Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keindonesiaan dan Identitas Nasional

Keindonesiaan dan Identitas Nasional
credit:instagram@nicojs3

Ketika Barack Obama menyampaikan pidato awal kampanye kepresidenannya, dia menyampaikan bahwa orang Amerika itu bangga dengan identitas nasional, yaitu keamerikaannya. 

Mereka percaya kalau dunia masih butuh Amerika dan identitas nasional keamerikaan orang Amerika itu membuat orang Amerika percaya diri bahwa mereka mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi yang saat ini sedang mereka alami.

Mimpi Amerika itu untuk siapa pun yang sanggup dan mau bekerja keras. Bagaimana dengan Indonesia dan keindonesiaan orang Indonesia? 

Bisakah keindonesiaan itu menjadi identitas nasional yang membuat bangga seluruh rakyat Indonesia? Ataukah bangsa Indonesia malu dengan keindonesiaannya yang dipandang setengah mata atau mungkin juga tidak pernah dipandang oleh orang lain?

Identitas Nasional

Apakah yang dimaksud dengan identitas nasional? Sebagian masyarakat menengah Indonesia seolah kesulitan mengejawantahkan keindonesiaan dalam identitas nasionalnya. Apakah Indonesia itu masih punya identitas nasional yang bisa dibanggakan? 

Orang Indonesia itu terkenal dengan budaya korupsi dan kalau tidak disuap tak bisa profesional. Apakah akan bangga dengan identitas nasional yang dilabelkan oleh orang luar seperti itu? 

Pasti tidak ada yang mau diberi cap sebagai bangsa korup. Tapi kenyataannya itulah yang terjadi. Identitas nasional itu sesuatu yang melekat dan dengan identitas nasional itu orang Indonesia dikenal dengan keindonesiaannya. 

Misalnya, kalau hal berkenaan dengan pakaian, orang Indonesia itu mempunyai kain batik, kain songket, kain tenun, dan lain-lain. Sementara untuk makanan, identitas nasional Indonesia itu ada rendang, sambal, nasi goreng, bakso, pempek, dan sebagainya. 

Tapi untuk budaya dan gaya hidup? Identitas nasional itu seolah tenggelam dalam kemajemukan dan pengaruh budaya dari dunia lain yang membuat orang Indonesia tidak berbeda dengan orang-orang barat atau timur.

Lihatlah di perumahan elit. Semua rumah berpagar tinggi dan sesama tetangga tidak saling kenal. Kalaupun ada acara di satu rumah, rumah sebelah belum tentu tahu acara apa yang dibuat oleh tetangganya. Mereka takut dicap sebagai tetangga yang hanya ingin tahu urusan orang lain.

Tapi kalau di daerah yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan, identitas nasional gaya hidup itu masih bisa dilihat dengan jelas. Misalnya, orang Indonesia itu begitu peduli dengan lingkungan dan tetangganya. 

Mereka saling menegur dan saling peduli tapi tidak terlalu ikut campur dengan masalah orang lain. Orang Indonesia itu ramah dan mudah memaafkan karena semua orang sekampung dianggap saudara. 

Identitas Nasional Hanya Sebagai Simbol?

pakaian-adat-indonesia
credit:instagram@nicojs3

Apakah mau identitas nasional itu disematkan sebagai simbol-simbol semata tanpa makna? Katanya semua orang Indonesia itu tidak ada yang kebal hukum, tapi mengapa hukum begitu tak berkeadilan kepada rakyat kecil yang tak berdaya? 

Kisah sandal jepit pun tak lepas dari pemberitaan dunia. Sepertinya, negeri ini sudah tak mampu menghiasi berita dunia dengan prestasi hebat yang dilakukan baik oleh pemerintahannya maupun rakyatnya. 

Selain sebagai bangsa korup, bangsa sandal jepit serta jembatan Indiana Jones, identitas keindonesiaan terpancar dari identitas nasional sebagai bangsa penjiplak. 

Lihatlah para anak muda yang ramai-ramai membentuk grup band atau boyband dan girlband, tapi tidak punya kemampuan luar biasa yang bisa dibanggakan. Mereka menjiplak boyband dan girlband dari Korea Selatan. Apakah identitas nasional Indonesia seperti itu? 

Seolah tak ada lagi yang bisa digali dari tanah nan subur ini. Seolah tak ada lagi ide dan inspirasi keindonesiaan yang bisa diangkat ke panggung dunia sebagai identitas nasional Indonesia. 

Anak muda Indonesia seolah kehilangan identitas nasionalnya karena gaya pendidikan yang dilakukan dan diberikan merupakan bentuk aplikasi dari kiblat budaya Barat dan kiblat budaya negara lain yang dipandang lebih keren dibandingkan dengan produk lokal yang tak bisa dimodifikasi.

