Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar Memahami Filosofi Dan Ragam Jenis Batik Parang


Belajar Memahami Filosofi Dan Ragam Jenis Batik Parang
image via instagram@batikparangkesit

Pakaian batik merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan kita lestarikan. Meskipun pakaian batik terkesan sebagai pakaian tradisional, akan tetapi sekarang telah jauh berkembang dan sudah menjadi pakaian nasional bangsa Indonesia. Pakaian batik memiliki banyak sekali motif  yang hampir semuanya sangat menarik dan sarat dengan filosofi dan makna.

Salah satu jenis motif batik yang paling tua adalah motif batik parang. Pada mulanya, kain batik dengan motif parang ini tidak boleh digunakan oleh sembarangan orang. Hanya mereka yang merupakan keturunan dan anggota keluarga kerajaan saja yang boleh memakainya. Namun, seiring perkembangan zaman, kini batik motif parang ini sudah umum dikenakan oleh siapapun.

Berikut ini aneka budaya akan mengulas tentang bagaimana kita Belajar Memahami Filosofi Dan Ragam Jenis Batik Parang, agar kita menjadi semakin paham tentang makna yang terkandung pada motif batik yang satu ini.

Makna Motif Batik Parang

Kain batik ini memiliki motif yang tersusun dalam bentuk barisan diagonal. Bentuk motif tersebut seperti sebuah lereng yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai ‘Pereng’.

Dalam perkembangannya, corak kain batik tersebut kemudian disebut ‘Parang.’ Memang ada pendapat lain yang mengatakan bahwa nama motif batik parang ini berasal dari kata karang yang berada di ‘Perengan’ (tebing) pantai. 

Motif parang sekilas mirip dengan bentuk huruf ‘S,’ dan tampak seperti ombak. Corak parang ini dijalin berdekatan satu sama lain tanpa terputus. Jalinan motif yang tanpa putus ini dibuat bukan tanpa alasan atau asal - asalan. Ada sebuah makna yang sangat dalam yaitu semangat tidak boleh menyerah laksana ombak lautan yang terus-menerus menerjang karang di lautan.

Dengan mengenakan pakaian batik dengan motif parang ini, maka diharapkan pemakainya akan terus berusaha untuk melawan godaan dari dalam diri maupun dari luar dan tidak mudah menyerah. Makna lainnya dari batik parang ini adalah bahwa kita harus terus berjuang untuk memperoleh kesejahteraan dan untuk memperbaiki diri kita sendiri.

Pada masa lalu, batik jenis parang ini menjadi penguat ikatan antara orangtua dan anaknya. Para orangtua, terutama mereka yang berasal dari keluarga kerajaan, akan menghadiahkan batik parang ini kepada anaknya. Dengan memberikan hadiah berupa pakaian batik motif parang tersebut, diharapkan agar anaknya mau meneruskan perjuangan kedua orangtuanya.

Jika diamati pada bagian tengah motif yang berbentuk huruf ‘S’ tersebut terdapat garis tegak. Garis tersebut memiliki makna tersendiri yakni kesetiaan pada nilai-nilai luhur, cita-cita, serta penghormatan. Kemudian, dinamika yang ada pada motif parang tersebut juga melambangkan kewaspadaan serta ketangkasan.

Pakaian batik dengan motif parang juga bisa diartikan sebagai perang. Kata perang di sini tidak selalu bermakna perang melawan musuh saja, melainkan juga perang terhadap diri kita sendiri yakni bagaimana kita berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu kita. Oleh karenanya, maka motif parang ini pada masa lampau hanya dikenakan oleh keluarga kerajaan saja.

Sejarah Batik Motif Parang

Pakaian batik motif parang ini ada banyak sekali ragam dan jenisnya. Beberapa motif tergolong sebagai jenis motif yang cukup kuno. Salah satu motif tersebut adalah batik parang rusak yang terinspirasi oleh ombak lautan.

Motif batik parang rusak ini diciptakan oleh Panembahan Senopati, yang merupakan pendiri dari Kesultanan Mataram, ketika Beliau bertapa di Pantai Selatan. Motif jenis ini bermakna bahwa untuk mencegah kejahatan, manusia perlu mengendalikan hawa nafsunya.

Motif lainnya yang juga termasuk kedalam motif kuno atau klasik adalah batik parang barong yang di ciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Makna yang tersirat dari batik motif ini adalah kehati-hatian dalam bertindak. Selain dari motif parang rusak dan parang barong, terdapat pula batik parang klitik yang biasa digunakan oleh para putri raja, batik parang kencana, dan batik parang slobog.

Berikut ini adalah beberapa jenis motif parang yang perlu Anda ketahui, antara lain:

1. Motif Parang Rusak

Batik Parang Rusak

Motif ini tercipta ketika Panembahan Senopati sedang melakukan meditasi di Pantai Selatan seperti yang sudah di uraikan di atas. 

2. Motif Parang Barong

Batik Parang Barong

Motif ini berasal dari kata barong (singa) dan diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai Raja dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil dihadapan Sang Maha Pencipta. 

