Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Sambatan- Wujud Kearifan Lokal Masyarakat Suku Jawa Yang Tetap Terjaga


Tradisi Sambatan- Wujud Kearifan Lokal Masyarakat Suku Jawa Yang Tetap Terjaga
image via instagram@yo94_tama

Suku Jawa di kenal sebagai salah satu suku tertua di Indonesia bahkan ketenaran suku Jawa telah terkenal hingga ke mancanegara sejak berabad - abad yang lalu. 

Suku Jawa telah memiliki peradaban yang sangat maju melebihi suku bangsa lain yang ada di dunia ini. Salah satu buktinya adalah dalam bidang arsitektur, yakni adanya Candi Borobudur dan Candi Prambanan di Jawa Tengah. 

Adalah suatu keajaiban dan sebuah kemajuan teknologi arsitektur pada masa itu yang bisa membuat sebuah Candi yang begitu besar, megah dan indah yang di zaman modern seperti saat ini saja kita berpikir mungkin sulit untuk melakukannya.

Tingginya peradaban suku Jawa, juga bisa kita lihat dari banyaknya tatanan sosial kemasyarakatan dalam wujud tradisi, budaya, aturan adat dan norma sosial dalam kehidupan masyarakatnya, yang kemudian di tuangkan dalam sebuah bentuk kearifan lokal yang di wariskan secara turun temurun ke generasi berikutnya hingga sekarang ini.

Jika saya mengingat masa kecil dahulu, saya teringat kembali ada banyak sekali tradisi, budaya, dan kearifan lokal pada masa itu yang beberapa di antaranya telah punah dan hilang. 

Beberapa tradisi tersebut akan saya bahas dalam artikel - artikel saya selanjutnya. Jadi pastikan Anda untuk kembali ke blog saya dan membaca kembali artikel menarik tentang tradisi, budaya dan kearifan lokal tersebut.

Dan untuk mengawalinya, pada kesempatan kali ini, saya akan mengupas salah satu bentuk tradisi dan contoh kearifan lokal suku Jawa dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yakni "Tradisi Sambatan". 

Tradisi Sambatan adalah tradisi tolong menolong dan saling bantu - membantu di kalangan masyarakat. Mungkin terdengar hampir mirip dengan istilah "Gotong Royong" yang sering kita dengar, namun antara Sambatan dan Gotong royong memiliki sedikit perbedaan dalam aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Tradisi Sambatan- Wujud Kearifan Lokal Masyarakat Suku Jawa Yang Tetap Terjaga
image via instagram@perangkat_desa

Tradisi Gotong royong adalah salah satu bentuk kerjasama (bekerja secara bersama - sama) diantara anggota masyarakat dalam mengerjakan suatu hal. 

Gotong royong biasanya lebih identik untuk membangun, memperbaiki atau merawat suatu fasilitas yang di gunakan untuk kepentingan umum (masyarakat), misalnya gotong royong membangun jembatan penyeberangan di atas sungai, gotong royong memperbaiki sarana tempat ibadah seperti Masjid, Gereja dan sebagainya, gotong royong membersihkan got - got dan saluran air yang kotor untuk mengantisipasi terjadinya banjir dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Sedangkan Sambatan dalam masyarakat suku Jawa adalah bentuk kerjasama dan tolong menolong untuk membantu dan meringankan beban seseorang yang berhubungan milik pribadinya. Contoh dari Sambatan biasanya dalam bentuk membangun atau memperbaiki rumah milik seseorang.

Prinsip Sambatan antara lain:
  • Bersifat suka rela
  • Tidak Ada paksaan
  • Tidak menerima bayaran
  • Saling bergantian
Prinsip suka rela maksudnya adalah bahwa keinginan seseorang untuk ikut serta dalam sambatan tersebut adalah kerelaan dari dirinya sendiri.

Tidak ada paksaan maksudnya adalah bahwa agar seseorang mau ikut dalam sambatan tidak perlu di paksa oleh orang lain karena hal itu adalah wujud dari kerelaan seperti yang sudah saya tuliskan di atas.

