Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Tari Jaipong dan Keunikannya

Sejarah Tari Jaipong dan Keunikannya
credit:instagram@putriwidiani663

Apakah Anda tahu sejarah tari jaipong? Kalau kita berbicara tentang Indonesia, maka kita akan berbicara tentang "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. 

Berbeda dalam hal bahasa, adat istiadat, budaya atau bahkan berbeda pemikiran, meskipun begitu Indonesia tetaplah satu jua. Berbagai perbedaan dan keanekaragaman tersebut sebenarnya justru memperkaya dan dapat menjadi keunikan bagi bangsa Indonesia.

Salah satu keanekaragaman yang dapat kita temui adalah adanya berbagai macam jenis kesenian tari di Indonesia. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tarian khas yang menggambarkan kebudayaan daerah tersebut. 

Masing-masing jenis tarian itu juga ternyata mempunyai makna dan arti, seperti ucapan selamat datang, tentang cinta, tentang perayaan panen, dan lain sebagainya.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satu jenis tarian yang berasal dari provinsi Jawa Barat yaitu tari jaipong, khususnya tentang sejarah tari jaipong dan keunikannya. Tarian ini bisa dikatakan menjadi salah satu ikon Jawa Barat karena tarian ini sangat kental dengan budaya Jawa Barat atau budaya suku Sunda.

Sejarah Tari Jaipong

Sejarah Tari Jaipong dan Keunikannya

Tari Jaipong atau Jaipongan sebenarnya merupakan jenis tarian yang gerakannya mengadaptasi berbagai macam jenis tarian khas Jawa Barat yang sudah muncul terlebih dahulu. Tarian ini diciptakan oleh seorang seniman handal dari Bandung yang bernama Gugum Gumbira, sekitar tahun 1960-an. 

Gugum Gumbira menciptakan tari jaipong berdasarkan pada seni gerak khas Sunda yang bernama Ketuk Tilu. Gugum merasa kalau seni gerak yang sudah berkembang sejak tahun 1916 ini sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat suku Sunda.

Hal tersebut kemungkinan besar disebabkan karena sudah tidak ada lagi generasi muda yang mau belajar meneruskan kesenian tersebut, sehingga kemudian muncullah ide Beliau untuk menciptakan suatu seni gerak yang banyak mengadopsi Ketuk Tilu namun dengan konsep yang lebih modern. 

Ketuk Tilu sendiri merupakan bentuk tarian yang dimaksudkan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat atas hasil panen pertanian yang melimpah.

Selain Ketuk Tilu, beberapa ragam seni Jawa barat juga turut membentuk seni Jaipongan. Salah satunya adalah kesenian ronggeng yang biasanya digelar pada upacara-upacara adat sebagai hiburan dan sarana untuk bergaul. 

Ragam kesenian lainnya yang mempengaruhi tari Jaipong yaitu seni Kliningan Bajidoran yang berasal dari Pantai Utara Jawa Barat seperti Karawang, Bekasi, dan Indramayu.

Seni ini juga merupakan salah satu jenis seni tradisional yang mengusung tema pergaulan. Jenis ragam seni lainnya seperti Tayuban, Topeng Banjet bahkan Pencak Silat pun turut memperkaya gerakan-gerakan dalam seni Jaipongan.

Pada awalnya, kreasi tari ini belum memiliki nama, hanya disebut sebagai tarian Ketuk Tilu. Dalam perkembangannya, konon sang penciptanya sendiri yang kemudian memberi nama Jaipong pada tari kreasinya karena beliau tertarik pada kata-kata para pemukul gendang yang sering meneriakkan kata “Jaipong, Jainem dan Jaikem” saat memukul kendangnya.

Ada sumber yang mengatakan kalau Gugum Gumbira menyukai kata Jaipong sehingga Beliau kemudian menamakan tarian tersebut dengan sebutan Jaipong. Versi lain menyebutkan bahwa kata Jaipong berasal dari bunyi gendang yang dilafalkan dengan kata Plak, Ping dan, Pong sehingga terbentuklah kata Jaipong.

Meskipun diciptakan pada tahun 1960 an, tari Jaipong ini baru mulai populer sekitar tahun 1970. Tari Jaipong yang pertama kali dikenal oleh masyarakat umum dinamakan dengan “Daun Pulus Keser Bojong” dan “Rendeng Bojong”. Kedua tarian tersebut merupakan tari yang diperuntukkan bagi penari putra dan putri atau tari berpasangan.

Oleh karena itu, pada awal sejarah tari Jaipong dianggap terlalu vulgar dan eksotis, selain karena ditarikan secara berpasangan, ragam geraknya juga banyak melibatkan goyangan pinggul dan lekukan pantat.

