Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pakaian Adat Makassar dan Sejarahnya

 

Pakaian Bodo
credit:commons.wikimedia.org

Indonesia kaya dengan keanekaragaman adat-istiadat yang mendiami seluruh wilayahnya, termasuk salah satunya adalah adat Makassar. Setiap adat tentu saja memiliki ciri khasnya masing - masing, salah satunya adalah Pakaian adat. Dari sekian banyak Pakaian adat yang ada, Pakaian adat Makassar merupakan Pakaian adat yang cukup populer dikenal luas.

Setiap daerah sudah tentu memiliki Pakaian adatnya masing-masing. Semua Pakaian adat ini memiliki corak, fungsi, serta bentuknya yang beranekaragam. Namun pada umumnya, Pakaian adat ini dikenakan pada saat upacara adat, seperti misalnya upacara adat pernikahan.

Mengapa mayoritas Pakaian adat ini dikenakan pada saat upacara adat pernikahan? Mengapa tidak pada saat acara resmi atau formal lainnya? Upacara adat pernikahan merupakan salah satu momen yang sangat sakral, sehingga untuk menonjolkan kesakralanya selain seperangkat ritual di dalamnya, adalah dengan mengenakan Pakaian adat, termasuk juga Pakaian adat Makassar.

Apa Pakaian Adat Makassar?

Sekalipun Pakaian adat dari Makassar ini sudah cukup populer dikenal luas, masih ada sebagian orang yang tidak tahu persis apa Pakaian adat Makassar itu. Selama ini kita hanya melihatnya dari gambar di buku-buku pelajaran atau foto dari berbagai media baik cetak maupun elektronik.

Tidak adil rasanya jika hanya mengetahui Pakaian adat dari daerah sendiri, sementara dari daerah lain kita tidak tahu. Indonesia merupakan negara kesatuan, upaya kita mengenal keanekaragaman budaya termasuk salah satu bentuk cinta tanah air. 

Nah, kembali lagi dengan Pakaian adat dari Makassar ini, dengan kita mengetahuinya lebih lanjut setidaknya mengikis rasa etnosentrisme yang melekat dalam diri kita.

Apa etnosentrisme itu? Etnosentrisme itu merupakan paham yang menganggap bahwa budayanyalah yang paling baik dibandingkan dengan budaya yang lain di luarnya. 

Di satu sisi, etnosentrisme ini menanamkan semangat kesetiaan yang tinggi, tetapi di sisi lain bisa menimbulkan konflik jika ditanamkan dalam diri secara berlebihan. Sebagai negara kesatuan kita harus saling menghormati dan menghargai. Salah satu wujudnya adalah dengan mengenal keanekaragaman budaya berupa Pakaian adat tradisional.

Pakaian adat merupakan pakaian tradisional karena dibuat dari bahan, corak, model khas dari budaya masyarakat setempat. Lalu bagaimana dengan Pakaian adat Makassar? Pakaian adat dari Makassar ini disebut dengan Pakaian Bodo. Untuk sebagian suku Bugis yang mendiami Makassar, Pakaian Bodo disebut dengan Waju Tokko.

Pakaian Bodo atau Waju Tokko ini dibuat dengan bentuk segi empat dan berlengan pendek. Pakaian ini dibuat menggunakan banyak warna, dan kain yang digunakan untuk membuat Pakaian Bodo ini adalah kain Muslin. 

Kain Muslin ini merupakan jenis kain yang terbuat dari gulungan kapas yang dijalin menggunakan benang katun. Jangan salah persepsi dulu dengan kata Bodo, karena Bodo dalam bahasa Makassar itu berarti pendek.

Pakaian Bodo ini merupakan salah satu Pakaian tradisional yang tertua di dunia, bahkan publik internasional pun tidak mengetahuinya. Sehingga sangat baik jika kita ulas lebih jauh berdasarkan catatan sejarah dari Pakaian adat ini, supaya bisa dikenal lebih luas di kancah internasional.

Seperti yang telah sedikit disinggung di atas, bahwa bahan pembuat Pakaian Bodo atau Waju Tokko ini menggunakan kain Muslin. Tahukah Anda jika kain Muslin ini merupakan kain yang sangat tua, bahkan sudah dikenal sejak abad ke-13, pada masa itu kain ini dibuat di Mosul, Irak.

Hebatnya dibandingkan masyarakat di dataran Eropa, kain Mulin lebih dulu dikenal dan dikenakan oleh masyarakat Makassar tepatnya pada abad 17. Baru dikenal di Eropa pada abad 18.

Kain Muslin yang digunakan untuk membuat Pakaian Bodo atau Waju Tokko ini bentuknya sangat tipis, bahkan transparan. Sehingga pada awal pembuatan Pakaian Bodo, Pakaian ini memperlihatkan bentuk tubuh wanita, sehingga bagian dada, pusar dan payudaranya sangat jelas terlihat. Sementara untuk padanannya mengenakan kain sejenis kain sarung tenun khas Makassar.

Dalam kultur masyarakat Makassar pada masa awal mengenakan Pakaian Bodo, kondisi yang transparan tersebut tidaklah menjadi sebuah pelanggaran. 

Bahkan pada masa pemerintahan Inggris di Indonesia pernah dikenalkan penutup dada yang di Indonesia disebut dengan “kutang” pada wanita Jawa, tetapi “kutang “ ini tidak populer bagi masyarakat Bugis-Makassar. Jadi, tidak heran bila waktu itu masih ditemui pada wanita mengenakan Pakaian Bodo tanpa mengenakan penutup dada.

