Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rumah Bolon: Rumah Adat Suku Batak

 

Rumah Bolon: Rumah Adat Suku Batak
sumber gambar:flickr.com

Rumah Bolon merupakan rumah adat dari suku Batak yang ada di provinsi Sumatera Utara. Rumah Bolon adalah rumah tradisional yang menjadi tempat tinggal Para Raja di Sumatera Utara pada masa lalu. Rumah tradisional ini berbentuk panggung dan berbahan utama kayu.

Rumah adat Gorga atau Bolon di Sumatera memiliki nilai penting bagi masyarakat Batak, tidak hanya sebagai hunian, tetapi juga sebagai daya tarik bagi wisatawan. Bangunan ini tidak hanya mewakili status sosial bagi pemiliknya, tetapi juga memiliki sejarah dan filosofi yang unik bagi budaya Batak.

Terdapat beberapa jenis rumah Bolon yang berbeda sesuai dengan suku Batak yang bersangkutan, seperti Batak Pakpak, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angola, dan Batak Mandailing. Masing-masing suku memiliki bentuk dan ciri khas yang berbeda, membuat setiap bangunan menjadi unik dan memiliki nilai sejarah tersendiri.

Dengan begitu, rumah adat Gorga di Sumatera memiliki nilai penting bagi masyarakat setempat maupun wisatawan yang ingin mengenal budaya Batak lebih dalam.

Asal Usul Rumah Adat Bolon (Gorga)

Rumah Bolon memegang peran yang sangat penting bagi budaya suku Batak. Bangunan yang kini digunakan sebagai rumah oleh masyarakat Batak dahulu merupakan tempat tinggal bagi 13 Raja Sumatera Utara, seperti Raja Bakkaraja, Raondop, Karel Tanjung, dan sebagainya.

Setiap jenis rumah adat Bolon memiliki ciri khas dan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan suku Batak yang tinggal di dalamnya. Salah dua jenis rumah adat Bolon yang masih ada hingga kini adalah Bolon Jabu Batara Siang dan Bolon Jabu Ereng. Bolon Jabu Batara Siang memiliki banyak hiasan dan ukiran, sedangkan Bolon Jabu Ereng tidak memiliki hiasan.

Dengan begitu, rumah adat Bolon memiliki sejarah dan nilai penting untuk perkembangan kebudayaan Batak. Bangunan ini merupakan bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikenang.

Hal - Hal yang Terkait Dengan Rumah Bolon (Gorga)

Berikut adalah beberapa hal yang terkait dengan rumah adat Bolon (Gorga) bagi suku Batak:

Bentuk dan Desain Unik

Bentuk dan desain rumah Bolon merupakan salah satu hal unik yang membedakan setiap jenis rumah adat ini. Setiap suku Batak memiliki bentuk dan desain rumah yang berbeda-beda sesuai dengan budaya, tradisi, dan filosofi yang dimilikinya. Contohnya, suku Batak Pakpak memiliki rumah Bolon dengan bentuk tinggi dan lebar, sementara suku Batak Mandailing memiliki rumah Bolon dengan bentuk lebih pendek dan sempit.

Desain dalam rumah Bolon juga memiliki banyak hiasan dan ukiran yang kaya akan makna dan filosofi. Hiasan dan ukiran ini bertujuan untuk melambangkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kesucian bagi keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut. Beberapa desain hiasan juga bertujuan untuk memperingatkan masyarakat dari hal-hal yang tidak baik dan membawa keburukan.

Oleh karena itu, bentuk dan desain rumah Bolon memiliki peran yang sangat penting bagi suku Batak dan merupakan bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikenang.

Hiasan dan Ukiran

Hiasan dan ukiran pada rumah Bolon sangat penting bagi suku Batak sebagai representasi dari budaya, tradisi, dan filosofi yang dimilikinya. Setiap hiasan dan ukiran memiliki makna yang berbeda-beda dan dapat digunakan sebagai simbol bagi kebahagiaan, kesejahteraan, dan kesucian bagi keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut.