Namun, seiring dengan makin seringnya kemunculan Jaipongan di layar kaca terutama sekitar tahun 1980 an serta banyaknya seniman Jawa Barat yang makin tertarik dengan Jaipongan, pada akhirnya tarian ini bisa diterima oleh masyarakat. 

Saat ini, Jaipongan lebih dikenal dengan tarian yang ceria dan dinamis, dengan banyak ragam gerak yang umumnya bertempo cepat.

Keunikan Tari Jaipong 

Sejarah Tari Jaipong dan Keunikannya
credit:instagram@martselac

Selain keceriaannya, tari Jaipong juga dikenal dengan spontanitas, humoris, semangat serta gerakannya yang menggoda. Di samping itu, tari Jaipong juga dikenal dengan kesederhanaan dan sifat apa adanya, terlihat dari gerakannya yang merakyat. 

Pola penyajian tari Jaipong ini juga terbagi menjadi 2, yaitu Jaipongan yang dipola atau disebut Ibing Pola serta Jaipongan yang tidak dipola atau disebut Ibing Saka.

Ibing Pola berarti gerakan-gerakannya diatur sedemikian rupa dengan koreografi yang teratur, tapi tetap tidak meninggalkan ciri khas tari Jaipong. Ibing Pola banyak dikembangkan di daerah sekitar Bandung. 

Lain halnya dengan Ibing Saka, yang gerakannya cenderung spontan namun tetap memukau karena memang para penari Jaipong telah memiliki kemampuan dasar ragam gerak Jaipong. Ibing saka berkembang di daerah sekitar Subang dan Karawang.

Ciri khas tari Jaipong yang ceria kemudian banyak dimanfaatkan sebagai bentuk tarian pergaulan dan persaudaraan. Tarian ini banyak ditampilkan pada acara-acara formal seperti penyambutan tamu mancanegara maupun non formal seperti hajatan atau pesta syukuran.

Biasanya ketika tarian ini ditampilkan, suasana acara berubah menjadi ceria dan gembira. Selain itu, biasanya di tengah-tengah tarian, para penarinya akan mengajak para penonton untuk menari bersama khususnya para penonton laki-laki.

Konsep pertunjukan ini memang mirip seperti pertunjukkan ronggeng, tujuannya agar penonton lebih terhibur, bukannya untuk mendapatkan sesuatu karena diajak menari. Konsep inilah yang terkadang membuat Jaipong dikenal sebagai tarian yang dianggap sedikit vulgar.

Ciri khas atau keunikan lainnya adalah kostum yang digunakan oleh penarinya. Kostum penarinya biasanya berwarna terang seperti merah, kuning, hijau, dan warna keemasan. Hal ini menggambarkan warna-warna alam yang ceria namun tidak terkesan norak. 

Desain kostumnya juga banyak mengadaptasi bentuk-bentuk dari alam seperti bunga dan dedaunan karena memang asal mula tarian ini menggambarkan rasa syukur atas hasil-hasil alam sehingga hiasan kostumnya pun banyak menganut bentuk-bentuk alam.

Kostumnya pun cenderung menonjolkan lekuk tubuh penarinya, sehingga terkesan erotis, padahal sebenarnya hal itu dilakukan agar gerakan-gerakan yang dilakukan oleh para penarinya terlihat lebih indah.

Kontribusi Tari Jaipong 

Kemunculan tari Jaipong yang diciptakan oleh Gugum Gumbira ini ternyata dapat menjadi angin segar bagi perkembangan budaya seni tari di Jawa Barat. Terbukti ketika tari Jaipong ini mulai diterima oleh masyarakat, banyak seniman-seniman tari yang kemudian lebih mengintensifkan diri dalam mempelajari tarian ini. Mereka banyak mendirikan sanggar-sanggar tari untuk mempelajari tari Jaipong ini.

Selain itu, generasi muda juga mulai melirik tarian ini karena konsepnya yang lebih modern dan bahkan banyak dari mereka yang berkreasi dengan cara memadukan Jaipong dengan jenis ragam gerak lain seperti dangdut atau hip hop

Selain itu, tarian ini kemudian juga mampu menjadi ikon dari provinsi Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya. Tarian ini banyak dipentaskan di berbagai belahan dunia sebagai bagian dari budaya asli Indonesia yang dikembangkan oleh orang Indonesia sendiri. 

Oleh karena itu, tarian ini patut kita apresiasi keberadaannya karena turut menjadi bagian dari keanekaragaman budaya Indonesia yang luar biasa.

Tonton video tari Jaipong berikut ini (credit to chanel jugala jaipongan official)


Demikianlah ulasan tentang Sejarah Tari Jaipong dan Keunikannya. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan Anda.

Posting Komentar untuk "Sejarah Tari Jaipong dan Keunikannya"