Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rumah Adat Batak Mandailing Bagas Godang dan Sopo Godang

rumah-adat-mandailing
credit:instagram@budayatabagsel

Tahukah Anda mengenai rumah adat batak Mandailing? Rumah adalah tempat terindah yang pernah ada di dunia ini, bagaimana tidak? Di rumah kita dapat melakukan hal apa pun yang kita mau tanpa ada yang melarang atau membatasi.

Rumah adalah Negara kecil kita, dimana kita dapat menata isinya, membuat peraturan sendiri untuk kenyamanan tempat tinggal kita, pokoknya dibuat senyaman mungkin, agar yang tinggal dan datang ke rumah kita juga dapat merasakan kenyamanan yang sama.

Keindahan lainnya dari rumah adalah sebagai tempat kita bercengkraman dengan seluruh anggota keluarga inti ataupun keluarga besar. 

Rumah juga tempat istirahat yang menyenangkan setelah seharian bekerja, pulang kerumah atau berada dirumah adalah saat yang sering ditunggu ketika mulai kelelehan atau kejenuhan dengan rutinitas diluar rumah.

Rumah Adat

Rumah bukan hanya tempat tinggal saja, ada banyak yang dapat dilakukan di rumah. Jika ditanya arti rumah, setiap orang pasti memiliki devinisi sendiri akan arti rumah, mungkin termasuk Anda. Lalu bagaimana dengan rumah adat? Apa memiliki pengertian dan fungsi yang sama seperti rumah pada umumnya?

Rumah adat adalah bangunan rumah yang memiliki ciri khas dan melambangkan kebudayaan suatu masyarakat  atau daerah tertentu. Indonesia kaya akan keberagaman adat istiadat, karenanya Indonesia memiliki banyak rumah adat dari setiap daerahnya. Setiap daerah tersebut memiliki rumah adat sebagai cirri khas dan identitas daerah atau sukunya.

Beberapa rumah adat tersebut  biasanya di samping berfungsi sebagai tempat tinggal, beberapa di antaranya lagi berfungsi sebagai tempat pertemuan, museum, atau bahkan ada yang dengan sengaja dibiarkan begitu saja, hanya untuk diperkenalkan kepada masyarakat dengan menjadi tempat wisata.

Bentuk rumah adat setiap daerah tentu saja berbeda, hal tersebut disesuaikan dengan adat istiadat daerah tersebut. Begitu pula dengan  yang disebut dengan bagas godang.

Batak Mandailing

pengantin-batak-mandailing
credit:instagram@uandha

Batak mandailing adalah nama salah satu suku masyarakat yang ada di daerah Medan, terutama di kawasan Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Padang Lawas. Dalam bahasa Minangkabau Mandailing artinya mande, yang berarti “ibu yang hilang”.

Sementara ada juga yang menyebutkan bahwa kata mandailing berasal dari kata Mandala dan holding yang artinya sebuah wilayah kerajaan kalinga yang ada di India. Dalam setiap upacara adat istiadat suku Mandailing ini selalu dibacakan Surat Tumbaga

Holing atau Surat Tempaga Kalinga yang di dalamnya berisi mengenai adat istiadat suku Mandailing. Paham kekerabatan suku Mandailing adalah patrilineal dan matrilineal. 

Dalam system patrilineal suku Mandailing mengenal marga, marga yang ada di Mandailing tersebut adalah Nasution, Lubis, Harahap, Batubara, Lintang, Pulungan, Rambe, Hasibuan, Rangkuti, Mardia, Dalimunthe, Tanjung, Matondang, Hutasuhut, dan Daulay, semua marga yang ada di Mandailing berjumlah sebelas marga.

Fungsi Rumah

Seperti halnya fungsi rumah biasa yang setiap hari kita tempati, yaitu tempat untuk berkumpul anggota keluarga, menyelesaikan konflik keluarga, atau sekedar bercengkraman dengan seluruh anggota keluarga. 

Begitu pula dengan fungsi rumah adat. Hanya saja rumah adat bukan hanya milik perorangan saja, biasanya masyarakat suku yang memiliki rumah adat tersebut dapat memakainya untuk kebutuhan atau kepentingan orang banyak.

Dalam suku Mandailing dikenal ada dua bangunan yang dianggap sebagai rumah adat mereka, yaitu Bagas Godang atau rumah raja, dan satunya lagi adalah Balai Sidang atau Sapo Sio Rancang Magodang atau Sopo Godang, yaitu rumah yang letaknya tidak jauh dari Bagas Godang, biasanya kedua bangunan ini selalu berpasangan, letaknya kalau tidak di hadapan Bagas Godang yaa di samping Bagas Godang.

