, dalam lingkup keluarga saja perbedaan kerap kali bukan menjadi barang langka. Sebuah keniscayaan bila perbedaan menghasilkan paduan yang saling menguatkan. Menjadi sebuah Tunggal Ika, dan akhirnya mem-Bhinneka Tunggal Ika.

Perhatikanlah sebuah gedung atau jembatan atau benteng yang dibuat oleh manusia. Apakah mereka berasal dari satu bahan bangunan yang sama? Tentunya tidak! Mereka berbeda-beda, bersatu, diaduk, saling menguatkan sehingga tercipta bangunan yang paripurna dan memperindah pandangan mata. 

Pesan moral yang ada pada kata Bhinneka Tunggal Ika jauh lebih sempurna bila masing-masing dari kita mau terjun dan menghayati bahwa sejatinya dalam diri manusia pun menerima sebuah perbedaan.

Bayangkan, apa jadinya bila dalam sebuah negara, masing-masing manusia yang hidup saling bersinergi, tidak lagi ada kata si Sunda, Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi atau Papua. Sebuah simfoni kehidupan akan tercipta dan terdengar merdu di telinga. Itulah makna dari Bhinneka Tunggal Ika yang paling mudah dipahami.

Bila masing-masing masyarakat di Indonesia mulai sadar bahwa mereka berbeda, maka terciptalah sebuah komunitas yang sadar dan secara sukarela mengatakan bahwa mereka berbeda, dan katakan bahwa mereka butuh dan perlu orang lain untuk bekerja. 

Dimulai dari diri sendiri, bertransformasi ke dalam sebuah keluarga dan pada akhirnya tergabung dalam sebuah komunitas yang lebih besar sampai pada level negara. Bhinneka Tunggal Ika pun akan tercapai.

Kata persatuan bukan lagi menjadi barang langka bila kata Bhinneka Tunggal Ika dipegang dan dikendalikan secara sempurna. Sebuah persatuan yang tidak bisa ditawar apalagi pada posisi bangsa-bangsa yang hidup di negara sangat beragam, peristiwa disintegrasi bangsa tidak akan muncul ke permukaan. Sejatinya bila bangsa ini mau dan yakin bahwa mereka saling bersatu dan mempunyai keyakinan bahwa mereka hidup di tengah keberagaman.

Makna pluraritas (Bhinneka Tunggal Ika) sesungguhnya berasal dari kisah kesucian dan pengorbanan Sang Raja Sutasoma di hadapan raksasa yang hendak memakan raja lainnya. 

Bhinneka Tunggal Ika - Persatuan Indonesia

Telah dibahas sebelumnya, bahwa cikal bakal persatuan sejatinya adalah kesadaran bahwa sebuah bangsa hidup di tengah keberagaman. Keragaman yang menyatukan. Itulah frase yang mungkin bisa dijadikan nukilan indah sebuah persatuan. 

Pada istilah “Bhinneka Tunggal Ika”, sebenarnya mengungkapkan persatuan itu sendiri. Berbeda-beda namun tetap satu jua, sebuah frase yang tersusun indah yang harus terus dijaga sampai kapanpun.

Pada perangkat negara yang lain, inti dari Bhinneka Tunggal Ika Indonesia sebenarnya juga ada. Perhatikan sila ke-3 pancasila, “Persatuan Indonesia”

Menyadari bahwa Indonesia terdiri dari bangsa-bangsa yang beragam, tentu para founding father negara Indonesia menginginkan keberagaman itu tidak dijadikan alasan untuk bersatu. Justru keberagaman tersebut dapat dijadikan potensi untuk kemajuan bangsa dan negara. 

Demikianlah ulasan artikel terkait dengan sejarah Bhinneka Tunggal Ika. Semoga ulasan artikel ini bermanfaat dan berguna untuk Anda.

Posting Komentar untuk " Sejarah Bhinneka Tunggal Ika"