Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bhinneka Tunggal Ika, Khasanah dan Konsep Kebudayaan di Indonesia

Barongan
credit:instagram@jathil_jawatengahofficial

Bagaimana konsep kebudayaan di negara kita? Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang kaya akan khasanah kebudayaan karena memiliki beragam suku bangsa yang ada didalamnya. Setiap suku bangsa tersebut sudah pasti memiliki konsep kebudayaannya masing-masing.

Kebudayaan tersebut diwariskan oleh nenek moyang mereka kepada para penerusnya. Dengan adanya kebudayaan masing-masing daerah, maka setiap suku akan memiliki karakternya masing-masing.

Konsep kebudayaan merujuk pada cara atau pola kebiasaan masyarakat dalam kehidupannya. Tentunya, dengan menggunakan akal pikiran dalam menjalankan dan menciptakan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya.

Konsep kebudayaan juga pernah diungkapkan seorang ahli di bidang antropologi yang bernama Ralph Linton. Dia menyatakan pendapatnya, bahwa kebudayaan mencakup keseluruhan cara hidup masyarakat, tidak memandang pada hal-hal yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Secara garis besar, kebudayaan di suatu negara dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pengaruh kebudayaan lokal dan pengaruh kebudayaan asing. Kebudayaan lokal inilah yang sering kita sebut dengan kebudayaan daerah. Perkembangannya memang sangat bergantung pada masing-masing masyarakat di Indonesia.

Sebagai contoh, misalnya kebudayan Jakarta, tentu saja didukung oleh masyarakat Jakarta, terutama mayoritas suku Betawi. Kebudayaan Padang senantiasa wariskan oleh masyarakat Sumatra Barat yang masyoritasnya adalah suku Minangkabau. Kebudayaan Makasar otomatis selalu langgengkan oleh suku Bugis.

Dari kebudayaan lokal yang masih berkembang itulah, suatu kebudayaan tertentu dari suatu daerah masih sering digunakan. Misalnya, budaya Ngaben (Upacara pembakaran mayat) di Bali yang masih tetap dilangsungkan hingga sekarang.

Hal itu tentu tidak terlepas dari masyarakatnya, karena budaya dan tradisi Ngaben telah mendarah daging dengan masyarakat Bali. Ngaben sebagai upacara kematian dan harus tetap dilaksanakan.

Lain lagi dengan kebudayaan yang terbentuk karena adanya budaya asing yang masuk ke Indonesia. Budaya asing bukan terbatas pada budaya yang diadaptasi dari kebudayaan luar negeri semata, melainkan pada pengaruh kebudayaan agama-agama tertentu.

Misalnya, pengaruh kebudayaan Hindu atau kebudayaan Budha. Adanya pertunjukan barongsai di Indonesia tidak terlepas dari kebudayaan Tionghoa selaku penganut keyakinan Buddha.

Sedangkan pengaruh budaya Hindu bisa dilihat dengan adanya candi-candi, relief, dan stupa di Indonesia. Beberapa desain bangunan rumah, gedung, dan tugu Indonesia berukir-ukir dan berornamen patung-patung. Hal tersebut menunjukkan fakta bahwa ‘campur tangan’ kebudayaan Hindu yang masih berkembang di Indonesia.

Khasanah Budaya - Kebudayaan Minangkabau

Budaya Minangkabau
credit:instagram@sanggarcahayoameh

Minang adalah salah satu kebudayaan yang berakar kuat di Indonesia. Ini dilihat dari penyebaran suku dan kebudayaan Minangkabau ke berbagai pulau di Indonesia.

Bisa dikatakan hampir tak satupun daerah di Indonesia ini yang tidak memiliki suku Minang di dalamnya. Bahkan terkadang keberadaannya justru mendominasi dibanding suku daerah lain.

Contohnya, di Riau yang notabene berkebudayaan Melayu. Tapi faktanya, justru kebudayaan Minang yang terlihat lebih mencolok dibandingkan budaya Melayu. Itu sebabnya mengapa kebudayaan ini dikatakan mampu mengimbangi dan bahkan mendominasi kebudayaan lain yang sudah ada.

Aliran Kepercayaan Suku Minangkabau

Sebagian besar masyarakat Minangkabau menganut agama Islam. Kehidupan adat istiadat dan agama mereka masih sangat kental. Itu sebabnya, kebudayaan Minangkabau sangat sulit menerima perubahan dari pengaruh budaya luar, meskipun dengan alasan mordenisasi sekalipun.

