Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kontroversi Bangsa Arya dalam Peradaban India Kuno

Kontroversi Bangsa Arya dalam Peradaban India Kuno
credit:instagram@stringsupporter

Bangsa Arya adalah bangsa yang tidak bisa dilepaskan kisahnya dari sejarah peradaban India kuno. Sebelum kita membahas lebih detail, ada baiknya dikupas terlebih dahulu tentang India yang dikenal sebagai negara yang memiliki peradaban tinggi. 

Peradaban tersebut dicatat di berbagai buku sejarah, bahwa Lembah Sungai Indus sudah ada sejak kurun waktu 2800 SM- 1800 SM.

Peradaban Harappa adalah awal mula munculnya peradaban India Kuno. Penyebabnya, di kota Harappa penggalian pertamanya yang dilakukan oleh seorang arkeolog kebangsaan Inggris yang bernama Sir John Hubert Marshall. Ia yang mengungkap adanya kota kuno Harappa dan Mahenjo Daro di awal abad ke- 20.

Peradaban India Kuno ditandai dengan dua buah sungai besar. Pertama, adalah sungai Indus yang masih ada sampai sekarang. Kedua, adalah sungai Saraswati yang telah kering sejak tahun 1900 SM. 

Mayoritas para ahli arkeolog sepakat menyatakan bahwa pusat peradaban Mohenjo Daro terdapat di Lembah Indus. Posisinya tepat berada di sungai Indus bagian timur. Tempat pastinya adalah provinsi Sindh Pakistan dan Kota Harappa yang berada di Punjabi India.

Bila dikaji dari sisi geografis, posisi peradaban India Kuno ini berada di sebelah utara berbatasan dengan pegunungan Himalaya. Bila dilihat dari sebelah barat berbatasan dengan Pakistan. Sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Adapun sebelah timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.

Bangsa Arya: Ras Kaukasoid?

Dari dulu hingga sekarang, keberadaan bangsa Arya di dalam peradaban India Kuno tetap menjadi kontroversi. 

Seorang Filologi yang bernama Friedrich Max Muller mencetuskan Aryan Invasion Theory. Menurut Muller, bangsa Arya adalah bangsa yang berasal dari ras kaukasoid yang memiliki ciri-ciri berkulit putih dan memiliki hidung mancung.

Masih menurut Muller, bangsa Arya adalah bangsa yang aslinya berkebudayaan Sumeria yang sudah terkenal memiliki peradaban yang cukup tinggi. Ia juga dikenal dengan peradaban Lembah Sungai Tigris dan Efrat. 

Pada abad ke-16 SM, dalam penelitian Muller, mereka melakukan invasi terhadap bangsa Dravida, yang dikenal sebagai pencetus peradaban kuno. Tak hanya itu, mereka juga mengklaim bahwa bangsa Dravida memiliki tingkat kebudayaan yang lebih rendah dari mereka.

Setelah berhasil melakukan invasi, mereka kemudian menduduki kawasan sungai Tigris bagian timur. Tepatnya, diantara sungai Sutlej dan Yamuna. Hingga akhirnya, bangsa Dravida pun semakin tergeser keberadaan hingga ke Selatan menuju Sri Lanka.

Inilah awal mulanya keruntuhan peradaban Mohenjo-Daro. Suku Arya pun membangun peradaban baru. Kedatangan mereka memang memberikan dampak positif bagi tanah India. Mereka yang membawa budaya baca-tulis. 

Sebagai bukti nyatanya adalah Kitab Suci Weda yang merupakan kitab suci agama hindu. Kedatangan suku Arya ini kerap dikenal sebagai zaman veda lantaran saat itu pula agama Hindu mulai menyebar di India.

Kitab Regweda menjadi catatan sejarah tertua yang menceritakan tentang kedatangan suku Arya dalam peradaban India Kuno. Kecenderungan isi kitab ini adalah tentang doa untuk dewa dari suku Arya. Doa-doanya berbentuk syair yang menceritakan tentang suku arya, bangsanya dan bangsa Dravida. 

Di dalam kitab suci Regweda juga disebutkan bahwa suku Arya adalah suku yang suka berperang. Kuda dijadikan sebagai kendaraan perang dan perunggu dimanfaatkan bahan untuk membuat senjata.

Suku Arya dipimpin oleh seorang raja. Di bawahnya terdapat pendeta-pendeta yang tugasnya memimpin acara-acara keagamaan. 

Sejak suku Arya menjadi penguasa di India mulailah muncul kasta. Karena suku Arya sendiri terbagi ke dalam beberapa golongan yang disesuaikan dengan tugasnya sehari-hari. Maka kemudian terjadilah stratifikasi sosial.

