Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Budaya Daerah Dan Kaum Muda Milenial

Budaya Daerah Dan Kaum Muda Milenial
credit:instagram@budayanusantara_

Kebudayaan daerah yang dimiliki bangsa Indonesia sangat beraneka ragam. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan keragaman budaya nya. 

Tersebar dari Sabang ke Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote, masing-masing daerah mempunyai identitasnya sendiri yang berbentuk budaya.

Walaupun merupakan identitas suatu daerah, budaya lokal kadang terlanjur dicap ketinggalan zaman oleh kalangan generasi muda milenial saat ini. Padahal budaya suatu daerah merupakan legacy, tak hanya untuk daerahnya namun juga untuk bangsa Indonesia.

Karena stigma inilah, banyak kaum muda yang kurang mengenal budaya lokal mereka sendiri. Apalagi kaum muda sekarang ini dibombardir dengan kultur budaya luar yang lebih populer. Kaum muda sekarang pasti jauh lebih mengenal tiap artis K-Pop dibandingkan dengan tokoh-tokoh budaya lokal mereka.

Mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Apakah kaum muda sekarang tidak peduli pada budaya di daerahnya masing-masing? Ada baiknya kita singgung sejenak tentang budaya lokal agar kita makin mengenal identitas daerah kita sendiri.

Pengertian Budaya Suatu Daerah

Budaya suatu daerah merupakan ciri khas suatu daerah yang berakar dari tradisi masyarakat. Budaya tidak hanya berupa produk, melainkan juga berupa ide atau gagasan dan juga tindakan. Biasanya apa yang disebut dengan budaya suatu daerah telah dilakukan secara turun temurun dalam jangka waktu yang lama.

Kebudayaan sesungguhnya mengkordinir pengorganisasian antar individu dan membentuknya menjadi suatu komunitas dalam rangka mempertahankan eksistensi nya sebagai mahluk hidup.

Budaya adalah sebuah tradisi dalam suatu kelompok masyarakat. Dan budaya lokal adalah sebuah tradisi yang tetap dijaga dalam suatu sistem masyarakat agar nilai-nilai esensial yang terkandung didalamya dapat dilestarikan.

Nilai-nilai tersebut berupa hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang terus berlangsung sebagai bentuk adaptasi individu terhadap lingkungannya. Indonesia kaya akan budaya lokal yang identik dengan daerah masing-masing. 

Fungsi dari kebudayaan daerah di antaranya:

  • Sebagai alat pemersatu berbagai individu dan komunitas yang berbeda dalam sebuah daerah
  • Sebagai identitas atau jati diri bangsa
  • Sebagai sarana pergaulan antara suku bangsa

Budaya sangat erat kaitannya dengan interaksi sosial antara individu dan komunitasnya, sehingga kelangsungan dan kelestarian budaya suatu daerah sangat tergantung pada kerjasama yang solid antar aspek, mulai dari perorangan sampai instansi daerah.

Saat ini sudah banyak pihak yang yang merasa ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian budaya nya sendiri. Di berbagai acara, baik itu acara - acara sosial maupun pemerintahan, berbagai bentuk budaya lokal kerap dipertontonkan.

Ini tidak lain adalah untuk melestarikan sekaligus mensosialisasikan budaya lokal itu sendiri pada khalayak masyarakat yang kadang kurang memadai pengetahuannya tentang budaya mereka sendiri.

Peran Kaum Muda Dalam Tumbuh Kembangnya Budaya

Budaya Daerah Dan Kaum Muda Milenial
credit:instagram@rumahkecebong

Kaum muda milenial dimanapun identik dengan perombakan. Generasi penerus yang dianggap harus bisa membawa angin baru dalam sebuah sistem. Begitu pula pada tumbuh kembangnya suatu budaya. Peran serta kaum muda dalam melestarikan budaya sangatlah esensial.

Namun seiring dengan era globalisasi, berbagai kultur budaya luar secara deras masuk ke kancah kehidupan anak muda dengan bantuan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Saat ini kita bahkan bisa tahu, hal-hal apa yang tengah terjadi di belahan dunia yang lain.

Dan tanpa menyalahkan terpaan media yang sangat intens, informasi tentang budaya luar mempunyai kekuatan dahsyat untuk diserap secara absolute oleh generasi muda kita. Sebut saja, Gangnam Style misalnya. Lagu yang populer di Korea ini dalam sekejap menjadi sangat populer juga di Indonesia, bahkan mengalahkan popularitas lagu-lagu daerah yang telah ada sejak dulu.

Tidak lama dari itu kemudian muncul Harlem Shake. Setali tiga uang, penyebarannya bagai virus tak terhentikan, menginfeksi setiap orang untuk melakukannya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa kita tidak bisa menjadikan budaya lokal menjadi Gangnam Style atau Harlem Shake di negara kita sendiri? Salah satu kuncinya terletak pada kaum muda milenial tadi.

