Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Fakta Menggetarkan Mengenai Mangkunegaran

7 Fakta Menggetarkan Mengenai Mangkunegaran

Mengenal Pura Mangkunegaran

Dalam sejarahnya, Pura Mangkunegaran telah mencatat banyak peristiwa dramatis dan menakjubkan selama 16 tahun. Pura ini didirikan oleh seorang pahlawan bernama Raden Mas Said suryokusumo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Ia harus berperang dan menghadapi banyak tantangan sebelum akhirnya berhasil mendirikan Kadipaten Mangkunegaran pada tahun 1757. 

Meskipun hanya berupa Kadipaten, Pura Mangkunegaran berkembang pesat dan memberikan pengaruh yang besar dalam peradaban dan kebudayaan. Mari kita simak 7 fakta menakjubkan seputar sejarah Mangkunegara.

Fakta Pertama: Penyambar Nyawa

Raden Mas Said, atau yang lebih dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa, merupakan anak dari Pangeran Aryo Mangkunegoro dan cucu dari Raja Mataram ke-8, Amangkurat 4. Sejak kecil, Raden Mas Said telah menunjukkan bakatnya sebagai petarung dan pejuang yang tak kenal takut. Bahkan ketika usianya baru 14 tahun, ia telah terlibat dalam perang gerilya karena merasa terpinggirkan oleh Keraton. 

Ayahnya, Pangeran Aryo Mangkunegoro, bahkan dibuang ke Srilanka dan Afrika Selatan. Raden Mas Said pernah bergabung dengan pamannya, Pangeran Mangkubumi, dalam perlawanan melawan VOC dan kekuasaan Pakubuwono 2 hingga Pakubuwono 3. 

Namun, akhirnya mereka berpisah setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Pangeran Mangkubumi mendapatkan separuh wilayah Mataram dan mendirikan Kesultanan Yogyakarta, sementara Raden Mas Said terus melanjutkan perjuangannya sendirian. Bahkan, ia pernah menghadapi serangan dari tiga kekuatan sekaligus, yaitu VOC, Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Yogyakarta.

Tiga Pertempuran Besar

pertempuran-voc-mangkunegaran

Setidaknya ada tiga pertempuran besar yang dihadapi oleh Raden Mas Said dalam melawan ketiga kekuatan tersebut. Pertempuran pertama terjadi di desa Kasatrian dekat Ponorogo, di mana pasukan gabungan VOC, Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Yogyakarta menekan kekuatan Raden Mas Said dari berbagai arah. 

Namun, pasukan Pangeran Sambernyawa sulit ditaklukkan dan bahkan berhasil membuat tiga kekuatan tersebut kewalahan. Pihak Raden Mas Said hanya kehilangan tiga orang, sementara koalisi VOC, Kasunanan Surakarta, dan Kesultanan Yogyakarta kehilangan 600 pasukan.

Pertempuran kedua terjadi di hutan Sido Kebyak Selatan Rembang pada tahun 1756. Pasukan VOC yang dipimpin oleh Kapten Van Der Pol tidak berdaya dan akhirnya kalah. Bahkan, Kapten Van Der Ball tewas dalam pertempuran tersebut. Sedangkan pertempuran besar ketiga terjadi pada tahun 1757. 

Kali ini, dengan percaya diri, Raden Mas Said mengambil inisiatif menyerang Benteng Vredeburg di Yogyakarta dan Keraton Yogyakarta. Serangan ini mengakibatkan kerugian besar bagi VOC maupun Kesultanan Yogyakarta. Akibat perang melawan Pangeran Sambernyawa, banyak korban jiwa dan harta benda yang menjadi tumbal. Karena itu, Raden Mas Said kemudian populer dengan julukan Pangeran Sambernyawa.

Perjanjian dan Berdirinya Pura Mangkunegaran

Karena perang melawan Pangeran Sambernyawa mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerugian bagi VOC dan Kesultanan Yogyakarta, pihak-pihak terlibat mulai merasa perlu untuk mencari jalan damai. VOC dan Kesultanan Yogyakarta bahkan mengadakan sayembara untuk membunuh Raden Mas Said. VOC menawarkan hadiah 500 real dan jabatan Bupati, sementara Sultan Hamengkubuwono 1 menawarkan hadiah 1000 real. 