Masyarakat Minangkabau pun masih membudayakan upacara-upacara adat tertentu yang bisa kita saksikan ketika menginjakkan kaki ke daerah-daerah di Sumatera Barat. 

Berikut ini adalah beberapa contohnya:

  • Upacara mandi limau atau balimau yang dipercaya sebagai salah satu cara membersihkan diri ketika akan memasuki Bulan Ramadhan.
  • Upacara adat turun mandi yang dipercaya sebagai upacara peringatan atau syukuran saat kaki bayi pertama kali dicecahkan di tanah.
  • Upacara adat kekah yang dilaksanakan untuk pemberian nama dan memotong rambut bayi.
  • Upacara memperingati hari kematian yang dihitung dari 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari.
  • Upacara tabuik, merupakan upacara untuk memperingati kematian Hasan dan Husain yang meninggal di Padang Karbala.

Sistem Kekerabatan Masyarakat Minangkabau

Dari sistem kekerabatan, masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan berdasarkan garis keturunan Ibu (matrilineal). Oleh karena itu, masyarakat Minangkabau sangat menghormati dan menjunjung tinggi keberadaan wanita.

Jenjang kekerabatan Minangkabau mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah bisa dilihat seperti berikut ini:

  • Ibunya dari ibu.
  • Saudara perempuan atau laki-laki yang berasal dari garis keturunan ibunya ibu.
  • Saudara laki-laki dari ibu.
  • Anak laki-laki dari saudara perempuan ibunya ibu.
  • Saudara laki-laki dan saudara perempuan saya/kita.
  • Anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan ibu.
  • Anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan.
  • Anak laki-laki dan perempuan dari anak perempuan saudara perempuannya ibunya ibu.

Khasanah Budaya - Kebudayaan Batak

Budaya Batak
credit:instagram@zonabatak

Kebudayaan lainnya yang tidak kalah populer adalah kebudayaan Batak. Seperti yang kita ketahui, bahwa sampai saat ini kebudayaan-kebudayaan Batak mulai dari yang masih alami hingga yang telah mendapat sentuhan modrenisasi masih dapat kita temukan.

Contohnya, kebudayaan hasil kerajinan tangan suku Batak berupa kain ulos. Kini, penggunaan kain ulos tak sekadar digunakan oleh mereka yang bersuku Batak saja. Masyarakat umum pun terkadang terlihat menggunakannya, meskipun dikemas dalam gaya yang lebih trendi dan modern.

Sistem Kepercayaan Suku Batak

Dahulu, sebelum mengenal agama, suku Batak memuja benda-benda yang mereka ibaratkan sebagai Dewa. Namun, setelah masuknya agama Kristen dan Islam, barulah sebagian besar dari suku Batak menganut kedua agama tersebut.

Untuk suku Batak yang masih memegang kultur leluhur, mereka masih menggunakan buku yang terbuat dari kulit kayu berukir huruf-huruf Batak sebagai buku pegangan untuk mengenal Tuhan, roh, dan dunia akhirat.

Sistem Kekerabatan Suku Batak

Bila sistem kekerabatan Minangkabau bersifat matrilineal, maka pada suku Batak sistem kekerabatannya bersifat patrilineal (mengikuti garis keturuanan laki-laki atau bapak).

Oleh karena itu, laki-laki sangat “dikhususkan” di tanah Batak dan dianggap sebagai penerus marga. Dalam sistem pernikahan, laki-laki Batak bebas memilih berasal dari adat apa calon istrinya. Marga yang disandang dari keturunan Ayahnya tidak akan lebur. Sedangkan di posisi perempuan, marga tidak akan menurun pada keturunannya, sebab garis marga mengikuti marga laki-laki.

Khasanah Kebudayaan - Suku Jawa

Budaya Jawa

Suku Jawa juga termasuk suku yang masih terus berkembang dan tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia. Beberapa kebudayaan suku Jawa malah masih terus dilangsungkan. Bahkan, beberapa di antaranya dianggap sebagai kebudayaan nasional. Contohnya, kebudayaan wayang.

Sistem Kepercayaan Suku Jawa

Mayoritas suku Jawa menganut agama Islam. Meski mengenal Tuhan, mereka juga masih mempercayai adanya hal-hal ghaib yang menguasai kehidupan manusia. Oleh karena itu, suku Jawa masih sangat percaya akan kekuatan jimat dan benda-benda ghaib hingga saat ini.

Sistem Kekerabatan Suku Jawa

Berbeda dari sistem kekerabatan Batak dan Minangkabau, suku Jawa menggunakan sistem bilateral (mengikuti garis keturunan Ayah dan Ibu) dalam sistem kekerabatannya. 

