Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Pakubuwono X Menembus Rajah Kalacakra Sunan Kudus

rajah-kalacakra
credit:flickr.com

Mitos Menara Kudus: Legenda Raja Kolo Cokro yang Melengserkan Pejabat

Pernahkah Anda mendengar tentang mitos yang terus turun-temurun di salah satu gapura masjid Menara Kudus? Konon, gapura tersebut diberi rajah kolo Cokro oleh Sunan Kudus, yang diyakini memiliki kekuatan melunturkan kesaktian dan melengserkan pejabat yang melewatinya. 

Tentu saja, hal ini menimbulkan ketakutan bagi banyak pejabat Keraton maupun pejabat negara saat ini. Namun, bagaimana dengan Raja Kasunanan Surakarta Sri Sunan Pakubuwono X? Ia memiliki keberanian untuk menembus mitos tersebut. Mari kita lihat apa yang terjadi.

Menara Kudus: Tempat Mitos Raja Kolo Cokro

menara-kudus
credit:flickr.com

Menurut cerita yang berkembang secara kuat dalam kisah tutur rakyat, Sunan Kudus memasang Raja kolo Cokro di gapura masjid Menara Kudus, sebelah selatan. Raja kolo Cokro memiliki arti harfiah sebagai "kitaran waktu" dalam tradisi dan kebudayaan Jawa. 

Raja kolo Cokro terkenal sebagai ajian yang dapat membentengi diri dari kejahatan dan serangan manusia maupun jin. Bagi siapapun yang terkena ajian ini, kesaktiannya akan meluntur dan ia akan kehilangan jabatannya.

Cerita ini bermula ketika terjadi konflik perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak antara murid Sunan Kudus, yaitu Aryo Penangsang, dan Joko Tingkir alias Hadiwijaya, pada tahun 1549. Sunan Kudus kemudian memanggil keduanya untuk berdialog. Pada saat itu, Sunan Kudus memasang Raja kolo Cokro di salah satu dari dua kursi yang akan diberikan kepada salah satu di antara mereka. Kursi tersebut nantinya akan menjadi tempat duduk Hadiwijaya.

Namun, dalam kejadian yang tak terduga, Aryo Penangsang duduk di kursi yang salah. Ia justru duduk di kursi yang diberi Raja kolo Cokro yang seharusnya untuk duduk Hadiwijaya. Kesalahan ini membuat Aryo Penangsang akhirnya kalah dalam persaingan dengan Hadiwijaya. Bahkan, Aryo Penangsang gugur setelah bertarung dengan tim utusan Sultan Hadiwijaya yang terdiri dari Sutawijaya, Juru Martani Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.

Mitos Raja Kolo Cokro yang Terus Berkembang

Cerita tutur rakyat kemudian berkembang bahwa Raja kolo Cokro tersebut kemudian ditaruh di gapura masuk masjid Menara Kudus. Mitos juga menyebutkan bahwa siapapun yang melewati gapura tersebut akan kehilangan jabatannya atau bahkan lengser dari jabatan. 

Meskipun cerita ini hanya berkembang dalam tradisi tutur rakyat, banyak pula yang mempercayainya hingga saat ini. Para pejabat, baik dari daerah maupun pusat, tak berani melewati gapura tersebut. Oleh karena itu, jarang sekali pejabat yang mengunjungi masjid Menara Kudus.

Namun, ada pengecualian bagi Raja Kasunanan Surakarta, Pakubuwono X. Ia memiliki keberanian untuk berkunjung ke masjid Menara Kudus dan melewati gapura yang dipercaya memiliki Raja kolo Cokro. Kunjungan Pakubuwono X ini terjadi pada tahun 1937, ketika ia merencanakan agenda ziarah ke makam Sunan Kudus. 

Sudah pasti baik Pakubuwono X maupun pihak Keraton Kasunanan Jakarta mengetahui tentang mitos Raja kolo Cokro di gapura masjid Menara Kudus. Mitos ini menyatakan bahwa pejabat atau raja yang melewati gapura tersebut akan terkena pengaruh Raja kolo Cokro dan dapat melengser dari tahta atau jabatannya.

Pakubuwono X dan Kunjungannya ke Menara Kudus

Pakubuwono X
credit:flickr.com

Ternyata, Pakubuwono X tetap melangkah melewati gapura sakral tersebut dan melanjutkan ziarahnya ke makam Sunan Kudus. Faktanya, Pakubuwono X tidak pernah melengser dari jabatannya. Raja Surakarta yang telah bertahta sejak tahun 1893 itu wafat pada tahun 1939. 

Tentang kegiatan Pakubuwono X yang berziarah ke makam Sunan Kudus dan melewati gapura yang diberi Raja kolo Cokro, masyarakat sekitar mengetahuinya. Pengamat sejarah dari Kudus, Hidayat, membenarkan bahwa Pakubuwono X memang pernah melewati gapura tersebut pada tahun 1937.

Selain itu, muncul juga cerita bahwa saat itu Pakubuwono X menggunakan payung ketika melewati Raja kolo Cokro, sehingga kekuatan Raja tersebut tidak berpengaruh padanya. Beberapa sejarawan asal Kudus, seperti Hidayat, berpendapat bahwa cerita tentang Raja kolo Cokro di gapura masjid Menara Kudus juga merupakan sanepo atau kiasan. 

Menurut Hidayat, ketika masuk ke area makam atau masjid Menara Kudus, disarankan untuk khusuk dan meninggalkan sifat sombong serta dunia duniawian. Hal yang sama juga diungkapkan oleh sejarawan Kudus lainnya, yaitu Sang Saka Dwi Supani kepada Muria News. Sang Saka mengaku pernah melihat Raja kolo Cokro saat terjadi pemugaran pada tahun 2005.

Mitos yang Perlu Diluruskan

Dalam tulisan Arab, ada juga pendapat bahwa cerita Raja kolo Cokro di gapura masjid Menara Kudus hanya merupakan mitos semata. Menurut sejarawan asal Kudus, Moh. Rosid, cerita tentang Raja kolo Cokro hanyalah tradisi lisan. Apakah pejabat lengser atau tidak, itu semata-mata karena kehendak atau takdir Tuhan, bukan karena kekuatan Raja tersebut. 

Rosid bahkan menyebutkan bahwa cerita seperti itu perlu diluruskan demi membangun cara pandang yang lebih rasional. Meskipun begitu, mitos Raja kolo Cokro yang berkembang secara tutur masih sering dipercaya, sehingga hingga saat ini banyak pejabat yang tak berani mengunjungi masjid Menara Kudus, apalagi melewati gapura yang dikisahkan diberi Raja kolo Cokro.

Sumber : Embara Lensa Chanel

Posting Komentar untuk " Kisah Pakubuwono X Menembus Rajah Kalacakra Sunan Kudus"