Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keunikan Rumah Adat Papua

rumah-honai-papua
credit:instagram@ftocta

Bagaimana bentuk rumah adat Papua? Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman. Mulai dari alam, bahasa, suku, dan bangunan bersejarah. 

Perbedaan di setiap daerah melambangkan kekayaan melimpah masyarakat yang tinggal di wilayahnya masing-masing. Hingga saat ini, budaya daerah masih dipertahankan sebagai bagian dari upaya menghormati warisan leluhur.

Di tengah arus modernisasi, warisan budaya seperti rumah adat masih banyak ditemui di berbagai belahan nusantara. Rumat adat tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga menjadi tempat pertemuan para pemuka adat. Beberapa rumah adat sudah beralih guna menjadi museum atau objek wisata.

Rumah adat memiliki nuansa berbeda dalam hal bentuk dan arsitektur rumah di setiap daerah yang melambangkan ciri khas budaya setempat. Secara umum, di dalamnya terdapat banyak ukiran-ukiran yang menghiasi tiap sudut rumah. 

Bentuk rumah adat paling indah dimiliki oleh para keluarga raja pada zaman dahulu atau kepala suku yang menggunakan bahan kayu pilihan dan dikerjakan oleh tanaga ahli dibidangnya.

Desain Sederhana Rumah Honai

Rumah adat juga menyimpan banyak pesan arti kehidupan terhadap satu kelompok maupun dengan kelompok lain. Filosofi rumah adat tercermin dari struktur dan desain bangunan yang dirancang sedemikian unik. 

Rumah adat Papua dibuat dengan bentuk yang sangat sederhana. Tujuannya sekadar untuk melindungi penghuninya dari udara dingin Pegunungan Jayawijaya. Desain sederhana menjadi landasan utama pembangunan rumah, sehingga mempermudah mobilitas mereka yang senang hidup berpindah.

Bentuk Rumah

Rumah adat Papua yang disebut honai berbentuk kubah (dome) yang ujung atasnya mengerucut. Bentuk honai yang bulat sengaja dirancang agar mampu meminimalkan pengaruh cuaca dingin maupun tiupan angin kencang bersuhu rata-rata 190° C. Rumah honai berdiameter 5 meter sampai 7 meter dan tinggi bangunan berkisar antara 2 meter sampai 2,5 meter.

Atap Rumah

Bentuk atap rumah honai ialah bulat kerucut dengan fungsi melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak terkena air hujan. Secara fisik, atap rumah honai dibuat dari susunan lingkaran-lingkaran besar berbahan kayu buah yang dibakar di tanah. Atap rumah diikat menjadi satu di bagian atas, sehingga membentuk kubah.

Pohon muda sebanyak empat buah diikat di tingkat paling atas secara vertikal, membentuk persegi kecil sebagai tempat perapian. Sementara itu, penutup atap dibuat dari jerami yang diikatkan pada lingkaran kayu yang menyerupai kubah. 

Lapisan jerami tebal dipilih karena  cocok dipakai di daerah beriklim dingin. Selain itu, jerami ringan dan lentur memudahkan dalam penerapannya pada atap melengkung bulat.

Dinding dan Bukaan

Rumah honai umumnya yang tidak mempunyai jendela diperuntukkan bagi kaum perempuan. Jika masuk ke dalam rumah honai, maka akan terasa cukup hangat dan gelap karena tidak ada celah bagi cahaya maupun udara luar masuk ke dalam. 

Rumah honai memiliki satu pintu pendek, sehingga mengharuskan orang menunduk saat memasuki rumah honai.

Mengatasi kegelapan malam hari, penghuni rumah honai memanfaatkan kayu bakar sebagai penerangan. Kayu bakar diletakkan di dalam tanah yang sudah digali, kemudian dibakar hingga menjadi bara api yang menerangi seisi rumah honai. Bara api juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh ketika hawa dingin malam.

Tempat tidur di rumah honai tanpa menggunakan dipan atau kasur, tetapi beralaskan rerumputan kering. Rumput-rumput kering tersebut dibawa dari kebun atau ladang dan umumnya diganti apabila cukup lama karena banyak disusupi kutu babi.

Tinggi Bangunan

Bangunan rumah honai terdiri dari 2 lantai, di mana lantai bawah dan lantai atas dihubungkan dengan sebuah tangga dari bahan bambu. Bangunan lantai pertama terdiri dari kamar-kamar yang berfungsi sebagai ruang tidur orang laki-laki. 