Beberapa panggilan mewakili bentuk sopan santun adat Jawa, antara lain sebagai berikut:

  • Orang tua laki-laki dipanggil dengan sebutan bapak atau rama.
  • Orang tua perempuan dipanggil dengan sebutan mbok atau biyung.
  • Kakak laki-laki dipanggil dengan sebutan kakang mas.
  • Kakak perempuan dipanggil dengan sebutan mbakyu.
  • Adik laki-laki dipanggil dengan sebutan dhimas, le, atau adhi.
  • Adik perempuan dipanggil dengan sebutan nduk atau dhenok.

Bhinneka Tunggal Ika Atasi Konflik Antar Budaya

Perbedaan antar etnis atau suku di Indonesia pasti ada. Jangankan antar etnis yang memang berbeda latar belakang kehidupannya, antar saudara sekandung saja sering terjadi konflik.

Budaya, bahasa, adat istiadat yang berbeda selalu bisa menjadi sumber konflik kalau tak dilihat sebagai hal yang seharusnya membuat jiwa semakin kaya. Jalan yang mungkin bisa mengatasi konflik antar budaya tersebut adalah pemahaman bahwa kita memang berbeda tapi kita mempunyai satu tujuan, yaitu hidup damai dalam keragaman.

Bhinneka Tunggal Ika (Unity in Diversity)

Berbeda-beda, tapi satu jua. Itulah makna dari Bhinneka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia yang tertuang dalam sila ketiga Pancasila adalah wujud tujuan dari Bhinneka Tunggal Ika. Banyak hal yang bisa diperbuat ketika bersatu. 

Banyak hal yang membuat hidup lebih bermakna ketika hidup berdampingan dengan orang-orang yang berasal dari daerah dan budaya yang berbeda. Warna dunia semakin indah manakala saling menghargai dan menghormati satu sama lainnya.

Ajaran yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika serta sila ketiga Pancasila tersebut harus mulai diajarkan sedemikian rupa sehingga generasi muda memahami betapa pentingnya menerima kenyataan perbedaan budaya ini. Dan mereka tidak melihatnya sebagai sumber konflik, tapi sebagai kekuatan yang akan membuat Indonesia semakin hebat.

Bersama Lebih Nyaman

Melihat sisi buruk suatu etnis atau suku memang sangat mudah. Semua prasangka bisa saja didramatisir sehingga menimbulkan gesekan yang akan menyulut api kebencian dan akan mengobarkan perang urat syaraf hingga perang fisik yang menimbulkan korban jiwa, harta benda dan hanya akan mewariskan kebencian.

Pembelaan yang diajukan adalah demi menjaga harga diri dan martabat suku dan keluarga. Padahal, terkadang masalah yang timbul tidak seimbang dengan pengorbanan yang harus diberikan.

Emosi memang mudah sekali menular. Gosip yang sengaja disebarkan mungkin mempunyai tujuan tertentu dan dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab sehingga dua etnis bertengkar dan saling serang.

Kalau emosi tersebut diredam sedikit saja dan memandang orang-orang yang berasal dari suku yang berbeda tersebut merasakan hal yang sama, maka sesungguhnya saat dia dicubit sakit, kita pun waktu dicubit sakit. Dengan mempertimbangkan hal ini, kita pasti bisa menerima keluarga kita dari berbagai  daerah dengan sukacita.

Keuntungan Bersatu

Keragaman budaya akan membuat budaya semakin berwarna. Misalnya, satu jenis makanan mempunyai nama yang sangat banyak. Di samping itu, cara memasak makanan yang berbeda itu akan membuat selera juga menjadi semakin beragam. 

Bentuk pakaian, cara bergaul yang sangat bervariasi akan membuat orang semakin mudah diajak bertoleransi. Toleransi ini tak mungkin terjadi manakala ada rasa dendam atau benci terhadap orang lain.

Persatuan akan membuat pembangunan bangsa semakin cepat dan akan menghasilkan produk dengan kualitas maksimal. Ide-ide cemerlang pun akan lebih mudah didapat karena jiwa semakin kaya ketika bergaul dengan orang-orang dari suku lain.

Demikian artikel tentang Bhinneka tunggal ika, khasanah dan konsep kebudayaan di Indonesia. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan Anda semua.

Posting Komentar untuk " Bhinneka Tunggal Ika, Khasanah dan Konsep Kebudayaan di Indonesia"