Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nilai-Nilai Filosofi Rumah Adat Batak Toba

rumah-adat-batak-toba
credit:instagram@alsiantary

Jika kita membicarakan tentang rumah adat tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, sudah pasti hasilnya akan banyak sekali, salah satunya adalah rumah adat Batak. Rumah adat tradisional Batak tersebut ternyata juga tidak hanya terdiri dari satu macam rumah saja melainkan dua rumah yaitu rumah Batak Karo dan rumah Batak Toba.

Rumah Batak Toba merupakan satu dari sekian banyak rumah adat di Indonesia. Banyak hal yang bisa dibahas dan dipelajari dari satu macam rumah adat. Mulai dari sejarah pembuatannya sampai maksud dari bentuk unik bangunan rumah adat tradisional itu sendiri.

Salah seorang pemerhati budaya yang bernama St S. Panjaitan pernah berkata bahwa banyak definisi dan juga nilai-nilai yang tersirat di dalam rumah adat Suku Batak, yang dapat disubstansikan sebagai prinsip hidup dalam tatanan kehidupan sehari-hari pada pergaulan antar individu. 

Batak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia. Suku bangsa yang termasuk sebagai suku Batak adalah Batak Toba, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Angkola dan Batak Mandailing.

Mayoritas orang Batak memeluk agama Kristen dan sisanya lagi memeluk agama Islam. Akan tetapi, ada juga yang memeluk agama Malim serta kepercayaan animisme. Meskipun yang memeluk kedua ajaran ini telah semakin berkurang populasinya.

Sekilas Tentang Suku Batak Toba

Sebelum suku Batak Toba memeluk agama Kristen Protestan, mereka memiliki sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang mempunyai wewenang di atas langit dan gambaran kekuasaan-Nya tercipta dalam Debata Natolu. 

Suku Batak Toba mengetahui tiga konsep yang mengikat jiwa dan roh yaitu :

1. Tondi

Tondi merupakan jiwa atau roh seseorang yang menggambarkan kekuatan. Oleh sebab itu tondi memberi nyawa terhadap manusia. Tondi diperoleh seseorang sejak dia berada di dalam kandungan.

Apabila tondi meninggalkan tubuh seseorang, maka orang tersebut akan jatuh sakit atau meninggal dunia. Maka kemudian diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari tawanan sombaon.

2. Sahala

Sahala merupakan jiwa atau roh kekuatan yang dipunyai oleh seseorang. Semua orang mempunyai tondi, namun tak semua orang mempunyai sahala. Sahala serupa dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dipunyai para raja atau hula-hula.

3. Begu

Begu merupakan tondi orang yang sudah meninggal, yang tingkah lakunya sama persis dengan tingkah laku manusia. Begu semata-mata muncul di waktu malam.

Meskipun telah memeluk agama Kristen dan memiliki pendidikan yang tinggi, akan tetapi orang Batak belum bersedia melepaskan religi serta kepercayaan yang telah tertanam di dalam hati nurani mereka.

Nilai - Nilai Filosofi Rumah Adat Batak Toba

rumah-adat-batak-toba
credit:instagram@ida_cahaya-nainggolan

Batak Toba adalah salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam perihal seni dan rancang bangun. Di dalam masyarakat Batak Toba, rumah adat diibaratkan sesuatu yang sakral, sebab terkandung nilai-nilai kosmologis dalam pengalokasian dan gunanya. 

Di bawah ini merupakan  Nilai-Nilai Filosofi Rumah Adat Batak Toba, antara lain:

1. Wujud nyata dari filosofi aktivitas orang Batak

Wujud atap yang melekuk pada puncak atap sebelah depan, kadang-kadang ditempelkan tanduk kerbau, hingga rumah terlihat seperti kerbau. Punggung kerbau merupakan atap yang melekuk, sedangkan kaki-kaki kerbau adalah pilar-pilar pada kolong rumah.

Di dalam penentuan kayu pondasi, pondasi wajiblah kiat. Pondasi dibuat dalam formasi segi empat dengan sebagian tiang penopang.

Unsur pembentuk dinding rumah adat Batak Toba ini terdiri atas pandingdingan yang kualitasnya berat sehingga ada idiom yang mengatakan bahwa ndang tartea sahalak sada pandingdingan yang mempunyai arti sebagai isyarat butuh dijalin kolaborasi dan kebersamaan di dalam mengemban kewajiban berat.

Hal ini diartikan bahwa setiap penghuni rumah wajib terus menerus rangkul merangkul juga memiliki perbauran yang rukun dengan tetangga.

Bungkulan yang merupakan rangka bagian atas ditahan oleh tiang ninggor. Dan supaya tiang tersebut bisa terus berdiri tegak, ditahan oleh sitindangi. Penahan yang posisinya ada di depan tiang ninggor diberi nama sijongjongi. Dalam pengertiannya tiang ninggor selalu dilambangkan sebagai simbol kejujuran.