Balai sidang tersebut berdiri di atas beberapa tiang dengan jumlah tiangnya itu ganjil, sama halnya dengan anak tangganya yang juga berjumlah ganjil, bangunannya dibangun tanpa dinding, jadi bangunanan ini hanya beratap, memiliki tiang-tiang besar dan memakai tangga. 

Hal tersebut dibuat sebagai lambang kalau pemimpin huta merupakan pemimpin yang dapat bersikap demokratis.

Sementara bangunan di buat tanpa dinding, hal tersebut dilakukan supaya semua masyarakat dapat melihat dan mendengar kegiatan yang berlangsung di dalamnya, sehingga apa yang terjadi dalam bangunan itu dapat disaksikan seutuhnya oleh masyarakat setempat yang berkaitan.

Sopo Godang  tersebut  digunakan pemimpin utama mereka yaitu raja serta tokoh-tokoh yang dipilih warga untuk menjadi wakilnya di pemerintahan, Sopo Godang biasa di jadikan tempat untuk memutuskan suatu perkara yang sangat penting, juga dijadikan tempat utama untuk menjamu beberapa tamu yang dinggap penting.

Berkaitan erat dengan rumah adat tersebut di agungkan warga Mandailing dengan menyebut tempat tersebut adalah balai siding atau dalam bahasa mereka sering disebut  Sopo Sio Rancang Magodang Inganan Ni Partahian Paradatan, yaitu sebuah tempat untuk berkumpul memutuskan suatu perkara dengan bermusyawarah untuk menemukan mufakat.

Rumah adat  juga sebagai tempat untuk bersilaturahmi dengan para pemerintahan dan kerabat setempat.  dalam rumah adat ini selalu terpajang seperangkat alat keseniah khas Mandailing yang disebut dengan gordang sambilan.

Dua bangunan adat yang sudah disebutkan di atas, biasanya harus dibangun di atas lahan yang cukup luas, sebab kedua bangunan tersebut selain dibangunnya harus saling berdampingan, Kedua bangunan tersebut juga harus memiliki halaman yang luas.

Di rumah itu terdapat sebuah halaman yang disebut dengan Alamak Bolak Silangse Utang, yaitu sebuah halaman yang dijadikan tempat perlindungan bagi mereka yang mengalami kesulitan terutama yang berhubungan dengan hutang. 

Di tempat ini mereka bisa mendapatkan perlindungan. Jadi siapa saja yang jika sedang mengalami kesulitan lalu memasuki area ini, maka raja akan membantunya tanpa ada pertimbangan apa-apa.

Dilihat dari fungsinya, rumah adat Mandailing mencerminkan keagungan Huta sebagai sebuah masyarakat yang mampu berdiri sendiri, salah satunya yaitu dengan membentuk dan menjalankan pemerintahannya sendiri dan menjalankan serta mempertahankan budayanya sendiri.

Karenanya rumah adat tersebut dimuliakan masyarakat Mandailing, dan tentunya tanpa mengurangi kemuliaan yang punya tempat dan yang menempati tempat tersebut yaitu sang raja beserta anggota keluarganya. 

Yang menarik dari kedua rumah adat Mandailing ini dari sejak dahulu rumah adat ini tidak dipagar atau ditembok, hal tersebut sengaja dilakukan supaya tidak terpisah dari rumah-rumah penduduk Huta.

Melestarikan Rumah Adat

Rumah adat Mandailing adalah salah satu tempat adat yang dibanggakan oleh masyarakat Mandailing. Salah satu tempat adat yang memang harus dilestarikan, bukan hanya oleh orang-orang yang bersangkutan. 

Tetapi juga oleh orang-orang diluar masyarakat Mandailing, kita harus saling menjaga setiap adat istiadat yang ada di bangsa dan Negara ini. Kalau bukan kita siapa lagi, jangan sampai keinginan untuk menjaga timbul setelah hal itu diklaim orang lain atau bahkan punah di makan waktu.

Rumah adat adalah salah satu tempat adat dan budaya yang sangat khas. Kita sebagai orang yang terlahir dan hidup ditengah-tengah bangsa ini, harusnya bangga akan kekayaan keragaman adat istiadat, dan budaya yang dimiliki bangsa ini. 

Semuanya itu bukan hanya simbol tanpa arti, melainkan simbol penuh makna jika kita mau belajar mengenal dan mempelajarinya lebih jauh lagi.

Demikianlah ulasan singkat tentang Rumah Adat Batak Mandailing Bagas Godang dan Sopo Godang. Semoga informasi ini berguna dan bermanfaat untuk Anda.

Posting Komentar untuk " Rumah Adat Batak Mandailing Bagas Godang dan Sopo Godang"