Pengertian, Filosofi Dan Aneka Motif Batik Di Indonesia-Simak Artikelnya Di Sini
Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan bahwa setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai hari Batik Nasional. Penetapan Hari Batik Nasional tersebut tentunya berdasarkan pada hasil kajian dan sejumlah penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengetahui dengan jelas mengenai asal - usul batik di Indonesia.
Cikal bakal Batik diyakini berasal dari budaya tekstil yang berasal dari zaman peradaban Mesir kuno di masa lalu yang kemudian berkembang di daratan Tiongkok, kemudian ke India hingga akhirnya sampai di Indonesia.
Batik merupakan hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan kombinasi antara seni dan teknologi dari para nenek moyang bangsa Indonesia. Batik Indonesia sendiri akhirnya dapat berkembang hingga seperti sekarang ini, baik dalam hal desain atau motif dan pada proses pembuatannya.
Corak ragam batik yang memiliki begitu dalam makna dan filosofi akan terus dikaji dan dikembangkan dari berbagai sisi baik dari tradisi, adat istiadat maupun budaya yang ada di Indonesia.
Pengertian motif batik sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah corak atau pola. Motif adalah suatu corak yang di bentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk yang beraneka ragam.
Sementara itu, jika kita mengutip dari wikipedia menyebutkan bahwa motif batik adalah corak atau pola yang menjadi kerangka sebuah gambar pada batik berupa perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara keseluruhan.
Motif-motif batik itu antara lain adalah motif hewan, manusia, geometris, dan motif lainnya. Motif batik sering juga dipakai untuk menunjukkan kedudukan atau status sosial seseorang.
Membatik merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-menurun. Karena itu, seringkali sebuah motif batik menjadi ciri khas atau identik sebagai batik yang diproduksi oleh keluarga tertentu.
Batik merupakan sebuah bentuk kerajinan tekstil yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sejarah tentang perbatikan di Indonesia sangat berkaitan erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan - kerajaan setelahnya.
Dalam literatur sejarah tercatat bahwa perkembangan batik banyak dilakukan pada masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan masa kerajaan Yogyakarta. Tradisi membatik pada mulanya merupakan sebuah tradisi turun - temurun dalam sebuah keluarga.
Berikut ini adalah beberapa catatan singkat tentang baik di Indonesia, antara lain:
1. Batik Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Majapahit
Seperti sudah saya uraikan di atas bahwa sebelum berkembang di Indonesia, batik terlebih dahulu telah berkembang di daerah India. Dan kita juga mengetahui jika hubungan antara India dan Kerajaan Majapahit pada masa lalu sangat erat.
Perkembangan batik dari zaman Kerajaan Majapahit bisa kita lihat dari banyaknya ukiran motif batik pada beberapa bangunan candi pada zaman kerajaan tersebut. Batik pada akhirnya semakin berkembang dengan pesat seiring dengan meluasnya ajaran agama Islam khususnya di Pulau Jawa pada sekitar abad ke-17.
Pada awal mula perkembangan batik di pulau Jawa, hanya dituliskan di atas daun lontar dan papan rumah adat, sebelum akhirnya kemudian dituliskan di atas kain. Hal tersebut tidak lepas dari peranan keluarga kerajaan - kerajaan Islam di pulau Jawa yang mulai mengaplikasikan batik pada kain dengan motif yang sangat sederhana seperti binatang dan juga tumbuh - tumbuhan.
2. Batik Hanya Untuk Keluarga Kerajaan
Dulu, kain batik hanya boleh digunakan oleh keluarga kerajaan dan abdi dalem karena batik dijadikan sebagai simbol budaya. Oleh karena itu kemudian kain batik dibuat terbatas pada kalangan keraton saja. Namun kemudian, seiring dengan perkembangan zaman yang terus maju, kain batik mulai tersebar keluar keraton yang dibawa oleh para pengikut raja sehingga kemudian rakyatpun menirunya, terutama kaum perempuan.
3. Batik Asli Dari Pekalongan
Sebenarnya tidak ada pihak yang merasa yakin seratus persen dengan batik asli dari pekalongan ini karena memang tidak ada institusi resmi yang memiliki catatan resmi tentang lokasi spesifik dimana dan kapan awal mula berkembangnya batik di Pekalongan,
Namun dari sejumlah literatur yang ada menyebutkan, bahwa sebelum batik disempurnakan di Yogyakarta dan Solo, proses pembuatan batik asli memang berasal dari Pekalongan.