Contohnya, ada hiasan yang berbentuk ular atau naga, yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Ada juga hiasan yang berbentuk burung, yang melambangkan kebahagiaan dan kedamaian. Beberapa hiasan juga memiliki simbol-simbol keagamaan seperti angka dan lambang-lambang yang melambangkan kepercayaan pada Tuhan.

Ukiran pada rumah Bolon juga dibuat dengan sangat rapi dan detail, dengan menggunakan kayu yang berkualitas dan diukir dengan tangan oleh para pengrajin Batak yang berpengalaman. Oleh karena itu, hiasan dan ukiran pada rumah Bolon bukan hanya memiliki fungsi sebagai representasi budaya, tetapi juga merupakan bagian dari karya seni yang harus dilestarikan dan dikenang.

Fungsi Simbolis

Rumah adat Bolon memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Batak, tidak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai simbol dari status sosial dan kelas sosial. Setiap suku Batak memiliki rumah adat yang berbeda-beda, dengan bentuk dan desain yang unik dan memiliki makna filosofis tersendiri.

Rumah adat ini juga dapat digunakan sebagai simbol dari martabat dan kehormatan bagi keluarga yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, rumah adat Bolon juga merupakan simbol dari kebanggaan bagi masyarakat Batak. Dalam kebudayaan Batak, rumah adat memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh hubungan keluarga dan mempererat kerukunan antar masyarakat.

Oleh karena itu, rumah adat Bolon harus dilestarikan dan dijaga agar tidak hilang dari budaya dan tradisi suku Batak. Pemerintah dan masyarakat setempat harus bekerja sama untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali rumah adat Bolon kepada masyarakat luas, sehingga dapat dikenang dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya dan sejarah Indonesia.

Tempat Tinggal Para Raja

Dalam sejarahnya, rumah Bolon dahulu merupakan tempat tinggal bagi 13 Raja Sumatera Utara. 

Ini membuat rumah adat Bolon memiliki sejarah dan nilai historis yang tinggi bagi masyarakat Batak. Keberadaan rumah ini sebagai tempat tinggal para raja juga menunjukkan betapa pentingnya rumah Bolon dalam sejarah dan budaya suku Batak. Kemudian, rumah Bolon juga memiliki nilai spiritual bagi masyarakat Batak, sebagai simbol dari kekuatan dan keagungan para raja dahulu.

Warisan Budaya

Pemeliharaan dan penjagaan rumah adat Bolon menjadi tugas penting bagi generasi muda suku Batak agar warisan budaya mereka tidak terlupakan dan dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Keunikan dan kekayaan hiasan, ukiran, serta filosofi yang terkandung dalam rumah adat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan pengunjung yang ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya suku Batak. Oleh karena itu, pemerintah juga harus ikut berperan dalam melestarikan rumah adat Bolon sebagai bagian dari warisan budaya nasional yang harus dilindungi dan diterima.

Hal - Hal Unik Terkait Rumah Adat Bolon

Rumah Bolon: Rumah Adat Suku Batak
sumber gambar:flickr.com

Ketika kita memasuki Rumah Bolon, maka kita akan menjumapai hal - hal unik yang tidak dapat kita temukan di rumah adat suku yang lainnya. 

Hal - hal unik tersebut diantaranya:

Bentuk Atap Rumah Bolon Lancip

Rumah adat Batak memiliki bentuk atap yang lancip yang unik. Ujung atap bagian depan lebih panjang daripada bagian belakang, yang dipercayai mampu menahan dan melindungi bangunan dari angin datang dari danau. Atap juga dianggap sebagai tempat penyimpanan benda pusaka dan bagian keramat dalam rumah. Menurut keyakinan suku Batak, bentuk atap lancip juga berfungsi sebagai doa agar kelakan keturunan penghuni menjadi lebih makmur dan sukses.

