Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Skandal dan Tragedi Cinta Raden Ayu Lembah

credit:instagram@bangcacih

Saya memiliki cerita menarik untuk kita bahas hari ini. Ceritanya adalah tentang seorang wanita bangsawan yang cantik bernama Raden Ayu Lembah. Namun, kehidupannya terjebak dalam perkawinan politik yang berakhir tragis. Penasaran? Simak ulasannya berikut ini.

Perkawinan dalam Politik

Raden Ayu Lembah adalah salah satu dari 12 putra-putri Pangeran Puger, adik dari Raden Mas Rahmat. Keduanya merupakan putra Raja Mataram, Amangkurat 1. Namun, kekuasaan Amangkurat 1 berakhir tragis karena serangan Raden Mas Trunojoyo pada tahun 1677. Raden Mas Trunojoyo sempat memproklamasikan diri sebagai raja Mataram pasca serangan tersebut.

Pangeran Puger akhirnya tunduk dan mengabdi kepada kakaknya, Raden Mas Rahmat, yang menjadi raja Mataram dengan gelar Amangkurat 2. Sejak itu, Keraton Mataram berpindah ke Kartosuro. Raden Mas Rahmat alias Amangkurat 2 memerintah dari tahun 1677 sampai 1703.

Amangkurat 2 memiliki putra bernama Raden Mas Sutekno. Setelah Raden Mas Sutikno diangkat sebagai Adipati Anom atau putra mahkota, Amangkurat 2 memberi banyak nasihat kepadanya. Salah satunya adalah menjaga hubungan dengan empat tokoh utama demi kekuatan dan ketenangan tahta. 

Mereka adalah Pangeran Puger, paman Raden Mas Sutikno, serta tiga Bupati, yaitu Tjokroningrat dari Madura, Yudonegoro dari Semarang, dan Yang Rono dari Surabaya. Namun, di antara keempat tokoh penting tersebut, Pangeran Puger adalah yang paling berpengaruh.

Perjodohan yang Tak Bahagia

Amangkurat 2 memutuskan untuk mengawinkan Raden Mas Sutikno dengan putri Pangeran Puger. Tujuannya adalah untuk memperkuat kekuatan politik. Raden Ayu Lembah, putri Pangeran Puger, pun dipilih sebagai calon permaisuri jika Raden Mas Sutikno kelak menggantikan tahta ayahnya.

Awalnya, Raden Ayu Lembah tak menyukai Raden Mas Sutikno, tapi dia tidak bisa menolak perintah Raden Mas Sutikno tidak tampan. Selain itu, dia memiliki cacat pada kakinya sehingga dia sering dijuluki "Pangeran Kencet". Sifatnya ugal-ugalan, kejam, pendendam, dan tidak suka melihat orang lain tampak gagah dan tampan.

Perasaan tidak bahagia Raden Ayu Lembah semakin memuncak ketika nama adiknya, Suryo, diganti oleh Raden Mas Sutikno menjadi Raden Wongso Truno. Nama baru itu dianggapnya terlalu sederhana. Raden Ayu Lembah protes, tapi suaminya tidak menghiraukannya. Pangeran Puger, ayah Raden Suryo Putro, juga tidak bisa melawan perintah putra mahkota dan keponakannya sendiri.

Meskipun demikian, Raden Ayu Lembah tetap tidak menerima pergantian nama Suryo Putro. Hubungannya dengan Raden Mas Sutikno semakin buruk. Apalagi Raden Mas Sutikno kemudian mengangkat dua selir, termasuk seorang wanita bernama Onje dari Banyumas, yang membuat Raden Mas Sutikno semakin menjauhinya. Bahkan, kedua selir itu kemudian disejajarkan dengan Raden Ayu Lembah.

Keputusan Tragis dan Mencoba Melupakan

Raden Ayu Lembah memutuskan untuk kembali ke pugeran, rumah orang tuanya. Namun, Raden Mas Sutikno tidak menghiraukannya. Dia terus menikmati hidupnya sendiri dan semakin suka kepada perempuan lain.

Di sisi lain, Patih Sindurejo memiliki putra tampan dan gagah bernama Raden Sukro. Namanya menjadi perbincangan para perempuan di Kartosuro karena kegantengannya. Kisah Raden Sukro ini membuat Raden Mas Sutikno cemburu dan geram. Rasa cemburunya membuatnya memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Raden Sukro dengan alasan bersikap arogan di tempat umum dan mencelakai orang lain.

Raden Sukro dihajar, matanya dijejali semut hitam, dan dipukuli dengan rotan hingga pingsan. Wajahnya sengaja dirusak agar kegantengannya hilang. Kejadian itu membuat Raden Sukro dendam kepada Raden Mas Sutikno dan bertekad untuk membalasnya.