Padahal, kalau ingin menyisihkan sedikit waktu dan merenungkan keadaan Indonesia dan keindonesiaan, maka masih begitu banyak identitas nasional asli Indonesia yang bisa dibanggakan sebagai identitas nasional.

Bagaimanakah usaha untuk menumbuhkan keindonesiaan sebagai identitas nasional? Tidak ada jawaban yang paling tepat selain melalui pendidikan. Pendidikan dini yang mengajarkan bagaimana orang Indonesia itu sebenarnya adalah sesuatu yang harus dilakukan dan ditanamkan. 

Adalah hal yang sangat baik menanamkan jiwa yang tekun kepada anak-anak usia dini sehingga mereka terbiasa melakukan sesuatu dengan ketekunan yang tinggi. Ketekunan ini bisa menjadi identitas nasional.

Lihatlah cara penenun kain songket yang menenun setiap hari selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan hanya untuk memproduksi satu kain indah yang disebut sebagai "Raja Kain". 

Tak akan mungkin songket nan indah itu tercipta bila tidak ada ketekunan. Ketekunan terlahir dari cinta. Cinta akan memberikan energi yang luar biasa untuk melakukan hal-hal yang luar biasa juga.

Ketekunan ini juga bisa diperlihatkan melalui karya candi dan pembuatan rendang atau dodol. Pembuatan candi yang sempurna membutuhkan waktu yang lama. Begitupun dengan membuat rendang dan dodol. Ketelatenan dan ketekunan menghasilkan karya yang luar biasa. 

Hanya karya yang luar biasa yang keluar dari hatilah yang pantas untuk dihargai dengan pantas. Identitas nasional dari sikap dan sifat ini benar-benar bisa membangkitkan keindonesiaan yang mulai diremehkan oleh bangsa lain.

Korupsi yang telah membudaya itu harus juga dihapuskan. Anak-anak generasi penerus harus diajarkan bahwa kejujuran itu akan membawa kemujuran baik di dunia maupun di akhirat. 

Identitas nasional yang tercermin dari kejujuran ini akan membawa bangsa ini dihargai oleh bangsa lain sebagai bangsa yang bermartabat. Tidak ada martabat lagi apabila kebohongan itu terbongkar. Apalagi ketika korban dari kebohongan itu ternyata menderita seumur hidup dan membuat dunianya penuh dengan kemarahan.

Memang tidak mudah melakukan hal ini di tengah-tengah keengganan orang untuk hidup lurus-lurus saja. Mereka beranggapan bahwa hidup lurus-lurus saja itu penuh cobaan dan penderitaan. Kalau bisa, senang dan mudah, mengapa harus diambil jalan susah dan sulit. Identitas nasional seperti ini bukanlah hal baik yang harus dikembangkan.

Orang Indonesia itu pantang menyerah dan pantang menjadi terisolasi hanya karena masalah kecil yang tidak penting. Orang Indonesia itu bangsa pencipta bukan bangsa penjiplak. Bangsa Indonesia itu bangsa produsen bukan hanya pengguna dan peminta-minta. 

Bangsa Indonesia itu bangsa kreatif bukan bangsa peniru yang bangga dengan tiruannya. Bangsa Indonesia itu sopan dan bangsa yang mandiri yang tidak ingin hidup dari utang ke utang lagi.

Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia itu seolah semakin luntur. Semakin sulit membangkitkan keindonesiaan di tengah sulitnya menentukan identitas nasional.

Pemerintah bukannya tidak melakukan apapun demi menghidupkan keindonesiaan dan identitas nasional ini. Penggunaan produk dalam negeri masih terus digalakkan walaupun ternyata para wakil rakyat yang ada di DPR lebih suka memakai kursi impor dibandingkan dengan kursi Jepara atau kursi produk lokal lainnya. Begitupun dengan pakaian, sepatu, dan tas serta perlengkapan fashion lainnya.

Ketika orang Indonesia lebih suka membeli produk Indonesia di luar negeri, kekerasan kalau identitas nasional tidak ada, semakin membuat hati sebagian orang yang tahu masalahnya menjadi tercabik-cabik. 

Identitas nasional itu harus diajarkan dan ditanamkan ke jiwa setiap makhluk hidup yang ada di Indonesia. Bila keindonesiaan sudah menjadi identitas nasional, maka orang Indonesia akan bangga menjadi orang Indonesia. Tidak harus menjiplak karya orang lain karena kreasi nasional telah cukup sebagai inspirasi.

Posting Komentar untuk "Keindonesiaan dan Identitas Nasional"