Di bawah atap bagian depan rumah adat Batak Toba ada yang dinamakan arop-arop. Di mana arop-arop adalah lambang dari adanya permohonan akan pencaharian yang pantas.

Di bagian depan samping atas merupakan tempat untuk merajut. Penahan atap agar tetap kuat disebut dengan songsong boltok. Yang memiliki arti, seumpamanya ada aksi dan bantuan yang kurang berkenan di hati termasuk di dalam perihal hidangan makanan pada tamu wajib dipendam di dalam hati.

Di samping kanan juga kiri serta menghampar dari belakang ke depan rumah adat Batak Toba, ada ombis-ombis. Ombis-ombis memiliki fungsi sebagai pemersatu ketahanan bagi urur yang menopang atap yang terbuat dari ijuk sehingga tetap dalam posisi lengkap.

Dalam definisi orang Batak, ombis-ombis melambangkan bahwa dalam kehidupan manusia tak ada yang sempurna dan juga tak luput dari keterbatasan kapabilitas. Oleh sebab itu perlu untuk memperoleh pengarahan juga petunjuk dari sesama manusia.

2. Di dalam pembuatan sebuah rumah, orang-orang Batak menyusun proses pembangunan dan pendayagunaan ruangan

Nilai-Nilai Tradisi Fundamental Masyarakat Batak Toba

Setiap masyarakat di dalam suatu suku bangsa pasti memiliki nilai-nilai dan tradisi tersendiri, begitu pun dengan masyarakat Batak Toba. Terdapat beberapa nilai tradisi fundamental dari masyarakat Batak Toba. 

Nilai-nilai tradisi fundamental tersebut antara lain:

1. Kepercayaan

Mencakup aktivitas keagamaan, baik agama tradisional maupun agama yang hadir kemudian yang menata hubungannya dengan sang Maha Pencipta dan juga hubungannya dengan manusia dan tempat hidupnya.

2. Peguyuban

Paguyuban yang meliputi hubungan primordial suku, kasih sayang sehubungan dengan hubungan darah, kesatuan hati unsur-unsur Dalihan Na Tolu (Hula-hula, Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut (anak Boru dari anak Boru), Hatobangon (Cendekiawan dan semua yang berelevansi dengan hubungan kekerabatan karena pernikahan, solidaritas marga dan lain-lain.

3. Hamoraon (Kaya Raya)

Salah satu nilai tradisi yang mendasari serta menggerakkan orang Batak, spesifiknya orang Toba untuk mengejar harta benda yang banyak.

4. Hamajuon (Kemajuan)

Hamajuon dicapai dengan merantau dan studi. Nilai tradisi hamajuon ini amat kuat menggerakkan orang Batak pindah ke semua pelosok tanah air. Di abad yang telah lewat, Sumatera Timur dilihat sebagai wilayah rantau. 

Namun, sejalan dengan semangat orang Batak, tujuan pindahnya sudah bertambah luas ke semua pelosok tanah air untuk menaikkan kemampuan dan daya saingnya.

5. Hasangapon (Kemuliaan, Kewibawaan dan Karisma)

Hasangapon merupakan suatu nilai penting yang menyodorkan dorongan kuat terutama pada orang Toba, untuk mencapai kejayaan.

6. Hagabeon (Banyak Keturunan dan Panjang Umur)

Sumber daya manusia buat orang Batak penting sekali. Ketahanan yang kukuh hanya bisa dibentuk dalam kuantitas manusia yang banyak. Umur panjang di dalam persepsi hagabeon disebut dengan Saur Matua Bulung (ibarat daun, yang gugur selepas tua).

Bisa dibayangkan, alangkah besar peningkatan jumlah tenaga manusia yang diimpikan oleh orang Batak, sebab selain masing-masing keluarga diharapkan beranak putra-putri sebanyak 33 orang, dan juga seluruhnya dimohonkan berusia lanjut.

Membaca sejarah maupun nilai-nilai filosofi seluruh atau beberapa rumah adat yang ada di Indonesia, membuat kita mengetahui sejarah dan nilai-nilai filosofi selain rumah adat dari suku kita sendiri. Selain itu juga, dapat menambah pengetahuan kita mengenai rumah adat yang ada di Nusantara.

Penjelasan rumah adat Batak Toba tersebut di atas hanyalah sekelumit kecil dari sejarah maupun nilai - nilai filosofi dari rumah adat Batak Toba yang panjang, juga sejarah dan filosofi dari rumah adat Batak secara umum..

Posting Komentar untuk " Nilai-Nilai Filosofi Rumah Adat Batak Toba"