Tergantung seberapa besar kecintaan mereka terhadap budaya mereka sendiri, sehingga bentuk pengabdian dengan melestarikan budaya sudah tidak perlu diminta lagi.

Namun membentuk kecintaan dan keloyalan kaum muda terhadap budaya mereka sendiri, termasuk menumbuhkan kesadaran yang tinggi terhadapnya, merupakan tugas dan kewajiban setiap individu. Adalah penting untuk menumbuhkan geliat budaya lokal di tengah terpaan gelombang budaya dari luar negeri yang begitu dahsyat. 

Bagaimanakah caranya?

Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh. Salah satu contohnya adalah melalui jalur pendidikan. Pendidikan budaya lokal adalah salah satu muatan lokal yang dapat terus diperbaharui, sehingga pengenalan awal kaum muda terhadap budaya lokal dapat di mulai pada level sekolah SD, SMP dan SMA.

Rasa cinta terhadap budaya sendiri, juga tanggung jawab moral terhadap kelangsungan budaya sendiri juga merupakan hal lain yang harus diemban oleh generasi muda di manapun.

Era modernisasi yang digaungkan memang dapat mengancam keberadaan budaya Indonesia. Perlahan namun pasti, orang-orang hanya akan mengidentifikasikan budaya lokal dengan satu jenis tarian atau lagu tertentu.

Padahal muatan budaya lokal sangat kaya akan berbagai unsur yang akhirnya membentuk jadi satu kesatuan budaya yang unik dan berbeda satu sama lain. Adalah tanggung jawab bersama untuk menumbuhkan dan menempatkan kembali budaya lokal pada tempatnya.

Jangan sampai terjadi lagi budaya lokal Indonesia tercuri dan diakui sebagai budaya negara lain. Hal ini, memperlihatkan betapa memprihatinkannya pemahaman pengetahuan masing-masing individu tentang budaya kita sendiri.

Bagaimana caranya menumbuhkan rasa menghormati, memiliki dan pada akhirnya menumbuhkan kecintaan sehingga ingin melestarikan budaya lokal, sepenuhnya menjadi tanggung jawab bersama.

Dan hal-hal tersebut diatas bisa dicapai salah satunya dengan melaksanakan berbagai aktivitas informal yang mengangkat budaya lokal, tanpa meninggalkan unsur ke"muda"an dalam pelaksanaannya.

Sebagai contoh, mengadakan berbagai festival yang bisa disisipi dengan muatan budaya lokal. Dengan begitu, budaya lokal terasa dekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga implementasinya pun terjewantahkan, bahkan mudah-mudahan dalam keseharian kaum muda sekarang.

Ini dapat tercapai dengan syarat adanya partisipasi dan keterlibatan secara aktif berbagai pihak termasuk para budayawan senior dan juga instansi-instansi pemerintahan.

Partisipasi Kaum Muda Milenial Dalam Pengembangan Budaya Lokal

Belum lama ini, sekumpulan mahasiswa di Institut Teknologi Bandung membuat terobosan baru yang memadu madankan budaya lokal dan budaya luar dengan menciptakan rintisan pakaian yang berdasar pada batik denim.

Pada dasarnya mereka melakukan proses pembatikan pada denim sehingga denim yang kental dengan unsure budaya luar bisa dikawinkan dengan batik yang merupakan identitas budaya nasional.

Mereka yang tergabung dalam badan bisnis kreatif yang bernama Lazuli Sarae ini, memulai usaha mereka dengan bermodal nekat dan sepenuhnya independen, tanpa ada bantuan dari pihak manapun.

Lazuli sendiri berasal dari bahasa Perancis ‘Lazhward’ yang berarti biru, sementara Sarae berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti bagus. Sesuai dengan namanya, mereka bertekad untuk mengawinkan simbol kebaratan yang diwakili denim, dengan simbol ketimuran yang diwakili batik.

Dan penjualannya yang memakai sistem on line pun secara tidak langsung mengangkat batik sebagai salah satu heritage budaya Indonesia ke kancah dunia internasional.

Tentu saja hal ini merupakan kebanggaan tersendiri, melihat kebangkitan anak muda Indonesia akan kecintaannya terhadap budaya di daerah sendiri.

Semoga apa yang dilakukan segelintir anak muda Bandung ini dapat memicu kaum muda di manapun di seluruh pelosok Indonesia untuk turut berperan aktif dalam melestarikan budaya di daerah. Karena selain kita sendiri, siapa lagi?

Posting Komentar untuk " Budaya Daerah Dan Kaum Muda Milenial"