Jumlah Anak Tangga Selalu Ganjil

Menurut kepercayaan suku Batak, jumlah anak tangga rumah Bolon selalu dibuat berjumlah ganjil. Kepercayaan ini berdasarkan keyakinan bahwa angka ganjil memiliki energi positif dan memberikan keberuntungan bagi penghuni rumah. Oleh karena itu, jumlah anak tangga pada rumah Bolon selalu dibuat ganjil agar dapat membawa keberuntungan bagi penghuninya.

Tidak Memakai Paku

Pada pembangunan rumah adat bolon, suku Batak tidak menggunakan paku atau bahan penjepit untuk mengikat kayu. Mereka lebih memilih untuk mempercayai kekuatan dan kualitas kayu yang mereka gunakan, sehingga mampu mempertahankan stabilitas bangunan secara alami.

Sebagai pengganti paku, suku Batak memilih untuk menggunakan tali dalam menghubungkan setiap bagian rumah. Tali tersebut dikenal kuat dan direkatkan dengan baik pada kayu, sehingga rumah tetap stabil dan tidak mudah roboh meski sudah lama atau terkena angin. Dengan demikian, struktur kayu juga tetap terjaga dan tidak longgar.

Bahan - bahan untuk Membuat Rumah Bolon

rumah-bolon
sumber gambar:flickr.com

Untuk membuat rumah adat Bolon, suku Batak menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu jati, rotan, dan bambu. Kayu jati digunakan sebagai pilar utama dan bagian struktur, sementara rotan dan bambu digunakan sebagai bahan penutup atap dan dinding. Bahan-bahan tersebut dipilih karena memiliki kekuatan dan ketahanan yang baik, serta mudah didapatkan dalam lingkungan sekitar.

Jika diamati maka bahan bangunan yang tampak menonjol adalah:

Bahan Ijuk

Penutup atap pada rumah adat Bolon tidak menggunakan genteng atau bahan lain sejenis, melainkan menggunakan ijuk. Ijuk ditemukan secara lokal dan sangat umum digunakan sebagai penutup atap pada rumah-rumah Batak. Kebiasaan ini karena ijuk memiliki beberapa keunggulan, seperti membuat ruangan sejuk dan sangat tahan lama karena tidak dapat cerna oleh mikroorganisme. Ijuk merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari desain rumah adat Bolon.

Tali Sebagai Pengganti Paku

Rumah adat Batak menggunakan tali untuk merekatkan setiap bagiannya sebagai gantinya dari paku. Kelebihan menggunakan tali adalah lebih tahan lama dan kuat dibandingkan paku. Ini karena paku memiliki kemungkinan untuk berkarat, sedangkan tali yang direkatkan dengan baik mampu mencegah longgarnya kayu. 

Pemilihan bahan tali juga sangat penting, sebaiknya memilih bahan tali yang kuat dan tidak mudah putus untuk memastikan kestabilan dan keawetan rumah adat Batak.

Tiang Rumah dari Kayu

Pemakaian kayu sebagai bahan utama rumah Bolon merupakan pilihan yang cermat dari suku Batak. Keunggulan kayu sebagai material konstruksi seperti kuat, tahan lama, dan tahan terhadap hujan membuat rumah adat ini dapat bertahan lama dan menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman. 

Kemampuan kayu dalam menjaga suhu ruangan juga membuat rumah Bolon menjadi tempat tinggal yang sejuk dan nyaman bagi penghuninya. Oleh karena itu, kayu menjadi material yang sangat penting bagi suku Batak dalam membangun rumah adat mereka yang dikenal dengan sebutan rumah Bolon.

Pondasi Rumah dari Batu

Batu digunakan sebagai pondasi yang kuat dan menjadi tumpuan tiang kayu. Penggunaan bahan alami ini membuat rumah adat Bolon lebih kokoh dan tahan lama.

Struktur Bangunan Rumah Bolon (Gorga)

1. Pondasi Rumah

Pondasi adalah bagian fundamental dari sebuah bangunan yang memiliki tugas penting sebagai dasar pengokohan bagi seluruh struktur di atasnya. Letaknya berada di bagian bawah dan sangat berperan dalam menahan beban seluruh bangunan.