Namun, tidak ada yang berhasil memenangkan sayembara tersebut. Akhirnya, pihak VOC, Kesultanan Yogyakarta, dan Kasunanan Surakarta mengajak Raden Mas Said untuk berunding. Perundingan tersebut berlangsung di Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757. 

Hasil dari perundingan tersebut adalah berdirinya Pura Mangkunegaran yang hingga kini masih eksis di wilayah Banjarsari, Surakarta. Raden Mas Said menjadi pemimpin pertama Pura Mangkunegaran dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro 1. Wilayah Pura Mangkunegaran mencakup Surakarta bagian utara, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, dan sebagian Wonosari.

Fakta Kedua: Tentara Profesional

Cucu dari Raden Mas Said, yaitu Raden Mas Suromo, menjadi penerus tahta dan mangkunegoro 2. Ia berkuasa dari tahun 1796 sampai 1835. Pada masa pemerintahannya, Mangkunegoro 2 membuat gebrakan di bidang pertahanan yang menggetarkan. Ia membangun pasukan modern pertama di Jawa, bahkan di Asia Tenggara. 

Pasukan ini kemudian diberi nama Legion Mangkunegaran pada tahun 1808. Pasukan ini terinspirasi oleh Grande Armée milik Napoleon Bonaparte di Prancis. Mulai tanggal 29 Juli 1808, Legion Mangkunegara menjadi bagian dari tentara gabungan Prancis-Belanda-Jawa. Tugas utama mereka adalah melawan kehadiran Inggris yang bersaing dengan Prancis dalam ekspansi internasionalnya. 

Legion Mangkunegaran terdiri dari 800 tentara infanteri, 100 jeger, 200 kavaleri, dan 500 artileri. Mereka terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Inggris yang tiba di Jawa pada tahun 1811. Setelah Inggris berhasil memenangkan pertempuran, Legion Mangkunegara bergabung dengan pasukan Inggris untuk menyerbu Keraton Yogyakarta pada bulan Juni 1812. 

Aksi ini dikenal dengan sebutan Geger Sepoih. Selain itu, Legion Mangkunegaran juga terlibat dalam beberapa pertempuran lainnya, seperti melawan Kesultanan Aceh pada tahun 1873, menumpas bajak laut di Bangka pada tahun 1919-1920, serta melawan kehadiran Jepang di Indonesia pada tahun 1942.

Fakta Ketiga: Perintis Perkebunan Modern di Jawa

pabrik-gula-colomadu

Pada masa pemerintahan Mangkunegoro 4, yang berkuasa dari tahun 1853 sampai 1881, terjadi kejayaan ekonomi Pura Mangkunegaran. Pemerintahannya menjadi tonggak sejarah yang signifikan bagi Pura Mangkunegaran, karena ia berhasil membangun dasar ekonomi perkebunan modern di Jawa. 

Selain mendirikan pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu sebagai respons terhadap tren gula yang menjadi primadona di dunia, Mangkunegoro 4 juga mendirikan pabrik pengolahan nila atau indigo. Ia juga mengembangkan tanaman kina dan teh Rojo. 

Akibat keberhasilan pemerintahannya dalam bidang ekonomi, Mangkunegaran menjadi sebuah kota yang maju dan sejahtera. Bahkan, perancang dari Kementerian Pendidikan Prancis menggambarkan Mangkunegoro 4 sebagai raja terkaya di Jawa.

Fakta Keempat: Pendiri Kantor Pos

Pada masa pemerintahan Mangkunegoro 4, komunikasi juga berkembang pesat. Ia mendirikan kantor pos yang layanannya mencakup wilayah Belanda. Bahkan, pada tahun 1876, ia juga membuka layanan telegram. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan lancar dari jarak jauh, bahkan hingga ke luar negeri. Pendirian kantor pos dan layanan telegram ini memicu perkembangan bisnis, sosial, politik, dan kebudayaan secara umum.

Fakta Kelima: Melawan Radikalisme Agama

Pada masa kekuasaan Mangkunegoro 5, yang berkuasa dari tahun 1881 sampai 1896, muncul gerakan radikalisme agama di Surakarta yang dipimpin oleh Iman Sampoerna. Gerakan ini muncul sekitar tahun 1888. Iman Sampoerna adalah lulusan Pesantren Haji Muhammad Saleh. Setelah menikah, ia menggarap tanah milik kerabat Pura Mangkunegaran, yaitu Kanjeng Pangeran Haryogondo Saputro di Kiri Layu, Karanganyar. 