Sementara lantai kedua dipakai sebagai ruang bersantai dan beraktivitas lainnya bagi wanita dan anak-anak. Di bagian tengah ruangan, tepatnya di lantai pertama, dinyalakan api unggun agar dapat menghangatkan tubuh penghuninya.

Rumah tradisional suku Dani ini memiliki tiga macam, yaitu rumah honai bagi laki-laki yang disebut “apinakunu”, rumah honai bagi perempuan disebut “ebeai”, dan rumah untuk ternak disebut “wamai”. 

Secara umum, rumah adat honai merupakan rumah milik penduduk asli Papua, meskipun terdapat beberapa perbedaan.

Hal ini lebih disebabkan letak rumah tersebut dibangun di daerah berbeda dan perbedaannya tidak begitu mencolok. Keunikan khasanah kebudayaan honai merupakan cerminan kekayaan bangsa Indonesia, sehingga tidak mengherankan apabila dijumpai honai di beberapa museum yang tersebar di Indonesia.

Filosofi Rumah Honai

rumah-honai-papua
credit:instagram@kataomed

Rumah honai dibangun dengan fungsi dan landasan filosofi yang berkesan mendidik generasi ke generasi agar menghormati warisan dari nenek moyang. Bangunan honai berbentuk bulat dan mengerucut di bagian atapnya mengandung tiga filosofi yang sangat berarti. 
Pertama, rumah honai menyimbolkan rasa persatuan dan kesatuan yang paling tinggi dalam rangka mempertahankan budaya yang telah dipertahankan oleh nenek moyang dari jaman dulu hingga sekarang.

Kedua, bermukin di dalam satu rumah honai, berarti semua penghuninya mempunyai ikatan sehati. Dalam hal berpandangan pun berada dalam satu pikiran untuk menuju satu tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari fungsi rumah honai sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah mengenai semua aspek persoalan kehidupan.

Ketiga, rumah honai menjadi simbol nyata kepribadian dan martabat suku Dani yang harus dijaga terus di masa mendatang. Nilai-nilai kehidupan diajarkan kepada anak-anak agar kelak menjadi generasi yang berguna dan melestarikan kebudayaan suku Dani. Banyak simbol dan alat-alat suku Dani yang tersimpan didalam rumah Honai.

Inovasi Rumah Honai

Rumah adat Papua atau yang terkenal dengan sebutan honai dimiliki oleh suku Dani yang tinggal di wilayah Pegunungan Jayawijaya. Rumah honai dibuat sepenuhnya menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam, seperti kayu pada tembok rumah dan jerami sebagai bahan atap rumah. 

Rumah sengaja dibangun oleh suku Dani secara tertutup tanpa dilengkapi jendela agar penghuninya merasa nyaman dan aman.

Beberapa waktu yang lalu, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) menjalin kerja sama dengan Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum mengapungkan sebuah gagasan membangun contoh rumah honai sehat yang disebut “homese” atau honai menuju sehat. 

Homese dirancang dengan pendekatan budaya lokal dalam hal kondisi iklim, kondisi geografis, kesehatan, teknik membangun, bahan bangunan, dan arsitektur venakular.

Adapun tujuan pembangunan dan pengembangan homese ialah membangun sebuah tempat tinggal yang layak dihuni sesuai dengan persyaratan, tanpa meninggalkan kearifan budaya setempat. 

Perubahan cara pandang masyarakat Papua diharapkan terbentuk mengenai budaya hidup sehat. Pendekatan yang dilakukan melalui pengenalan fisik bangunan honai dan lingkungan sehat.

Konsep desain homese sendiri tidak menghilangkan karakteristik budaya rumah honai karena tetap mempertahankan tempat api. Sudah diketahui bahwa rumah honai memiliki tungku api untuk menghangatkan ruangan. Hanya saja, ada penambahan cerobong asap sampai ke lantai atas agar tercipta ruang bersirkulasi udara sehat.

Homese dapat dikatakan sebagai inovasi seni arsitektur rumah honai yang dikombinasikan dengan seni arsitektur modern. Homese pun tetap dapat menjalankan perannya mengajari dan membesarkan anak-anak Papua untuk menghargai dan mencintai alam.

Lebih jauh lagi, rumah honai yang menggunakan bahan alam mengartikan kehidupan sebagai hubungan mutualisme antara manusia dengan alam sekitar maupun dengan sang pencipta.

Posting Komentar untuk " Keunikan Rumah Adat Papua"