Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Lengkap Kerajaan Kutai Kertanegara

sejarah-lengkap-kerajaan-kutai-kertanegara
credit:instagram@engeltanzil

Ada sebagian kalangan yang mengatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia berawal dari kerjaan Kutai. Anggapan tersebut muncul didasarkan pada temuan tekstual yang ada bahwa kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia. 

Tidak banyak yang bisa diketahui terkait dengan Kerajaan Kutai ini secara lengkap dan faktual karena minimnya bukti-bukti atau peninggalan yang tersisa dari peradaban kerajaan ini.

Sampai saat ini, hanya ada tujuh petunjuk singkat yang menunjukkan keberadaan kerajaan kuno ini di masa lampau. Nama Kutai itu sendiri bukanlah nama sebenarnya kerajaan tersebut. 

Pemberian nama Kerajaan Kutai dilakukan oleh para ilmuwan yang mempelajarinya dengan mengacu pada nama tempat penemuannya. Tepatnya, kerajaan tersebut disebut Kutai Martadipura.

Keberadaan Kerajaan Kutai diketahui sejak ditemukannya prasasti berupa tugu batu bertulis atau yang biasa kita sebut yupa. Ada tujuh buah yupa yang ditemukan di daerah Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Letak kerajaan ini diyakini berada di hulu Sungai Mahakam.

Sayangnya, tidak ada peninggalan lain yang bisa memberi informasi lebih banyak tentang keberadaan peradaban kerajaan ini. Daerah tempat ditemukannya ketujuh prasasti itu pun sudah tidak utuh karena eksploitasi alam oleh manusia. 

Kegiatan pertambangan di daerah tersebut dipercaya menjadi salah satu penyebab rusak dan hancurnya situs purbakala bernilai bersejarah ini.

Prasasti Kutai

Berdasarkan pada prasasti yang ditemukan, kerajaan Kutai Martadipura diperkiraan berdiri pada tahun 400 Masehi atau sekitar 1613 tahun yang lalu. Melihat dari usianya yang sangat tua inilah para ilmuwan menyimpulkan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan paling tua yang pernah ada di Indonesia. 

Sayangnya, dari ketujuh prasasti yang ditemukan tidak satupun yang menyebut nama kerajaan tersebut sehingga sampai saat ini belum diketahui dengan jelas asal-usul ataupun nama sebenarnya kerajaan ini.

Dengan menggunakan huruf palawa dalam bahasa Sansakerta, pada prasasti tersebut dituliskan sepenggal kisah tentang Raja Mulawarman. Dikisahkan, Raja Mulawarman adalah seorang raja yang dermawan. Pada pemerintahannya, kerajaan berhasil mencapai puncak kejayaannya di mana rakyat hidup sejahtera dan tentram.

Wilayah kekuasaanya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur, terutama daerah aliran Sungai Mahakam. Kedermawanan Raja Mulawarman ditunjukkan dengan pembagian 20 ribu ekor sapi untuk kaum brahmana. Banyaknya sapi yang dihadiahkan mengisyaratkan betapa makmurnya kehidupan di kerajaan saat itu.

Raja Mulawarman senditi diyakini beragama Hindu. Hal itu terlihat dari caranya membagikan begitu banyak sapi kepada rakyatnya. Sapi yang dibagikan masih dalam keadaan hidup, tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan oleh umat Islam. 

Acara pembagian sapi ini dilakukan di sebuah tempat suci yang dikenal dengan nama waprakeswara. Tempat tersebut disucikan dan biasa digunakan untuk ritual memuja Dewa Siwa. Dari hal itu bisa diketahui bahwa Mulawarman menganut ajaran Hindu-Siwa.

Kedermawanan Mulawarman tersebut kemudian diabadikan oleh kaum brahmana dengan mengukirnya pada tiang batu. Tiang batu tersebut selanjutnya berfungsi sebagai tugu peringatan atas kebaikan hati raja mereka. 

Ada tiga nama raja yang terukir pada prasasti tersebut, yaitu Raja Kundungga, Raja Aswawarman, dan Raja Mulawarman. Ketiga raja tersebut merupakan keturunan sedarah yang memerintah di kerajaan tersebut.

Mulawarman adalah anak dari Aswawarman, dan Aswawarman adalah anak dari Kundungga. Raja Kundungga dipercaya sebagai raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Kutai Martadipura.

Walaupun prasasti tersebut dibuat untuk mengenang kebaikan Mulawarman, tetapi kaum brahmana tetap menghormati Kundungga dan Aswawarman sebagai raja terdahulu mereka. Hal itu terlihat dengan disebutnya Kundungga sebagai Sang Maharaja Kundungga yang amat mulia. 

Penghormatan yang sama juga ditujukan kepada Aswawarman. Mereka menyebut Sang Aswawarman seperti Angsuman (Dewa Matahari) yang menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Disebutkan pula bahwa Aswawarman memiliki tiga putra.

