Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Seni Panggung Masres - Kesenian Tradisional Cirebon

kesenian-masres
credit:www.budaya-indonesia.org

Masres, apakah Anda mengenal istilah itu? Masres seperti yang diberitakan di Tempo termasuk dari Tiga kesenian Tradisional Cirebon yang telah punah, 2 kesenian lainnya adalah Genjring dan Lais, tetapi di artikel ini kita akan berbicara tentang Kesenian Masres saja dulu.

Masres merupakan Sandiwara Rakyat yang cukup terkenal hingga mancanegara, dalam pelaksanaannya Masres kerap mengangkat tema sejarah Penyebaran Islam Tanah Jawa, Penyebaran Islam di Jawa Barat pada kisaran abad 14-15 tidak hanya menyisakan Babad atau kisah semata, 

Cerita-cerita yang telah ada yang disampaikan secara Leluri (Mulut ke mulut) oleh masyarakat Pesisir Utara Cirebon dibakukan dalam Seni Panggung dengan unsur dakwah didalamnya, dan itulah Kesenian Masres.

Nama Masres sendiri diambil dari jenis kain yang memiliki tekstur halus yang biasa digunakan sebagai dekorasi dalam pertunjukan sandiwara tersebut. Dulu kain-kain tersebut hanya berupa kain-kain polos yang diberi warna dan dinamai Masres kuning, Masres hijau, Masres merah dan lain-lain. 

Sejalan dengan perubahan bentuk pertunjukannya, dekorasi kain yang berbentuk polos kini menjadi dekorasi terlukis yang disebut layar / kelir (backdrop). Layar tersebut merupakan gambaran realitas kehidupan yang dituangkan dalam bentuk lukisan dan memperkuat jalan cerita.

Seni Panggung Masres biasanya mengangkat tema- tema tentang tokoh serta keadaan sekitar cirebon dalam masa penyebaran islam seperti Babad Alas Muara Tua atau pembukaan hutan Muara Tua yang kabarnya Muara Tua adalah nama sebelum Cirebon, Bumi Celancang/ Hikayat Syekh Windujati, dan yang paling populer Ngalangi Grebeg Muludan, tema-tema itu sangat erat dengan penyebaran agama islam

Babad Alas Muara Tua mengungkap kiprah para utusan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati) ketika membuka hutan sekitar daerah Gunungjati sekarang; mendirikan pesantren, mesjid dan kasunanan yang kala itu masih “berafiliasi” ke kerajaan Demak di Jawa Tengah. 

Lakon Syekh Windujati bertutur mengenai islamisasi bumi Celancang oleh beliau. Sedangkan Ngalangi Grebeg Muludan mengungkap penghentian upeti kasunanan Cirebon ke kerajaan Galuh dan Pajajaran.

Kemarahan pihak Galuh yang diteruskan dengan penyerbuan ke Cirebon disambut dengan perang tanding. Meminjam Babad Cirebon karya Pangeran Sulendraningrat, kekalahan Galuh pada 1528 merupakan keberhasilan pertama Cirebon yang diteruskan dengan “penaklukan” daerah lain di Jawa Barat. Pangeran Wiralodra dari Indramayu menyerah dan menggabungkan wilayahnya dengan Cirebon di tahun itu juga. 

Talaga (kabupaten Majalengka) tahun 1529, Kuningan tahun 1529 — setelah sebelumnya Banten secara damai memeluk Islam pada 1526. Penyebaran juga berlanjut ke Sunda Kalapa (Jakarta) pada 1527.

Ngalangi Grebeg Muludan akhirnya begitu populer, sebab upeti rakyat lantas beralih ke keraton Pakungwati (sebelum bernama Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan) yang ketika itu dipimpin oleh putra Sunan Gunungjati.

Seniman masres tidak tergantung pada naskah atau transkrip skenario. Cerita mengalir tergantung pada kepintaran seniman di panggung. Mereka bebas berimprovisasi sepanjang tidak menyimpang dari ide cerita. 

Perkelahian dengan senjata tajam seperti keris, golok, pedang, tombak serta obor bambu yang menyala –biasa tampil di panggung masres. Rata-rata pemain bisa bermain silat. 

Begitulah teater rakyat yang satu ini semakin hidup dengan gerak pergumulan di atas panggung: salto dan jurus-jurus bela diri persilatan. Hanya saja pemain perempuan umumnya bukan penduduk setempat tetapi perempuan muda dan cantik asal Indramayu.

ketika menyingkapi pesan-pesan moral serta nilai yang dikandung dalam Seni Panggung Masres, sudah sepatutnya kesenian masyarakat seperti ini dipertahankan keberadaannya.

Dahulu Kesenian Tradisional ini kerap menjadi hiburan ketika ada Pesta Rakyat atau penduduk yang mengadakan hajatan, tetapi tidak untuk saat ini, Seni Drama Masres telah tenggelam dan sangat miris ketika melihat masyarakat Cirebon lebih memilih Organ Tunggal sebagai sarana hiburan mereka.

Posting Komentar untuk " Seni Panggung Masres - Kesenian Tradisional Cirebon"