Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Siwaluh Jabu-Rumah Adat Karo yang Indah

Mengenal Siwaluh Jabu-Rumah Adat Karo yang Indah
credit:instagram@jejak_budaya

Rumah adat Karo adalah salah satu warisan milik Indonesia yang unik. Nama dari rumah adat tersebut adalah “Rumah Si Waluh Jabu”. Merupakan rumah untuk delapan keluarga. Satu keluarganya punya satu bilik jadi didalam rumah ada delapan bilik. Untuk informasi lebih lengkap bisa baca dibawah ini.

Bentuk Bangunan

Rumah adat Karo ini adalah rumah panggung yang tinggi bangunan jika diukur dari tanah bisa sampai 12 meter. Dibangun demikian supaya terhindar dari ancaman binatang buas. Di bawahnya juga dijadikan tempat menyimpan kayu bakar atau hewan ternak.

Salah satu bagian dalam rumah adalah dinding yang mirip dengan menghadap ke bawah. Maksudnya adalah dinding bagian bawah dibuat lebih sempit dibandingkan atasnya.

Bentuk atap ini tinggi disertai sudut yang curam. Proporsi atau besarnya bisa hingga 7 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan dinding. Bentuk atap adalah perisai yang pada bagian atasnya dijadikan pelana.

Di rumah adat Karo tersebut ada lorong yang bagian lebih rendah dibandingkan lantai bagian rumah lain. Disepanjang lorong ada jejeran kamar untuk setiap keluarga. Sementara itu, dapur dijadikan satu atau dapur bersama. Letaknya adalah pada bagian belakang.

Terdapat sekat terbuka yang digunakan untuk membagi dapur itu. Keluarga yang jadi pemimpin rumah itu ada di ruangan bagian kiri depan. Nama ruangan itu adalah “jabu bena kayu”.

Ruang lainnya baru dipakai keluarga lain dengan fungsi yang berbeda-beda, untuk wakil pemimpin, pemecah masalah keluarga dan lain sebagainya. 

Tiap-tiap dua ruangan yang ada pada satu sekat mempunyai sebuah tungku atau perapian. Gunanya adalah untuk memasak juga membuat ruangan hangat. Letaknya ada pada lantai rumah panggung yang punya cerukan segi empat dengan level lebih rendah.

Posisi batu telah diatur dan punya makna filosofis, yaitu keakraban keluarga. Lama batu adalah tanda adanya lima marga yang terdapat di suku karo yang tinggal di Lingga. Marga itu antara lain Tarigan, Sembiring, Ginting, Karo-Karo, serta Peranginangin.

Bangunan rumah ini punya 16 buah tiang. Delapan buah dipakai untuk menahan beban atap, sisanya untuk menahan struktur lantai. Bahan tiang itu terbuat dari kayu tua bernama kayu ndrasi. Kayu yang punya diameter 40 cm itu diambil di hutan setempat.

Tiang-tiang tersebut dihubungkan dengan balok kayu yang dipasang dengan menembus tiang yang ada di bangunan. Diletakkan dengan posisi saling bersilangan.

Jumlah jendela di rumah adat ini ada delapan buah. Empat ada di sebelah kiri dan kanan, empat lagi di depan dan belakang. Pondasi rumah ini terbuat dari batu kali besar yang disebut dengan batu palas. Bentuknya bulat panjang dan punya diameter 60 cm serta panjang 80 cm.

Pemasangan batu tersebut mirip untuk membuat pondasi umpak pada rumah pangggung. Batu tersebut ditanam sebanyak setengah dari panjang batu. Di bagian atasnya menyembul keluar dan umumnya dibuat lubang yang disesuaikan dengan ukuran ujung tiang bangunan.

Rumah adat Karo ini punya beberapa jenis yang berdasarkan bentuk dari atap ada rumah mecu dan sianjung-anjung. Berdasarkan kepada susunan dari tiang rumah, antara lain rumah sendi dan sangka manuk.

Desa Museum Rumah Karo

Desa Lingga punya rumah adat yang telah ada sejak 1860 dengan usia 250 tahun. Selain itu, ada rumah Karo lain yang tidak kalah menarik. Ya, memang desa ini jadi seperti museum karena terdapat jenis rumah adat Karo.