Dari ketiga putra tersebut, Mulawarman tampil sebagai sosok yang paling terkemuka. Mulawarman mewarisi tahta kerajaan. Ia memiliki kepribadian yang baik, kuat, dan kuasa. 

Disebutkan pula Mulawarman telah melakukan semacam kenduri atau selamatan dengan berbagi emas dalam jumlah yang banyak bersama rakyatnya. Dan untuk memperingati kenduri itulah kaum brahamna membuat tugu batu bertulis.

Para ahli sejarah menafsirkan nama Kundungga sebagai nama asli orang Indonesia, sebelum datangnya pengaruh budaya India ke Indonesia. Diperkirakan, Kundungga mengalami masa awal masuknya pengaruh budaya Hindu. 

Hal itu terlihat dari cara ia memberi nama keturunannya, yaitu Aswawarman. Kata “warman” sendiri diketahui berasal dari Bahasa Sansakerta dan biasa digunakan sebagai akhiran nama-nama penduduk di selatan India.

Sebagai pendiri kerajaan, Kundungga memperoleh gelar wangsakerta yang memiliki arti pembentuk keluarga. Sebelum mendirikan kerajaan, Kundungga diperkirakan merupakan pemimpin suku setempat. 

Ia terus menyebarkan pengaruhnya dan memperluas daerah kekuasaannya, salah satunya dengan cara mengadakan upacara pelepasan kuda yang dikenal dengan nama upacara aswamedha.

Masa kekuasaan kerajaan Kutai Martadipura mulai berakhir pada abad ke-16 seiring dengan kekalahan dalam peperangan melawan Kerajaan Kutai Kartanegara. 

Dalam perang tersebut, Raja Dharma Setia sebagai raja Kutai Martadipura saat itu tewas, sehingga otomatis menandakan runtuhnya kekuasaan kerajaan. Sejak saat itulah Kerajaan Kutai Martadipura melebur menjadi satu sebagai daerah kekuasaan Kerajaan Kutai Kartanegara

Para raja Kutai Martadipura

Selama sekitar 9 abad masa beridirinya kerajaan Kutai Martadipura, diketahui ada 21 nama raja. Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memimpin Kerajaan Kutai lengkap dari awal berdiri sampai raja yang terakhir, yaitu:

1.    Raja Kudungga

2.    Raja Aswawarman

3.    Raja Mulawarman

4.    Raja Marawijaya Warman

5.    Raja Gajayana Warman

6.    Raja Tungga Warman

7.    Raja Jayanaga Warman

8.    Raja Nalasinga Warman

9.    Raja Nala Parana Tungga

10.    Raja Gadingga Warman Dewa

11.    Raja Indra Warman Dewa

12.    Raja Sangga Warman Dewa

13.    Raja Candrawarman

14.    Raja Sri Langka Dewa

15.    Raja Guna Parana Dewa

16.    Raja Wijaya Warman

17.    Raja Sri Aji Dewa

18.    Raja Mulia Putera

19.    Raja Nala Pandita

20.    Raja Indra Paruta Dewa

21.    Raja Dharma Setia

Kutai Kartanegara

sultan-aji-muhammad-sulaiman
credit:instagram@museummulawarman

Gugurnya Raja Dharma Setia dalam perang, mengakibatkan meleburnya Kerajaan Kutai Martadipura dan Kutai Kartanegara pada abad ke-16. Raja Kutai Kartanegara kala itu, Aji Pangeran Sinum Panji menamakan peleburan itu menjadi Kerajaan Kartanegara Ing Martadipura. 

Kerajaan Kutai Kartanegara sendiri didirikan pada abad ke-13 di bawah pimpinan Aji Batara Agung Dewa Sakti sebagai raja pertamanya. Pusat pemerintahan kerajaan ini berada di Kutai Lama.

Satu abad setelah peleburan dua kerajaan tersebut, agama Islam mulai masuk dan diadopsi secara perlahan oleh penduduk setempat. 

Pengaruh Islam juga diterima dengan baik di kalangan kerajaan sampai akhirnya menggeser Hindu dan menjadi agama resmi kerajaan. Pergantian agama resmi tersebut menyebabkan adanya pergantian nama kerajaan menjadi kesultanan dan gelar raja menjadi sultan.

Raja yang pertama kali menyandang gelar sultan adalah Sultan Aji Muhammad Idris. Ia memimpin Kesultanan Kutai Kartanegara dengan masa kepemimpinan tahun 1735-1778. Kesultanan ini masih bertahan hingga kini.

Nah, itulah penjelasan mengenai Kerajaan Kutai. Dengan adanya penjelasan ini, menunjukkan bahwa Kerajaan Kutai menjadi bagian sejarah kerajaan di Indonesia. 

Peninggalan sejarah kerajaan ini pun menjadi salah satu warisan yang sangat berharga. Semoga penjelasan yang disampaikan bermanfaat dan berguna untuk Anda.

Posting Komentar untuk " Sejarah Lengkap Kerajaan Kutai Kertanegara"