Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Perubahan Kebudayaan Dan Mekanisme Perubahan Kebudayaan

pura-besakih-bali

Pada kesempatan kali ini akan disampaikan tiga teori mengenai pengubahan kebudayaan, yaitu: 

(1) unlinear theories of evolution

(2) universal theories of evolution

(3) multilinear theories of evolution

Unlinear theories of evolution mengatakan jika manusia dan warga, terhitung didalamnya kebudayaan, alami perubahan sesuai beberapa tahap tertentu, dari wujud yang simpel ke arah wujud yang makin prima dan kompleks. Teori ini dipelopori oleh Auguste Comte.

Terhitung simpatisan teori ini ialah Pitirim A. Sorokin yang mengatakan jika warga berkembang lewat beberapa tahap yang setiap didasari pada mekanisme kebenaran. Step pertama didasari pada keyakinan, step ke-2 didasari pada indera manusia, dan step paling akhir didasari pada kebenaran.

Universal theories of evolution mengatakan jika perubahan warga tidak lewat beberapa tahapan secara masih karena kebudayaan manusia sudah mempunyai garis evolusi tertentu. 

Konsep dasar teori ini ditempatkan oleh Herbert Spencer. Seterusnya figur ini berasumsi jika warga warga sebagai satu hasil perubahan dari karakter dan formasi yang homogen ke arah karakter dan formasi yang heterogen.

Multilinear theories of evolution mengatakan jika pengubahan kebudayaan dikuasai oleh beberapa faktor tertentu. Teori ini lebih mengutamakan pada aktivitas riset pada beberapa tahap perubahan tertentu dalam evolusi warga, misalkan melangsungkan riset mengenai dampak pengubahan mekanisme kekerabatan pada suatu warga, dan lain-lain.

Proses Pengubahan Kebudayaan

Berjalannya proses pengubahan kebudayaan benar-benar dikuasai oleh dua hal, yaitu: 

(1) ada beberapa faktor yang menggerakkan berlangsungnya pengubahan

(2) ada aliran- aliran pengubahan

Ada dua factor yang menggerakkan berlangsungnya pengubahan kebudayaan. Pertama, fak- tor intern, yaitu factor yang dari dalam warga tersebut, diantaranya: 

(a) mengembangnya rasa kekecewaan pada mekanisme kebudayaan yang ada

(b) ada in- dividu-individu yang menyelimpang dari mekanisme nilai budaya yang ada

(c) ada pen- emuan-penemuan baru yang bisa diterima secara luas di kelompok warga yang ber- sangkutan

Ke-2 , faktor eksternal, yaitu faktor yang dari luar masyarakat. Terhitung ke faktor eksternal diantaranya ialah: 

(a) berlangsungnya contact dengan kebudayaan yang dipunyai oleh warga lain

(b) berlangsungnya musibah alam yang menghancurkan lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang dan tumbuh

(c) berlangsungnya peperangan yang bisa meningkatkan dan/atau mematikan satu kebudayaan.

Perkembangan kebudayaan yang diraih oleh satu warga tidak bisa dilepaskan dari beberapa elemen, yakni: 

(a) ada kepimpinan yang baik

(b) ada kestabilan sosial pada warga yang berkaitan

(c) ada aliran-saluran yang berpeluang terjadinya pengubahan. Aliran-saluran kebudayaan yang diartikan salah satunya ialah lembaga sosial, instansi politik, instansi keagamaan, instansi pengajaran, dan lain-lain.

Pengubahan kebudayaan bisa terjadi dalam beberapa wujud, seperti difusi, pengembangan, asimilasi, dan akulturasi. Difusi sebagai satu penebaran beberapa unsur kebudayaan dari faksi yang satu ke arah faksi yang lain, misalkan tersebarnya beberapa ide baru lewat tayangan radio, televise, internet, koran, dan lain-lain. 

Pengembangan sebagai proses pengubahan yang mengambil sumber dari ada penemuan-penemuan baru yang ada dalam warga tersebut.

Asimilasi sebagai proses bercampurnya kebudayaan di antara dua warga masyarakat ataupun lebih yang sama-sama bersisihan yang terjadi secara terus-terusan dalam saat yang lumayan lama. Proses asimilasi ini akan melahirkan satu wujud kebudayaan baru yang disebut konbinasi dari tiap-tiap watak kebudayaan yang sama-sama memengaruhi. 

Akulturasi sebagai proses bercampurnya kebudayaan asing dengan kebudayaan di tempat yang ber- karakter lengkapi. Proses akulturasi tidak mengganti keunikan dari budaya di tempat.

Posting Komentar untuk "Teori Perubahan Kebudayaan Dan Mekanisme Perubahan Kebudayaan "