Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Kerajaan Kanjuruhan: Dihajar Angin dan Pindah ke Gajayana

candi-badut

Dulu, di Jawa Timur, sebelum muncul Kerajaan Singasari dan Majapahit di Malang, ada sebuah kerajaan yang makmur dengan sistem sosial politik yang maju dan diterapkan dengan adil dan bijaksana. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-8, namun kemudian terhempas oleh angin kencang dan akhirnya dipindahkan ke timur Gunung Kawi. Itulah awal dari Kerajaan Kanjuruhan, yang menjadi cikal bakal Malang, Jawa Timur, dan sekarang diabadikan dalam nama Stadion Kanjuruhan.

Makna Hindu Siwa dalam Kerajaan Kanjuruhan

Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan ajaran Hindu Siwa. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan di Malang adalah ditemukannya Prasasti Dinoyo pada tahun 1904. Prasasti ini menceritakan tentang adanya Kerajaan Kanjuruhan dengan Condro sengkolo tahun Saka 682 atau tahun 760 Masehi. Salah satu peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang masih utuh adalah Candi Badut. Candi ini terletak di Desa Karang Besuki, Kecamatan Dauh, Kabupaten Malang. Candi Badut dibangun pada masa pemerintahan Raja Gajayana.

Kisah Kerajaan Kanjuruhan yang Makmur dan Bijaksana

Menurut ahli sastra Jawa Raden Mas ngabei Pur, Candi Badut dan Prasasti Dinoyo saling berkaitan. Prasasti Dinoyo tidak hanya mencatat pendirian bangunan suci Arca Agastya, tetapi juga menyimpan informasi penting tentang silsilah penguasa Kerajaan Kanjuruhan. Menurut prasasti tersebut, silsilah penguasa Kerajaan Kanjuruhan dimulai dari Raja Dewa Simha.

Banyak kisah yang menceritakan tentang kejayaan Kerajaan Kanjuruhan yang makmur dan dipimpin secara bijaksana. Kerajaan Kanjuruhan juga telah memiliki sistem sosial politik yang mapan di wilayahnya. Setelah Raja Dewa Simha wafat, putranya yang bernama Liswa naik tahta dengan gelar Raja Gajayana. Pada masa itu, Kerajaan Kanjuruhan berada di sebelah barat Gunung Kelud.

Namun, takdir berkata lain. Angin besar melanda kerajaan dan wilayahnya. Peristiwa ini dijelaskan oleh sejarawan W.J. Van der Moulen yang dikutip oleh Rully dalam kajian historis tentang Candi Badut di Kabupaten Malang. Raja Gajayana kemudian memutuskan untuk memindahkan Kerajaan Kanjuruhan ke timur Gunung Kawi. 

Keputusan ini terbukti tepat, karena wilayah tersebut dilindungi oleh rangkaian pegunungan. Sejak pindah ke Gunung Kawi, Kerajaan Kanjuruhan semakin makmur dan berkembang. Pertanian maju dan kehidupan rakyat sejahtera. Gajayana memimpin dengan tegas, adil, dan bijaksana, sehingga mencapai puncak kejayaan.

Perubahan Nasib Kerajaan Kanjuruhan

Kerajaan Kanjuruhan telah menjadi cikal bakal kehidupan dan perkembangan peradaban di Malang. Gajayana memiliki seorang putri bernama Uttejana, yang dinikahkan dengan Pangeran Janania dari Paradeh. Mereka kemudian melanjutkan pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan setelah Gajayana meninggal dunia. Meskipun Kerajaan Kanjuruhan tetap makmur dan pemerintahan Gajayana dan Janania mempertahankan kebijakan leluhur mereka, namun pengaruh dan eksistensi Kerajaan Kanjuruhan mulai meredup dan akhirnya lenyap.

Beberapa teori menyatakan bahwa kemunduran Kerajaan Kanjuruhan bukan disebabkan oleh invasi, tetapi karena pengaruhnya yang semakin menurun oleh kerajaan yang lebih besar. Pada sekitar tahun 847 Masehi, Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah berkembang pesat di bawah kepemimpinan Sri Maharaja Rakai Pikatan. Sri Maharaja Rakai Pikatan dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Banyak kerajaan kecil yang dengan sukarela menjadi bawahan Mataram Kuno. Kerajaan Kanjuruhan adalah salah satunya.

Kedekatan antara Kerajaan Kanjuruhan dengan Mataram terlihat saat Rakai Pikatan membangun Candi Prambanan pada tahun 856 Masehi. Saat itu, Kerajaan Kanjuruhan menyumbangkan candi perwara atau pengiring bagi Candi Prambanan. Sumbangan dari Kerajaan Kanjuruhan berada di deretan Candi pengiring di sebelah timur Candi Prambanan. 

Sumbangan ini adalah hal yang umum pada masa itu untuk menjaga hubungan antara kerajaan besar dan kerajaan kecil di sekitarnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa Kerajaan Kanjuruhan berada di bawah kekuasaan Mataram. Status Kerajaan Kanjuruhan kemudian hanya sebagai wilayah bagian dari kekuasaan Mataram, dengan status watek atau watak.

Pada masa Mataram Kuno yang dipimpin oleh Dyah Balitung, Kerajaan Kanjuruhan disebut sebagai "Rakryan Kanuruhan ''. Nama "Kanuruhan" adalah perubahan dari Kanjuruhan dan pertama kali disebutkan dalam Prasasti Wurandungan B pada tahun 865 Saka atau tahun 943 Masehi. 

Prasasti tersebut menyebut "watek Kanuruhan'', dan sebutan "rakyat" merujuk pada pemimpin partai atau wilayah sebuah daerah di bawah kerajaan. Dengan demikian, status Kanjuruhan hanya sebagai daerah bagian dari Kerajaan Mataram, seperti sebuah watek atau watak dalam konteks Kabupaten.

Wilayah watek Kanjuruhan terdiri dari beberapa wanua atau desa yang bertanggung jawab kepada Kerajaan Mataram. Wilayah watek Kanjuruhan meliputi lereng sebelah timur Gunung Kawi hingga lereng barat pegunungan Tengger dan Semeru, serta mencapai pantai selatan Pulau Jawa bagian timur. 

Namun, ketika Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur pada masa Mpu Sindok pada abad ke-10, diperkirakan tahun 929 Masehi, pengaruh atau eksistensi Kerajaan Kanjuruhan semakin terpinggirkan. Apalagi statusnya berubah menjadi watek setelah itu. 

Kemudian, munculah kerajaan-kerajaan besar lainnya, seperti Kahuripan, Singasari, dan Majapahit. Kerajaan Kanjuruhan yang pernah memiliki pengaruh pada abad ke-8 semakin meredup sebagai watek, dan akhirnya tergabung dalam kerajaan-kerajaan besar berikutnya.

Meskipun demikian, Kerajaan Kanjuruhan yang pendek umurnya telah membentuk dasar masyarakat dan peradaban di Malang. Bahkan, Kanjuruhan sering disebut sebagai cikal bakal daerah yang sekarang terkenal sebagai Malang, Jawa Timur. Kisah kemakmuran dan kebijaksanaan Kerajaan Kanjuruhan menjadi bagian dari sejarah yang indah bagi wilayah Malang. 

Tidaklah mengherankan jika nama raja yang paling sukses, Gajayana, diabadikan sebagai nama Stadion Gajayana di Kota Malang. Sementara itu, nama Kerajaan Kanjuruhan diabadikan sebagai nama Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang.

Posting Komentar untuk " Sejarah Kerajaan Kanjuruhan: Dihajar Angin dan Pindah ke Gajayana"