Dari Pakaian Bodo Sampai Pakaian La’bu

Perjalanan selanjutnya, Pakaian Bodo ini berubah menjadi Pakaian La’bu. Dahulu Pakaian Bodo yang masih memperlihatkan bagian dada wanita ini semenjak masuknya pengaruh agama Islam di tanah Makassar, mendapat pertentangan. Meskipun agama Islam sudah masuk ke Makassar pada adab ke-5, namun baru diterima oleh masyarakat pada abad ke-17.

Penerimaan ajaran agama Islam ini juga tidak lepas dari peran DI/TII. Nah, DI/TII ini juga yang memberikan pengaruh pada perkembangan dan perubahan Pakaian Bodo menjadi Pakaian La’bu.  

Perubahan Pakaian adat Makassar ini tak pelak terjadi mengingat dalam ajaran Islam yang diemban oleh DI/TII pada masyarakat ini melarang memperlihatkan aurat. Bahkan larangan ini menjadi isu besar di kalangan para agamawan dan pelaku adat.

Larangan yang dilontarkan oleh penganut DI/TII waktu itu membuat Pakaian Bodo juga semakin jarang dikenakan. Hal ini tentu saja bisa berakibat terkikisnya corak khas budaya dan minimnya penggunaan Pakaian Bodo dalam upacara adat.  

Keterbukaan kerajaan Gowa akan ajaran Islam ini, membuat raja Gowa mengambil kebijakan yang cukup bijaksana. Kebijakan yang diberikan adalah memodifikasi Pakaian Bodo yang semula transparan dibuat agak tebal, longgar, panjang sampai lutut, yang disebut dengan Pakaian La’bu.

Jadi, Pakaian adat dari Makassar yang masih kita sebut dengan Pakaian Bodo ini, sebenarnya disebut dengan Pakaian La’bu. Tetapi tetap saja tidak menghilangkan unsur sejarah Pakaian Bodo itu sendiri, sehingga masyarakat luas masih saja menyebutnya Pakaian Bodo.

Arti Warna Pakaian Bodo

Bagi masyarakat Makassar, Pakaian adat tradisionalnya tidak dibuat jika tidak memiliki arti atau makna, serta fungsi. Nah, Pakaian Bodo yang dibuat dari kain yang berwarna-warni ini memiliki arti dan fungsi yang berbeda-beda. Salah satunya perbedaan warna Pakaian yang dikenakan itu menunjukkan identitas penggunanya.

Arti dari warna Pakaian Bodo yang dibuat ini hanya diperuntukkan bagi kaum wanitanya, tidak untuk laki-laki. Perbedaan arti dan fungsi inilah mengapa Pakaian Bodo itu dibuat berwarna, tetapi sebenarnya warna yang digunakan juga hanya beberapa warna. 

Khususnya warna yang menjadi kesepakatan adat tidak boleh salah penggunaannya, sementara warna lainnya diperbolehkan dikenakan untuk acara non formal.

Pakaian Bodo yang dikenakan untuk kelompok usia tertentu akan berbeda pilihan warnanya. Hal ini sudah dilakukan turun-temurun sejak nenek moyang mereka dan sudah menjadi tradisi. Jika tradisi ini dilanggar, dipandang tidak tahu adat. 

Berikut ini adalah arti warna Pakaian Bodo yang menujukkan usia pemakainya, antara lain:

1. Warna Kuning Gading

Pakaian Bodo warna kuning gading ini disebut dengan Waju Pella-pella (kupu-kupu), dan dikenakan untuk anak perempuan di bawah usia 10 tahun. Warna ini disimbolkan sebagai dunia anak-anak yang penuh keceriaan, dan diharapkan supaya anak cepat dewasa dan bisa menghadapi tantangan hidup.

2. Warna Jingga atau Merah Muda

Pakaian Bodo warna jingga atau merah muda ini dikenakan untuk perempuan usia 10-14 tahun. Usia ini dianggap masih setengah matang atau setengah dewasa.

3. Warna Jingga atau Merah Muda Lapis

Pakaian Bodo warna ini dikenakan untuk perempuan usia 14-17 tahun. Bedanya dengan usia 10-14 tahun hanya model Pakaiannya, yang dibuat bersusun atau berlapis. Pakaian Bodo warna ini dikenakan juga untuk mereka yang sudah menikah tetapi belum memiliki anak.

4. Warna Merah Darah Lapis

Pakaian Bodo  warna ini dikenakan untuk usia 17-25 tahun. Pakaian ini dikenakan untuk wanita yang sudah menikah dan telah memiliki anak. Menggunakan warna merah darah ini maknanya si wanita ini sudah mengeluarkan darah dari rahimnya.

5. Warna Hitam

Pakaian Bodo khusus warna hitam dikenakan untuk wanita yang berusia 25 sampai 40 tahun.

Keanekaragaman budaya, termasuk salah satunya pakaian adat adalah sebuah kekayaan milik Indonesia yang tidak dimiliki negara lain. Untuk itu sudah sepantasnya lah kita sebagai masyarakat Indonesia terus melestarikan kebudayaan tersebut. Salah satunya adalah melestarikan Pakaian adat Makassar ini.

Posting Komentar untuk " Pakaian Adat Makassar dan Sejarahnya"