Bantahan Colin Renfrew

Apa yang diteliti Muller tidak disepakati oleh semua ahli Filologi. Salah satunya adalah, Colin Renfrew.  Dengan tegas, Renfrew menyatakan bahwa tidak ada satupun isi Weda yang membahas masalah penyerangan suatu suku terdapat suatu daerah tertentu. Arya yang dimaksud bukanlah suatu ras. Tapi Arya tersebut artinya orang terhormat atau terpelajar.

Diperkuat lagi dengan adanya hasil penggalian benda sejarah yang terjadi di Kota Harappa yang menunjukkan dengan nyata bahwa kebudayaan di sana sudah ada sejak tahun 4000-2500 SM. 

Ditambah lagi, tidak ada satupun bukti bahwa suku Arya pernah membangun peradaban di sana. Artinya, tidak ada bukti sama sekali bahwa suku Arya pernah mengusir suku Dravida dari kota Harappa.

Kontroversi ini tak terlepas dari kepentingan politik. Para ahli mengkaji lebih dalam, bahwa semua ini adalah propaganda Inggris. Karena Max Muller diketahui bekerja untuk pemerintah Inggris. 

Makanya, tidak sedikit para ahli menduga bahwa Muller diminta atau disuruh oleh pemerintah Inggris membuat skenario sejarah bahwa suku Arya pernah melakukan invasi terhadap suku Dravida hingga akhirnya suku Arya mendirikan peradaban baru. Skenario yang paling buruk adalah dengan menyatakan bahwa suku Dravida atau bangsa Dravida tingkat kebudayaannya jauh lebih rendah.

Akhirnya, untuk membantah pendapat Muller para ahli mencoba mengkaji sisi keilmuannya. Muller bukanlah seorang arkeolog. Ia hanyalah sarjana bahasa Sansekerta University Oxford. Ia diminta oleh pemerintah Inggris untuk menerjemah kitab Regweda ke dalam bahasa Inggris. 

Oleh pemerintah Inggris dia diberi honor terjemah dengan sangat tinggi. Untuk per halamannya dia dibayar dengan £4. Namun dia mendapat pesanan khusus dibalik penerjemahannya. Untuk memperkuat terjemahannya tersebut, dia dibantu oleh para peneliti Inggris.

Selama proses penerjemahan, dia tinggal menetap di India hingga belasan tahun. Memang di dalam kitab tersebut ada tulisan Arya. Dalam bahasa sansekerta, artinya orang yang terpelajar atau terhormat. Muller mengetahui maksud tersebut. 

Arya di dalam kitab tersebut sejatinya adalah penggambaran terhadap orang-orang yang berbudi luhur. Salah satu yang dimaksud adalah Sri Rama sang titisan Dewa Wisnu.

Namun, karena mendapatkan pesan dari pemerintah Inggris, Muller mencoba memelesetkan maksud aslinya. Inilah yang menyebabkan timbulnya kontroversi tentang suku Arya dalam peradaban India. Ada yang sepakat dengan pendapat Muller dan ada juga yang menolaknya.

Sekilas Tentang Bangsa Dravida

Kontroversi Bangsa Arya dalam Peradaban India Kuno
credit:instagram@shah_khakar589

Tidak ada salahnya kita mengupas sedikit tentang bangsa Dravida. Mereka adalah yang dikenal sebagai pembangun peradaban pertama kali di India. Tepatnya di Mahenjo-daro dan Harappa. Ciri-ciri bangsa Dravida ini memiliki ras australoid dengan bibir tebal, kulit hitam, hidung pesek, badan tegap dan rambut ikal.

Suku tamil, Malayalam, Telugu dan Kanada termasuk dalam bangsa Dravida. Bangsa Dravida awalnya tinggal di lembah Indus dengan bercocok tanam sesuai dengan kondisi alam sekitar lembah yang subur dan dialiri dengan sungai. 

Inilah awal mulanya peradaban kuno yang disepakati oleh semua pakar. Setelah itu, lembah Indus pun mulai ramai dipadati penduduk yang diprediksikan hingga menjadi 30 ribu orang.

Lama kelamaan, dikarenakan populasinya bertambah banyak wilayahnya pun terbagi menjadi dua.  Pertama, wilayah administratif dan kedua wilayah kota. Wilayah Administratif adalah wilayah pemukiman penduduk. Di sinilah terjadi pusat peradangan. Salah satu yang banyak dijadikan penghasilan mereka adalah menjadi penjual tembikar. 

Sedangkan wilayah kota adalah wilayah pemerintahan. Wilayah ini dihuni oleh raja dan keluarganya. Sekat Antara wilayah kota dengan wilayah administratif adalah pagar tinggi besar yang dilengkapi dengan menari dan sistem saluran air bawah tanah.

Inilah kajian tentang India dan peradabannya yang meliputi suku-suku yang terkait dalam peradaban India. Terlepas dari adanya kontroversi bangsa Arya dalam peradaban India Kuno, saya berharap ulasan singkat ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan Anda.

Posting Komentar untuk " Kontroversi Bangsa Arya dalam Peradaban India Kuno"