Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ilmu Sosial Budaya Dasar Sebagai Bagian Refleksi Peradaban

Ilmu Sosial Budaya Dasar Sebagai Bagian Refleksi Peradaban

Pernahkah kita merenungkan apa yang akan terjadi jika manusia tidak bersosialisasi? Otomatis, tidak akan bermunculan ide-ide yang menakjubkan yang diwujudkan dalam sebuah kebudayaan.

Tanpa kebudayaan tidak akan lahir penemuan dan teknologi. Semua itu sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Tentu kita tidak asing lagi dengan ilmu sosial budaya dasar ketika kita bersekolah dulu. 

Sebuah ilmu yang mengajarkan kita pengetahuan tentang aspek-aspek kehidupan yang mendasar dari manusia sebagai makhluk yang berbudaya. 

Selain itu, tujuan pembelajaran ilmu ini adalah :

1. Mengembangkan kesadaran manusia menguasai pengetahuan tentang keberagaman serta persamaan derajat manusia sebagai makhluk pribadi dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Menumbuhkan kekritisan, kepekaan dan kearifan dalam memahami keberagaman manusia dengan berlandaskan nilai estetika, etika serta moral dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Mendasari pengetahuan, wawasan serta keyakinan kepada manusia untuk dijadikan bekal hidup bermasyarakat, selaku makhluk pribadi maupun sosial yang beradab dalam mengamalkan pengetahuan yang dimilikinya.

Dampak teknologi sebagai hasil dari budaya manusia memang tak selamanya menghadirkan hal-hal positif saja. Dampak negatif juga pasti akan bermunculan. Teknologi diibaratkan dua sisi mata uang. Sisi negatif akan mendampingi sisi positif dan juga sebaliknya. Ambillah contoh sebuah telepon genggam.

Telepon genggam merupakan produk teknologi yang paling laris manis di pasaran. Hampir semua orang memilikinya, bahkan terkadang bukan hanya satu unit. 

Kita semua pasti akan setuju bahwa telepon genggam mempunyai andil yang besar dalam kehidupan kita. Saking dahsyatnya, seseorang dapat menjalankan sebuah perusahaan besar yang memiliki karyawan ribuan hanya dari sebuah telepon genggam.

Telepon genggam juga mampu menghubungkan kita dengan seseorang yang berada berjauhan dengan kita tanpa menunggu berhari-hari sebagaimana layaknya mengirim surat. Itu memang sisi baiknya. Tetapi lihat sisi buruk yang juga harus kita sadari dalam penyalahgunaan telepon genggam ini.

Telepon genggam sering digunakan sebagai media untuk meneror, mengancam, melecehkan, serta perbuatan keji lainnya.

Telepon genggam juga kerap kali menjadi sarana pamer serta meninggikan status sosial di hadapan orang lain. Rasa sakit hati akan ditimbulkan dan sering berakibat fatal bagi si kaya.

Telepon genggam yang tiap hari makin canggih dengan harga selangit, memicu seseorang untuk melakukan kejahatan.

Intensitas penggunaan barang-barang elektronik akan menimbulkan penyakit gangguan syaraf yang akhir-akhir ini kian merebak.

Telepon genggam sering disalahgunakan sebagai media mencontek di kala ujian.

Kecanggihan fiturnya membuat orang menggunakannya secara terus menerus dan tidak bertanggung jawab di saat sedang bekerja sehingga mengganggu profesionalitas.

Sering digunakan sebagai media untuk mengunggah atau mengunduh hal-hal yang bersifat porno. Akibat akan semakin fatal pada anak yang masih di bawah umur.

Contoh lain ialah mengenai jejaring sosial media. Jejaring sosial memang sudah menjadi kawan akrab kita sehari-hari. Tren memang selalu berubah namun, keberadaan sosial media akan terus berlanjut. Di zaman modern seperti sekarang ini, hampir tidak ada orang yang tidak memiliki akun facebook atau twitter.

Jika dihubungkan dengan eksistensi diri, banyak orang menganggap bahwa seseorang dikatakan “ada” hanya jika ia memiliki sebuah akun jejaring sosial. 

Dahulu, orang harus berpikir dan menghasilkan sesuatu sehingga dirinya dapat dikatakan ada. Kita tentu pernah mendengar cogito ergo sum dari seorang Rene Descartes yang berarti saya berpikir maka saya ada.

Namun jika dibandingkan dengan zaman sekarang, orang tidak lagi berpikir demikian. Awalnya, peluncuran facebook mengemban misi mulia yaitu saling menghubungkan lintas negara bahkan benua. 