Penggunaan batu dengan tipe cincin sebagai pondasi rumah adat Batak memiliki beberapa keunggulan. Pertama, karena batu memiliki kekuatan yang baik, maka pondasi yang terbuat dari batu tersebut mampu menahan beban bangunan dengan baik. Kedua, tiang kayu yang menjadi tumpuan akan lebih stabil karena memiliki diameter besar, yaitu antara 42 hingga 50 cm.

Ukuran rumah Bolon yang cukup besar membutuhkan banyak tiang kayu sebagai penyangga. Terdapat sekitar 18 tiang kayu yang berdiri tegak dan memiliki fungsi sebagai penopang beban bangunan. Selain berguna untuk menyangga bangunan, jumlah tiang kayu tersebut juga memiliki makna spiritual bagi suku Batak. Jumlah tiang tersebut melambangkan kebersamaan dan kekuatan dalam keluarga.

2. Ruangan Dalam Rumah

Rumah adat Batak, Bolon, memiliki bentuk persegi panjang dengan ruang-ruang yang terbagi tanpa sekat. Ketinggian rumah ini sekitar 1,75 meter dari tanah. Beberapa bagian dalam rumah dipakai sebagai ruang untuk berkumpul bagi anggota keluarga tertentu. 

Ruang yang berada di sudut belakang dipakai oleh para lelaki, sementara ruang di sebelah kiri depan dipakai oleh anak tertua laki-laki yang sudah menikah. Bagian tengah rumah dipakai sebagai ruang berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari. Ornamen dan hiasan juga ditempatkan di beberapa bagian rumah, dipercaya dapat melindungi penghuninya dari keburukan.

Secara umum bagian dalam rumah adat Bolon di bagi menjadi:

Jabu Bona

Jabu Bona, dalam bahasa Batak, berarti sebuah ruangan yang terletak di sudut belakang rumah adat Batak. Terdapat sebuah ruangan di sebelah kanan yang merupakan bagian dari Jabu Bona. Sedangkan bagian sebelah kiri atau depan sudut kanan disebut dengan Jabu Soding.

Jabu Bona adalah tempat berkumpulnya para kepala keluarga atau lelaki dalam rumah tersebut. Sementara itu, Jabu Soding adalah tempat berkumpulnya para istri atau tamu perempuan, serta tempat khusus bagi anggota rumah yang berjenis kelamin perempuan. Ada juga acara adat yang biasa digelar di Jabu Soding.

Hal ini menunjukkan bahwa rumah adat Batak memiliki tata ruang yang berbeda dan memiliki fungsi masing-masing bagi anggota rumah. Struktur ini membantu dalam menjaga tradisi dan budaya Batak yang kuat, serta mempermudah dalam mengatur aktivitas sehari-hari dalam rumah.

Jabu Suhat

Ruangan Jabu Suhat berfungsi sebagai tempat khusus bagi anak tertua laki-laki yang sudah memiliki rumah tangga. Ruangan ini terletak di sebelah kiri depan dan memiliki tampar piring sebagai bagian yang bersebrangan dengannya. Tampar piring digunakan sebagai tempat duduk para tamu yang berkunjung.

Ruangan Jabu Suhat memiliki makna yang tersendiri bagi masyarakat Batak. Anak tertua laki-laki yang sudah menikah dianggap sebagai penegak dan pelindung dari keluarga, sehingga Jabu Suhat menjadi tempat khusus bagi mereka. Ruangan ini juga memiliki peran yang penting dalam acara-acara adat dan memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan tradisi Batak.

Jabu Tangatonga ni Jabu Bona

Ruangan yang disebut sebagai Dunia Tengah ini memiliki peran penting bagi keluarga besar. Menjadi tempat berkumpul dan melakukan segala aktivitas sehari-hari, seperti tidur, memasak, berkumpul dengan keluarga dan aktivitas lain yang merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari. Kedudukannya sebagai pusat dari aktivitas rumah, membuat Dunia Tengah menjadi ruangan yang sangat penting bagi keluarga besar.