Di museum rumah Karo ini ada juga peralatan-peralatan yang ada di zaman dulu. Namun kini rumah adat yang tersisa hanya ada 10 buah. Dari kesepuluh rumah ada beberapa rumah yang sudah tidak utuh dan tidak bisa dipakai lagi oleh masyarakat. Ada rumah yang hampir rubuh, rusak, dan yang sudah rubuh sekali.

Bahkan menurut kepala desa, hanya ada dua buah rumah yang masih utuh. Perbaikan tidak kunjung dilakukan oleh pemerintah Tanah Karo. Partisipasi mereka untuk merawat dan memerbaikinya kurang sekali hanya ada janji. 

Rumah ini sebenarnya sudah didaftarkan ke Pemkab Karo. Namun rumah yang utuh itu bisa saja rusak jika tidak ada perbaikan. Mungkin beberapa tahun kedepan rumah adat yang ada di desa ini tidak akan bersisa (musnah).

Macam-macam rumah adat Karo yang ada di sini antara lain:

rumah-gerga

Rumah Gerga

Rumah ini masih ada penghuninya, yaitu Keluarga Ginting. Rumah ini masih utuh dan sebagiannya sudah dipugar. Di dalam rumah sudah ada beberapa kamar yang masing-masing fungsinya berbeda. 

Jika pemiliknya ada dirumah Anda bisa masuk ke dalam jika penasaran dengan bagian dalamnya. Meski dihuni tapi ada beberapa bagian papan yang telah mulai memburuk.

Dikarenakan sudah dipugar, rumah adat ini jadi rumah biasa. Bisa dilihat dengan atap yang bertingkat dan dibuat dari ijuk.

Di sini juga ada rumah adat dengan model baru. Dilihat dari dindingnya yang bentuknya tidak berdiri atau miring. Lalu tiangnya juga tidak layak disebut tiang rumah adat zaman dulu. Namun untuk bagian rumah masih ada tempat masak dan makanan yang ada pada zaman dulu.

Selain rumah yang indah, ada juga rumah adat yang hampir roboh karena atapnya sudah rusak dan belum bahkan tidak diperbaiki. Sangat disayangkan jika rumah ini harus rusak apalagi semakin banyak yang rusak.

Suku Karo

suku-karo

Sudah mengenal rumahnya, kurang afdol jika tidak mengenal sukunya. Ini dia sedikit informasi mengenai Suku Karo.

Suku karo ada di daerah Sumatera Utara, tepatnya di Dataran Tinggi Karo. Merupakan salah satu suku paling besar di Sumatera Utara. Nama suku tersebut jadi salah satu nama kabupaten yang ditinggali oleh mereka, Tanah Karo. Punya bahasa sendiri yang disebut dengan Cakap karo atau bahasa Karo.

Suku ini dianggap salah satu dari beberapa suku kekerabatan Batak seperti Batak Mandailing, Batak Roba, Batak Simalungun, dan lain-lain. Akan tetapi, banyak masyarakat suku ini yang menganggap mereka bukan bagian kekerabatan Batak tapi sebagai suku sendiri.

Tempat tinggal mereka yang merupakan Tanah Karo punya kota terkenal, yaitu Kabanjahe dan Brastagi. Brastagi adalah kota turis yang dikenal dengan keunggulan produk pertaniannya. Produk minuman yang terkenal adalah jus markisa.

Suku Karo mayoritas tinggal di daerah pegunungan ini yang ada di daerah Gunung Sibayak dan Sinabung. Dalam masyarakat Karo ada banyak sekali keunikan, dari segi alam, geografis juga masakan. 

Masakan suku Karo yang unik salah satunya adalah terites. Sajian ini disajikan ketika ada pesta budaya seperti untuk pesta memasuki rumah baru, pernikahan atau pesta tahunan.

Bahan makanan tersebut adalah isi lambung dari kerbau atau sapi yang belum dikeluarkan jadi kotoran. Bahan itu diolah lalu dicampur menggunakan bahan rempah-rempah.

Demikianlah sedikit informasi mengenai Suku Karo dan tentunya tentang rumah adat Karo. Semoga saja rumah adat itu akan tetap lestari sampai kapanpun karena salah satu peninggalan penting untuk Indonesia. Mari sama-sama jaga rumah adat dan semua halnya supaya tidak musnah.

Posting Komentar untuk " Mengenal Siwaluh Jabu-Rumah Adat Karo yang Indah"