Namun, kembali akan ada dampak negatif yang dibawa setiap penemuan dari sebuah peradaban. Kita pasti sering mendengar bahwa akun facebook digunakan untuk menipu, menghina dan melakukan hal-hal buruk lainnya.

Sebagai manusia yang bertanggungjawab, kita harusnya lebih bijak dalam menggunakan teknologi komunikasi ini. Salah-salah sebuah telepon genggam dapat menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. 

Inilah salah satu manfaat memahami efek yang ditimbulkan dari produk budaya yang berinduk pada ilmu sosial budaya dasar (basic humanities).

Inti dari fungsi pembelajaran ilmu ini ialah memberi pemahaman untuk menalar segala budaya manusia serta memberi persepsi serta pemahaman mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan sebuah produk budaya. 

Jika seseorang sudah memahami tentang dampak negatif atau positif yang ditimbulkan, maka manusia akan semakin bertanggung jawab terhadap apa yang ia gunakan. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa ilmu budaya tidak sama dengan budaya dasar. Ilmu budaya mencakup seni musik, tari dan rupa.

Sementara basic humanities membahas bukan mengenai ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar berikut pengertian umum tentang  semua konsep yang dikembangkan guna mengkaji masalah-masalah manusia serta budaya.

Ilmu Sosial Budaya Dasar Sebagai Bagian Refleksi Peradaban
credit:instagram@hon_book_store

Basic humanities mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, antara lain:

Berbagai ungkapan permasalahan manusia dalam segala aspek kehidupan serta budaya yang dapat diberi pendekatan pengetahuan budaya, baik dari masing-masing disiplin ilmu di dalam ilmu pengetahuan budaya, maupun gabungan dari berbagai disiplin ilmu dalam ilmu pengetahuan budaya.

Hakikat setiap manusia yang universal, tetapi memiliki ragam wujud kebudayaan masing.

Dalam pengkajian ilmu sosial budaya dasar, posisi sentral diduduki oleh manusia dalam pengkajiannya. Manusia bukan hanya menjadi objek kajian. 

Basic humanities juga mempelajari bagaimana hubungan manusia terhadap alam, sesama manusia, serta dirinya sendiri, dan terhadap nilai-nilai kemanusiaan juga hubungan manusia dengan sang pencipta. 

Adapun pokok pembahasan yang dikembangkan:

  • Manusia dengan pergulatan cinta kasih
  • Manusia dengan sisi keindahan
  • Manusia dengan timbulnya penderitaan
  • Manusia dengan kebutuhan mendapat keadilan
  • Manusia dengan berbagai pandangan yang dipegang dalam hidup
  • Manusia serta rasa tanggungjawab dan pengabdiannya
  • Manusia serta rasa gelisah yang dimilikinya
  • Manusia beserta segenap harapannya

Basic humanities yang merupakan turunan dari ilmu filsafat ini mempelajari peradaban manusia. Sebagaimana diketahui bahwa peradaban dapat mempunyai banyak arti dalam hubungannya dengan masyarakat.

Istilah peradaban seringkali dipakai dengan tujuan merujuk satu kelompok masyarakat yang complex: yang telah dicirikan dalam praktik-praktik pertanian, hasil seni dan karya serta pemukiman. Jika dibanding dengan budaya lainnya, para anggota dari sebuah peradaban akan terstruktur dalam berbagai macam job description yang rumit di dalam hirarki sosial.

Istilah budaya memang tidak sepopuler istilah peradaban dalam lingkungan pendidikan. Peradaban dapat didefinisikan sebagai seni, kebiasaan, adat istiadat, nilai, dan kepercayaan serta cara hidup masyarakat.

Ada pula yang mengartikan  peradaban sebagai penggambaran yang kompleks dan bersifat relatif dan berhubungan dengan pertanian dan berbagai budaya perkotaan. Dengan adanya kompleksitas serta ragam organisasi sosial dan ekonomi, tiap budaya dapat dibedakan.

Tiap hari manusia beban manusia kian bertambah seiring perkembangan peradaban yang ada termasuk di dalamnya efek positif dan negatif setiap penemuan yang menjadi pelengkap kehidupan. Penting rasanya mempelajari ilmu sosial budaya dasar sebagai refleksi dan pencarian solusi tiap persoalan yang ada.

Paling tidak, artikel ini dapat dijadikan referensi Anda dalam memahami ruang-ruang kebudayaan yang direfleksikan sebagai cerminan suatu peradaban. Semoga informasi diatas berguna dan bermanfaat.

Posting Komentar untuk " Ilmu Sosial Budaya Dasar Sebagai Bagian Refleksi Peradaban"