Keberadaan Batik di pulau Jawa dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Batik Pedalaman
Batik Pedalaman adalah batik yang berkembang di daerah pedalaman, khususnya Yogyakarta dan Surakarta (Solo). Batik ini dikenal juga dengan nama "batik keraton" atau "batik klasik". Adapun motif dari batik pedalaman tersebut adalah motif Jawa-Hindu, yaitu berupa ornamen-ornamen candi yang ada di daerah Yogyakarta dan Solo.
Bahkan di daerah solo terdapat kawasan batik yang menjadi salah satu destinasi wisata batik di Indonesia yakni kampung batik Laweyan Solo. Dan Salah satu produsen batik yang masih eksis sampai sekarang adalah Kalinggo Batik Solo yang sudah sangat terkenal.
Warna-warna yang digunakan adalah warna natural seperti warna cokelat, warna putih dan biru dengan balutan filosofi kehidupan orang Jawa yang sarat akan filsafat kebudayaan yang sangat kental. Pemilihan motif dan warna batik juga tidak sembarangan karna penuh dengan makna filosofi yang sangat dalam.
b. Batik Pesisiran
Batik Pesisiran adalah batik yang berkembang di daerah pesisir utara pula Jawa, seperti daerah Cirebon, Pekalongan dan Madura. Batik pesisiran banyak sekali mendapatkan pengaruh dari budaya-budaya luar negeri seperti budaya Cina, India, dan juga Arab.
Dalam penggunaan warna lebih dominan menggunakan warna-warna yang cerah seperti warna merah, warna hijau, warna biru dan kuning. Motif batik pesisiran banyak terinspirasi dari apa yang dilihat dalam kehidupan sehari - hari, seperti gambar kupu-kupu dan bunga.
Kembali lagi ke inti pembahasan kita, beberapa motif batik dapat menunjukkan status atau derajat seseorang dalam masyarakat. Bahkan hingga sekarang ada beberapa jenis motif batik tradisional yang hanya boleh dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Khasanah budaya bangsa Indonesia yang kaya dan beraneka ragam telah mendorong lahirnya berbagai macam corak dan jenis batik tradisional dengan ciri khas daerah masing - masing. Kaum Perempuan Jawa dimasa lalu telah menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian sehingga dimasa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif dan khusus dilakukan oleh kaum perempuan.
Seiring dengan perkembangan zaman, industrialisasi dan globalisasi dewasa ini , telah muncul teknik otomatisasi dalam pembuatan batik. Batik jenis baru kemudian muncul dan dikenal sebagai batik top atau batik cetak, sedangkan batik tradisional yang diproduksi dengan tulisan tangan menggunakan lilin dan malam disebut sebagai batik tulis. Dari sisi harganya, tentu lebih mahal batik tulis karena proses pembuatannya juga lebih sulit.
Definisi dan pengertian dari batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakan tangan. Durasi waktu dalam pembuatan batik tulis ini memakan waktu sekitar 2-3 bulan.
Sedangkan pengertian batik top, adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan top (biasanya terbuat dari bahan tembaga). Durasi waktu dalam pembuatan batik top ini membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari.
Bangsa penjajah Eropa khususnya Belanda ternyata juga berminat pada batik dan hasilnya adalah corak bunga yang sebelumnya tidak dikenal (seperti misalnya motif bunga tulip) dan juga benda-benda lain yang dibawa oleh penjajah seperti gedung atau kereta kuda termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.
Namun demikian batik tradisional tetap bisa mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat tertentu karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Pada mulanya pakaian batik sering dikenakan pada acara - acara resmi yang bersifat formal untuk menggantikan jas. Kemudian seiring dengan perkembangan zaman, maka baju batik kemudian juga dikenakan sebagai baju seragam resmi untuk anak -anak sekolah dan pegawai negeri (batik Korpri) dimana pemerintah menetapkan aturan untuk mengenakan seragam batik pada hari Jumat.
Indonesia kaya akan jenis dan motif kain batik yang biasanya sangat terkait dengan budaya setempat. Beberapa faktor yang mempengaruhi lahirnya motif-motif batik antara lain adalah letak geografis, misalnya di daerah pesisir akan menghasilkan batik dengan motif yang berhubungan dengan laut, atau daerah yang tinggal di pegunungan akan terinspirasi oleh lingkungan dan alam sekitarnya, atau terinspirasi dari adat istiadat dan juga flora serta fauna di daerah tersebut.