3. Bagian Dinding Rumah

Ruangan dalam rumah adat Bolon memiliki desain yang unik dan memiliki alasan tersendiri. Dinding rumah didesain dengan bentuk miring yang memudahkan aliran udara masuk ke dalam ruangan. Material dinding yang terbuat dari kayu dan direkatkan dengan menggunakan tali pilihan yaitu tali ijuk dan rotan membuat rumah kuat dan tahan lama.

Sebagai bentuk perhatian terhadap kebersamaan dan kerukunan dalam rumah, suku Batak menggunakan pola pengikat yang unik. Pola pengikat yaitu cicak dengan dua buah kepala yang saling berlawanan. 

Pola ini menggambarkan perbedaan pendapat dan pandangan namun senantiasa menghormati dan saling menjaga antar anggota keluarga. Ini menunjukkan betapa pentingnya kesatuan dan harmonis dalam keluarga bagi suku Batak.

4. Pintu Rumah

Rumah adat Bolon memiliki desain pintu yang unik dan mencolok. Pintunya dibentuk menjorok ke dalam rumah, dengan tinggi sekitar 1,5 meter atau lebih dan lebar kemiringan sekitar 80 cm. Penghuni yang ingin masuk ke dalam rumah harus memanjat tangga terlebih dahulu.

Penampilan pintu rumah Bolon juga dibuat menarik dengan banyak ukiran yang ditempatkan di bagian atas atau depan pintu. Ukiran-ukiran tersebut dikenal dengan sebutan Gorga dan memiliki beragam bentuk dan desain. Ukiran ini bukan hanya sekedar hiasan saja, namun juga memiliki makna dan filosofi tertentu yang memperkuat tradisi dan budaya suku Batak.

5. Lantai Rumah

Rumah adat suku Batak memiliki lantai yang tidak hanya memiliki fungsi praktis, namun juga membawa makna yang dalam. Lantai bawah memiliki arti sebagai pengingat bahwa kematian adalah bagian dari hidup manusia. 

Lantai tengah mewakili kegiatan sehari-hari yang dilakukan manusia dan lantai atas melambangkan pengenalan terhadap dunia para dewa. Setiap sudut dari papan kayu yang digunakan sebagai lantai rumah adat ini di dukung oleh tiang yang kuat.

6. Atap Rumah

Ruangan rumah adat Bolon memiliki atap yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan bentuk rumahnya, memiliki bentuk lancip di bagian ujung depan dan belakang, membuat rumah ini terlihat kokoh seperti tapal kuda. 

Masyarakat Batak tidak hanya memperhatikan desain atap rumah mereka, namun juga meyakini bahwa atap yang indah ini akan membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi keluarganya. Atap rumah adat Batak ini juga dianggap sebagai bagian yang suci karena fungsinya sebagai tempat penyimpanan barang keramat dan sakral.

Berikut ini adalah video tentang rumah adat Bolon (credit untuk chanel youtube PIM PICTURES).


Kesimpulan

Rumah Bolon merupakan rumah adat yang dimiliki oleh suku Batak. Rumah ini memiliki bentuk yang unik dan memiliki makna di dalam setiap bagiannya, seperti dinding yang miring sebagai solusi untuk mempermudah masuknya angin, pintu yang menjorok ke dalam rumah sebagai simbol penerimaan terhadap tamu, lantai yang memiliki makna seperti bagian bawah yang mengingatkan manusia akan kematian, bagian tengah yang mewakili keseharian, dan bagian atas yang mewakili dunia dewa. 

Atap rumah Bolon juga sangat unik dengan bagian atap yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan bentuk rumah dan memiliki ujung yang lancip. Atap ini juga dianggap sebagai bagian yang suci karena berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang keramat dan sakral. Oleh karena itu, rumah Bolon memiliki keunikan dan makna yang kuat bagi masyarakat Batak.

Posting Komentar untuk " Rumah Bolon: Rumah Adat Suku Batak"