Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar dari Masyarakat Pedesaan

 

Budaya
credit:instagram@budayanusantara_

Desa sering dianggap sebagai cerminan budaya yang konservatif (kolot). Bermukim di desa berarti bermukim di “ruang lain”. Tanpa teknologi, tanpa internet apalagi mall dan pusat perbelanjaan modern.

Desa adalah wilayah tertinggal. Modernitas masih menjadi barang mewah di sini. Namun tak semua tentang desa itu kolot. Justru kita bisa belajar dari desa, terutama masyarakat pedesaan.

Tinggal di kota metropolitan telah mengubah jati diri kita. identitas kita sebagai bangsa komunal telah tergerus menjadi bangsa individual. 

Inilah nilai yang bisa kita pelajari dari masyarakat pedesaan:

Kearifan Lokal

Masyarakat pedesaan masih memegang teguh nilai lokal. Local wisdom itu menjelma dalam mitos, pepatah, dan norma hidup. kearifan lokal berbasis pada nilai yang berkembang di masyarakat. 

Misalnya di kampung naga tidak boleh sembarang orang masuk ke hutan. Di masyarakat Baduy yang anti modernitas. Nilai ini bukan trend semata. Tapi, semacam prinsip hidup.

Pelajaran:

Masyarakat modern hidup dengan aturan hukum. Tapi, luput menaati. Tidak atas kesadaran sendiri dan bersifat memaksa. Ilegal logging dan ilegal fishing merajalela. Lingkungan dirusak. Padahal aturan hukum ada. Kita harus malu bahwa hukum modern kalah oleh kearifan lokal.

Kolektivitas Sosial

Masyarakat pedesaan masih gotong royong. Tenggang rasa masih terawat. Ikatan sosial terjaga kuat. Misal ketika tetangga sakit silih menjenguk. Hari raya tiba saling berkirim opor dan ketupat. Tetangga satu dengan yang lain mengenal dan bertegur sapa.

Pelajaran:

Apakah Anda mengenal nama tetangga Anda? Maukah Anda menjenguk tetangga yang sakit? Kita harus mengakui bahwa kolektivitas sosial di perkotaan sudah tergerus. Budaya individualis mendominasi laku langgam sehari-hari.

Budaya ronda malam cukup diganti oleh petugas keamanan. Budaya minggu bersih diganti oleh petugas kebersihan. Kita lupa bahwa kohesivitas sosial tidak bisa ditakar oleh materi. Kolektivitas sosial lahir dari kebersamaan yang tulus dan tanpa pamrih.

Alam

Masyarakat pedesaan punya panorama alam yang mempesona. Hamparan sawah yang hijau. Hutan asri yang terbentang luas. Desa adalah tempat meditasi bagi jiwa yang suntuk. Menyatu dengan alam. Merasakan gemiricit burung. Membuat teduh hati dan pikiran.

Pelajaran:

Masyarakat modern dijejali mall. Bangunan tingkat tinggi. Properti mewah. Ruang terbuka hijau justru minim. Semua by design bukan by nature. Alam di perkotaan relatif jarang. 

Itu sebabnya trip and vacation jadi pilihan. Masuk ke pedesaan bisa melepas penat. Napak tilas kehidupan dulu. Kala alam masih hijau. Tanah belum dijamah. 

Posting Komentar untuk " Belajar dari Masyarakat Pedesaan"