Berikut ini adalah contoh beberapa motif kain batik, antara lain :
Zat Pewarna yang digunakan : Soga Alam
Kegunaan : Dipakai saat pernikahan
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.
Daerah: Yogyakarta
Zat Pewarna yang digunakan : Soga Alam
Digunakan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
Daerah: Yogayakarta
Zat Warna yang digunakan : Soga Alam
Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut [tertarik].
Daerah: Yogyakarta
Kegunaan : Upacara Mitoni ( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil pertama kali)
Filosofi : Yang menggunakan selalu dalam keadaan gembira.
Daerah: Yogyakarta
Nama motif : Sido Wirasat
Dikenakan : Orang tua temanten
Makna : Orang tua memberi nasehat
6. Kain Batik Motif Wahyu Tumurun
Nama motif : Wahyu Tumurun
Daerah : Pura Mangkunegaran
Jenis Batik : Batik Kraton
7. Kain Batik Motif Cakar Ayam
Kegunaan : Upacara Mitoni, Untuk Orang Tua Pengantin pada saat Upacara Tarub, siraman.
Filosofi : Cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tangga sampai keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.
Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi
Filosofi : Cuwiri= bersifat kecil-kecil, Pemakai kelihatan pantas/ harmonis.
Kegunaan : Harian (bebas)
Filosofi : Orang yang memakai akan selalu mempunyai cita-cita atau tujuan tentang sesuatu.
Kegunaan : Dipakai oleh Ibu mempelai puteri pada saat siraman
Filosofi : Grompol, berarti berkumpul atau bersatu, dengan memakai kain ini diharapkan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rezeki, keturunan, kebahagiaan hidup, dll.
Kegunaan : Dipakai pengiring waktu upacara kirab pengantin
Filosofi : Si pemakai agar kelihatan gagah dan memiliki sifat ksatria.
Kegunaan : Dikenakan di kalangan kerajaan
Filosofi : Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya, juga melambangkan empat penjuru dan melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia sehingga ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia.
Filosofi: Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas atau dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan).
Daerah: Cirebon
Filosofi: Bango-tulak diambil dari nama seekor burung yang mempunyai warna hitam dan putih yaitu tulak. Warna hitam diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih sebagai lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan hidup kekal.
Daerah ; Yogyakarta
15. Kain Batik Motif Gurda
Filosofi: Kata gurda berasal dari kata garuda, yaitu nama sejenis burung besar yang menurut pandangan hidup orang Jawa khususnya Yogyakarta mempunyai kedudukan yang sangat penting. Menurut orang Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci.
Daerah: Yogyakarta
Filosofi: Meru berasal dari kata Mahameru, yaitu nama sebuah gunung yang dianggap sakral karena menjadi tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Siwa. Sebagai simbol harapan agar mendapatkan berkah dari Tri Murti.
Kegunaan : Berbusana, menghadiri pesta
Filosofi : Curigo = keris, kepet = isis
Si pemakai memiliki kecerdasan, kewibawaan serta ketenangan.
Kegunaan : Berbusana pria dan wanita
Filosofi : Parang Kusumo = Bangsawan
Mangkoro = Mahkota
Pemakai mendapatkan kedudukan, keluhuran dan dijauhkan dari marabahaya.
Zat Pewarna yang digunakan : Naphtol
Kegunaan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Geometris
Makna Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan
Daerah: Yogyakarta
Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton
Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin)
Makna : Dua jiwa menjadi satu
Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton
Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin)
Makna : Dua jiwa menjadi satu
Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton
Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin)
Makna : Dua jiwa menjadi satu
Jenis Batik : Batik Petani
Dikenakan : Orang Tua Temanten
Makna : Hatinya gembira semarak
Daerah : Banyumas
Jenis Batik : Batik pengaruh Kraton
Dikenakan : Temanten Pria atau putri
Makna : Bahagia, rejeki melimpah
Daerah : Surakarta
Jenis Batik : Batik Petani
Dikenakan : Utusan
Makna : Panah mengena dan diikat
26. Kain Batik Motif Sidomukti
Daerah : Surakarta
Jenis Batik : Batik Petani
Dikenakan : Temanten Putra/Putri (Resepsi /Pahargan)
Makna : Bahagia, berkecukupan
Itulah uraian artikel tentang Pengertian, Filosofi Dan Aneka Motif Batik Di Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan dan wawasan Anda.
Posting Komentar untuk "Pengertian, Filosofi Dan Aneka Motif Batik Di Indonesia-Simak Artikelnya Di Sini "