Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa itu Ngahuma? Apa Kaitannya dengan Mata Pencaharian Suku Sunda?

ngahuma
credit:instagram@rezaangela999

Mata pencaharian suku Sunda, salah satu diantaranya ialah huma. Huma adalah istilah untuk tanah olahan pertanian.

Tanah huma berbentuk kebun padi dan kebun palawija. Setelah panen, tanah didiamkan dan ditinggal tanpa dikerjakan sampai tanah itu kembali berhumus.

Ngahuma maknanya adalah berkebun. Penggarap tanah selalu beralih dan berpindah dari satu tanah garapan ke tanah garapan lainnya. Membuka tempat baru di hutan sampai setelah panen, penggarap kembali lagi ke tanah garapan atau huma yang sudah berhumus kembali tersebut. Aktivitas ini dilaksanakan pada musim-musim tanam padi dan palawija.

Berkebun dan bersawah banyak dilakukan oleh warga masyarakat suku Sunda. Tetapi untuk warga suku Sunda Kanékés, aktivitas pertanian di sawah-sawah dianggap sebagai aktivitas tabu untuk mereka. Sumber kehidupan dalam adat Kanékés adalah menanam padi di kebun, memburu ikan dan binatang rimba, menanam tanaman buah, dan menyadap air kawung di rimba.

Pertanian huma adalah salah satu sumber pencaharian pertanian orang Sunda Kanékés. Tanah garapan dianggap sebagai tanah titipan dari Tuhan. Mereka hanya diberikan keyakinan untuk memelihara dan memakainya secara baik dan arif.

Klaim kepemilikan individu hanya dalam bentuk padi hasil panen atau buah tanaman keras yang ditanam oleh orang pertama. Dan ada kecenderungan jika banyak orang Kanékés mengolah tanah huma dan melakukan putaran garapan di sekitar garapan masing - masing. Hal itu dianggap sebagai wujud tanggung-jawab dari perintah Tuhan.

Secara hukum tradisi, status kepemilikan tanah huma diperuntukkan untuk orang yang pertama kali membuka dan mengolah tanah itu. Bila ingin dipakai oleh seseorang, maka harus sepengetahuan dan seizin penggarap pertama.

Istilah

Tanah garapan huma yang ditinggal saat sebelum setahun penuh, disebut oleh orang Sunda sebagai jami. Pengerjaan tanah jami, disebutkan dengan istilah ngajami. Tanah huma yang sudah ditinggal lebih dari satu tahun dan banyak semak ilalang, dikenal dengan reuma. Bila tanah reuma sudah banyak ditumbuhi semak belukar dan banyak beberapa pohon besar, disebut reuma kolot.

Permasalahan Ngahuma

Dahulu, saat jumlah masyarakat masih sejumlah sedikit, masih banyak tempat yang luas dan belum termanfaatkan secara baik. Adat ngahuma sebagai mata pencaharian suku Sunda banyak dilakukan. Setiap habis panen di satu huma. Karena itu beberapa petani membuka tempat baru atau mengolah tanah huma yang lain yang sudah berhumus kembali.

Tapi kondisi saat ini sudah berbeda. Jumlah warga atau masyarakat semakin bertambah. Pemukiman semakin padat. Banyak tempat baru dibuka untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dan rumah. Karena itu perluasan pertanian, terutama aktivitas huma, mengalami permasalahan serius.

Permasalahan yang ada adalah saat bergesekan dengan konservasi lingkungan dan hutan. Banyak kerusakan hutan yang disebabkan dari pembukaan tempat baru. Proses pembakaran semak ilalang untuk membuka tanah garapan menjadi teror lingkungan. Karena asap yang mengepul menjadi sumber pencemaran udara untuk masyarakat bahkan sampai ke negara tetangga.

Ngahuma di Jawa Barat

Ngahuma dengan membuka tempat baru di Jawa Barat sudah jarang dilakukan sekarang. Seperti orang Kanékés, garapan tanah huma hanya dilakukan bergiliran pada tanah jami dan reuma. Penggarap hanya memproses tanah itu saja dan berkebun sesuai musimnya.

Biasanya warga masyarakat suku Sunda melakukan pertanian kebon, atau kebun. Bercocok tanam dilakukann di tanah dengan status hak milik, atau petani penggarap melakukan sewa tanah dalam periode waktu tertentu ke pemilik syah.

Dalam realitanya, banyak tanah huma saat ini telah beralih menjadi perkebunan. Bedanya adalah pada saat musim tanam padi. Untuk membandingkan padi sawah dan padi huma, maka penanaman padi di tanah huma masih disebutkan dengan ngahuma. Padi hasil panen, disebutkan dengan paré huma. Datang dari bibit padi yang diberi nama marus.

Adat ngahuma sesuai dengan pengertian awalnya, perlahan - lahan akan lenyap. Pembukaan tempat baru benar-benar mustahil dilaksanakan saat ini. Karena hutan-hutan banyak mengalami kerusakan berat. 

Saat ini masyarakat justru memerlukan perhatian pada konservasi hutan. Mata pencaharian suku Sunda juga mengalami perubahan, tidak sekedar hanya pertanian huma saja, namun huma sudah berpindah menjadi berkebun.

Lalu, apa perubahan ini akan semakin memperkuat identitas dan adat suku Sunda di zaman globalisasi saat ini?

Itulah ulasan singkat mengenai ngahuma, mata pencaharian suku Sunda. Semoga ulasan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan Anda.

Posting Komentar untuk " Apa itu Ngahuma? Apa Kaitannya dengan Mata Pencaharian Suku Sunda?"