Raden Sukro mengetahui bahwa istri Raden Mas Sutikno, Raden Ayu Lembah, sedang marah dan pulang ke rumah orang tuanya. Dia melihat kesempatan untuk mendekati Raden Ayu Lembah. Raden Ayu Lembah sering duduk di panggung belakang pugeran pada sore hari untuk menghibur diri. Raden Sukro memanfaatkannya dan sering naik kuda di depan Raden Ayu Lembah dengan diiringi pembantunya.

Lama kelamaan, Raden Ayu Lembah tertarik dengan ketampanan Raden Sukro. Sementara itu, Raden Sukro juga jatuh cinta setelah melihat kecantikan Raden Ayu Lembah. Mereka berdua saling mencurahkan isi hati dan membayangkan pernikahan mereka di dalam hati.

Namun, skandal cinta mereka akhirnya terbongkar dan menjadi pembicaraan umum. Kabarnya, Raden Ayu Lembah memiliki hubungan cinta dengan Raden Sukro. Kabar ini langsung direspon oleh Raden Mas Sutikno, yang mengirim surat kepada ayah mertuanya, Pangeran Puger.

Dalam suratnya, Raden Mas Sutikno menuduh Raden Ayu Lembah berselingkuh dengan Raden Sukro. Dia mengatakan bahwa mereka telah bertukar kain dan saling berkirim surat. Pangeran Puger marah dan merasa harus bertindak tegas demi kehormatan dan posisi politiknya.

Pangeran Puger memanggil Raden Ayu Lembah, memarahinya, dan menggeledah kamarnya. Dia menemukan kidung cinta dari Raden Sukro. Tanpa ampun, Pangeran Puger memutuskan untuk menghukum mati Raden Ayu Lembah, putrinya sendiri.

Tragedi dan Kesedihan

Putra-putra Pangeran Puger diperintahkan untuk melaksanakan hukuman berat itu. Raden Ayu Lembah sempat mengatakan kepada adik-adiknya bahwa dia tidak pernah berselingkuh dan tidak ada niat untuk melakukannya. Namun, Pangeran Puger tetap pada keputusannya. Dia mengancam akan menghukum putra-putranya jika tidak bersedia membunuh kakaknya sendiri.

Dalam kesedihan dan tangis yang mendalam, Raden Ayu Lembah dan adik-adiknya berpelukan. Kemudian, mereka melaksanakan eksekusi tersebut. Raden Ayu Lembah mandi dan memakai wangi-wangian sebelum dieksekusi. Kedua adiknya mengikatkan kain sinden ke lehernya, sementara adik-adik lainnya memegang kaki dan tangan Raden Ayu Lembah.

Akhirnya, Raden Ayu Lembah meregang nyawa. Nyawanya telah berakhir atas perintah sang ayah. Perantara surat antara Raden Sukro dan Raden Ayu Lembah, yaitu Nyai Tambakboyo, juga menjadi korban. Sang raja, Amangkurat 2, tidak mengetahui kasus ini sampai istri Pangeran Puger menghadap dan mengadukan semuanya kepadanya.

Amangkurat 2 kecewa karena Pangeran Puger mengambil keputusan tragis itu tanpa berkonsultasi atau meminta izin darinya sebagai raja. Amangkurat 2 marah dan memerintahkan untuk membunuh Raden Sukro. Akhirnya, walaupun sempat melakukan perlawanan, Raden Sukro pun ditangkap di Kepatihan dan dieksekusi.

Kisah ini menjadi tragedi cinta di Keraton Kartosuro, pusat Kerajaan Mataram. Ceritanya kemudian diabadikan dan diceritakan dalam Babad Tanah Jawi. Pada tahun 1703, setelah Amangkurat 2 meninggal, Raden Mas Sutikno naik tahta sebagai raja dengan gelar Amangkurat 3. 

Namun, setahun kemudian, Pangeran Puger memberontak dan merebut tahta. Pangeran Puger kemudian menjadi raja dengan gelar Pakubuwono 1, sementara Raden Mas Sutikno alias Amangkurat 3 terpaksa melarikan diri ke Jawa Timur dan akhirnya ditangkap oleh VOC. Dia kemudian dibuang ke Sri Lanka dan wafat di sana pada tahun 1734.

Itulah cerita tragis Raden Ayu Lembah, wanita bangsawan cantik yang terperangkap dalam perkawinan politik. Kisahnya penuh dengan cinta, pengkhianatan, dan kesedihan. Semoga kita bisa belajar dari kisah ini dan menghargai perjalanan hidup masing-masing. 

Sumber : Embara Lensa chanel

Posting Komentar untuk " Kisah Skandal dan Tragedi Cinta Raden Ayu Lembah"