Di sana, ia juga menjabat sebagai khatib atau pemuka agama. Ia sering tidur di makam Mangkunegoro 4 dan melakukan perjalanan bertapa atau belajar spiritualisme. Setelah kembali dari bertapa di Alastuwo, penampilannya berubah. Ia mengenakan jubah putih dan sering berceramah. Pengikutnya semakin bertambah. Iman Sampoerna mengklaim dirinya sebagai satu-satunya ulama yang mengajarkan Islam secara benar. Ia pun mengubah namanya dari Imanrejo menjadi Zainal Abidin Iman Sampurno. 

Bahkan, ia menyatakan dirinya sebagai titisan Mangkunegoro 4. Iman Sampurno juga mengharuskan setiap orang yang berhadapan dengannya untuk mengangkat sembah. Ia kemudian membentuk pasukan sendiri dan menunjuk kakaknya, Nito Menggolo, sebagai panglima pada tanggal 11 Oktober 1888. Sekitar 80 pasukan yang dipimpin oleh Iman Sampoerna menduduki Pesanggrahan Srikaton di Tawangmangu yang merupakan milik Pura Mangkunegaran. 

Kemudian, Iman Sampoerna menyatakan dirinya sebagai satu-satunya Gusti atau penguasa yang harus diakui pada tanggal 12 Oktober. Legion Mangkunegara langsung menggerebek Pesanggrahan yang diduduki oleh Iman Sampurno dan pengikutnya. Akibatnya, Iman Sampurno, istri dan anaknya, serta panglima Nito Menggolo tewas. Sejak itu, kelompok radikalisme agama ini bubar.

Fakta Keenam: Pendiri Radio Pribumi Pertama di Indonesia

Mangkunegoro 7, yang berkuasa dari tahun 1916 sampai 1944, adalah seorang pemimpin yang memiliki wawasan luas. Ia pernah kuliah di Leiden, Belanda, dan memiliki kepedulian terhadap nasionalisme. Bahkan, ia menjadi tokoh pergerakan Budi Utomo dan menjadi penasihat organisasi pelajar Jong Java. 

Salah satu gebrakannya yang terbesar adalah memprakarsai berdirinya radio pribumi pertama di Indonesia pada tahun 1933. Radio ini diberi nama SRV atau Solusi Radio. Melalui radio ini, program-program dalam bahasa Jawa disiarkan. Atas jasanya dalam mengembangkan kebudayaan Jawa, Mangkunegoro 7 dianugerahi penghargaan Bintang Budaya Parahyangan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2016.

Fakta Ketujuh: Bergabung dengan NKRI

Pada masa pemerintahan Mangkunegoro 8, yang berkuasa dari tahun 1944 sampai 1987, Indonesia sedang dalam transisi dari masa kolonial ke masa kemerdekaan. Mangkunegoro 8 melakukan tindakan yang bersejarah dengan bersama-sama Pakubuwono 12. 

Pada tanggal 18 Agustus 1945, mereka mengirim telegram kepada Presiden Soekarno untuk memberikan selamat atas kemerdekaan Indonesia. Kemudian, pada tanggal 1 September 1945, Mangkunegoro 8 dan Pakubuwono 12 mengeluarkan maklumat dukungan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Bersama Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran sempat mendapat status istimewa dalam Daerah Istimewa Surakarta. Namun, karena konflik sosial, keistimewaan Surakarta dibekukan melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor FX 3/1/13/1950 tertanggal 3 Maret 1950. Sejak itu, pemerintahan Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran hanya terbatas pada pemerintahan di dalam Keraton saja.

Dengan sejarahnya yang menggetarkan, Mangkunegaran telah menjadi bagian penting dari perjalanan Indonesia. Keberanian dan dedikasi para pemimpinnya dalam melawan penjajahan dan membangun kebudayaan serta ekonomi telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi bangsa ini. Semoga warisan dan nilai-nilai dari Mangkunegaran dapat terus diapresiasi dan dijaga kelestariannya.

Posting Komentar untuk " 7 Fakta Menggetarkan Mengenai Mangkunegaran"