3. Motif Parang Kusumo

Batik Parang Kusumo

Motif ini berasal dari kata kusumo yang berarti kembang. Motif ini dikenakan oleh kalangan keturunan Raja ketika sedang berada didalam kraton. Motif ini mengandung makna hidup harus dilandasi oleh semangat perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin.

Bagi orang Jawa sendiri, makna keharuman yang dimaksud adalah keharuman nama pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin.

Motif parang kusumo Jogja ini sekilas terlihat sangat sederhana. Meski demikian, kain ini nampak elegan. Corak utama batik parang kusumo ini hanya berupa kombinasi pola huruf ‘S’ serta bulatan-bulatan dan pola permata di ujungnya. 

Warna batik jenis ini juga cukup sederhana karena hanya mengkombinasikan dua atau tiga warna saja. Selain itu, warna yang digunakan adalah warna - warna yang juga netral, seperti putih dan cokelat.

4. Motif Parang Slobog

Batik Parang Soblog

Motif ini digunakan pada saat menghadiri upacara kematian. Hal ini memiliki makna pengharapan agar arwah yang meninggal mendapatkan kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan menghadap Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan akan diberi kesabaran dalam menerima cobaan tersebut.

Motif kain batik parang slobog ini juga menyimbolkan semangat keteguhan, ketelitian, dan kesabaran.
Motif ini pada masa lalu dipakai pada upacara pelantikan para pejabat pemerintahan, karena melambangkan harapan agar para pejabat selalu diberi petunjuk dan kelancaran dalam menjalankan semua tugas-tugas yang menjadi tangung jawabnya.

5. Motif Parang Klitik

Batik Parang KLITIK

Motif ini melambangkan kelemahlembutan, prilaku yang halus dan bijaksana. Motif jenis ini biasanya dipakai oleh kalangan putri istana.

6. Motif Parang Tuding

Batik Parang Tuding

Motif ini merujuk pada kata tuding yang berarti menunjuk. Motif jenis ini memiliki makna bahwa orang yang memakainya diharapkan dapat menunjukkkan hal-hal yang baik dan menimbulkan kebaikan. Motif parang tuding ini biasanya dikenakan oleh orang tua.

7. Motif Parang Curigo

Batik Parang Curigo

Motif batik ini adalah salah satu pengembangan dari batik motif parang curigo. Motif tambahan pada susunan pola ‘S’ pada corak tersebut adalah pola keris yang memang menjadi ciri khas dari parang curigo .

Selain itu, pola permata pada motif jenis ini juga terlihat sangat jelas. Pola ini disebut mlinjon. Oleh karenanya, maka kemudian motif ini disebut parang curigo mlinjon. Mlinjon melambangkan pusaran air yang ditimbulkan oleh ombak.

Motif jenis ini biasanya dikenakan saat seseorang ketika menghadiri resepsi atau pesta. Kain batik dengan pola ini tersedia dalam beberapa pilihan warna.

8. Motif Parang Centung

Batik Parang Centung

Motif jenis ini dipakai oleh kaum wanita pada acara resepsi atau pesta.  Pola batik ini terlihat lebih unik jika dibandingkan dengan beberapa motif parang sebelumnya. Pada motif parang centung ini, sebuah ragam corak baru telah ditambahkan yakni pola yang berbentuk seperti sendok nasi yang dalam bahasa Jawa disebut centong.

Oleh karenanya, motif ini kemudian dinamakan sebagai parang centung. Makna dari batik ini adalah sudah bisa berdandan.

Motif parang centung memiliki detail-detail pola yang terkesan lebih feminin. Oleh sebab itu maka jenis batik ini sangat cocok dipakai oleh kaum wanita . Batik motif parang centung biasanya dikenakan ketika ada upacara tujuh bulanan atau mitoni serta pesta pernikahan.

9. Motif Parang Peni

Batik Parang Ceni

Motif ini menonjolkan keindahan (edi peni) dengan motif yang lebih halus.

10. Motif Parang Gendreh

Batik Parang Gendreh

Motif ini melambangkan keperkasaan dan kewibawaan dari seorang raja. Parang gendreh merupakan jenis lain dari motif parang rusak dengan ukuran 5 – 7 centi meter dan kemiringan 45 derajat. Motif ini menyimbolkan kekuatan dan gerak cepat para ksatria.

Selain motif - motif diatas masih banyak motif lainnya yang perlu kita eksplore di lain waktu seperti motif parang kemitir dan sebagainya.

Salah satu kawasan yang menjadi tujuan wisata batik di Indonesia berada di daerah Solo, Jawa Tengah yakni Kampung Laweyan Solo. Kawasan tersebut banyak di kunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara yang jatuh cinta dengan pakain batik ini. Di daerah tersebut juga masih eksis keberadaannya yaitu produsen batik kalinggo yang sudah sangat terkenal di Indonesia.

Demikianlah uraian artikel mengenai Belajar Memahami Filosofi Dan Ragam Jenis Batik Parang. Semoga bisa menambah wawasan pengetahuan Anda.

Posting Komentar untuk "Belajar Memahami Filosofi Dan Ragam Jenis Batik Parang"