Tidak menerima bayaran maksudnya adalah bahwa setiap orang yang ikut dalam sambatan tersebut sama sekali tidak di bayar alias gratis. Lamanya waktu sambatan biasanya dua atau tiga hari dan paling lama satu minggu. Lebih dari itu biasanya adalah pekerjaan tukang yang memang di bayar secara khusus.

Saling bergantian maksudnya adalah bahwa tradisi sambatan ini dilakukan secara bergantian, artinya ketika sekarang pak Ali misalnya ikut dalam kegiatan sambatan memperbaiki rumah milik pak Budi, maka suatu ketika saat pak Ali akan memperbaiki rumahnya maka pak Budi gantian untuk ikut dalam sambatan di rumah pak Ali tersebut. Begitu seterusnya dan berlaku untuk seluruh orang yang ikut dalam kegiatan samabatan tersebut.

Tujuan Sambatan adalah:
  • Meringankan beban orang yang punya hajat
  • Mempercepat proses pengerjaannya
  • Menghemat biaya
  • Mempererat tali silaturahmi dan hubungan sosial kemasyarakatan
Tujuan sambatan yang pertama adalah untuk meringankan beban orang yang punya hajat. Artinya ketika seseorang memiliki hajat ingin memperbaiki rumahnya maka dengan adanya bantuan dari orang - orang di sekitar tempat tinggalnya maka akan membuat beban yang di rasakannnya menjadi lebih ringan.

Kedua, mempercepat proses pengerjaan. Maksudnya adalah bahwa dengan sambatan semua pekerjaan akan dapat di selesaikan secara lebih cepat. Semakin banyak orang yang ikut dalam samabatan tersebut maka akan semakin cepat proses pengerjaannya.

Ketiga, Menghemat biaya. Maksudnya adalah bahwa dengan sambatan tersebut maka oarang yang punya hajat tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar orang - orang yang membantunya karena seperti yang sudah di jelaskan di atas bahwa prinsip samabatan adalah tidak menerima bayaran.

Keempat, Menghemat biaya. Ini sudah jelas sekali karena dari lamanya waktu pengerjaan yang semakin cepat maka biaya yang harus di keluarkan untuk kegiatan operasional juga menjadi lebih hemat.

Kelima, Mempererat tali silaturahmi dan hubungan sosial kemasyarakatan. Maksudnya adalah bahwa sambatan akan melibatkan banyak orang di sekitar tempat tinggal orang yang punya hajat tersebut. Artinya dalam sambatan tersebut akan terjadi interaksi sosial di antara mereka sehingga tercipta suasana yang hangat dan penuh kerukunan serta persaudaaan diantara mereka.

Apakah budaya dan tradisi sambatan masih eksis saat ini? Ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat menarik untuk kita cermati.

Suku Jawa dikenal memiliki pegangan yang sangat kuat terhadap tradisi dan budaya mereka di manapun mereka berada. Jika di Jawa Tengah yang merupakan asal tradisi ini, sambatan masih tetap eksis hingga sekarang maka di kalangan masyarakat suku Jawa yang hidup di perantauan atau di tempat lainnya tradisi sambatan ini juga tetap mereka jaga dengan baik.

Suatu kali teman saya pernah main kerumah saya di pulau Sumatra yakni di provinsi Lampung. Orang tua saya aslinya berasal dari provinsi Jawa Tengah yang ikut program transmigrasi pada masa pemerintahan presiden Soeharto (Orde Baru) beberapa puluh tahun yang lalu.

Pada saat itu kebetulan tetangga saya sedang memperbaiki rumahnya, dan teman saya ini melihat ada banyak sekali orang yang berkumpul dan ikut serta dalam kegiatan tersebut. Kemudian dia bertanya kepada saya, "Mas, itu orang - orang yang ikut bekerja, apakah mereka semuanya di bayar?

Mendengar pertanyaan tersebut, saya kemudian menjelaskan kepada teman saya itu bahwa orang - orang itu sedang "Sambatan" dan mereka itu suka rela membantu dan tidak di bayar. Mereka akan bergantian saja, artinya kalau ada warga lain yang rumahnya nanti juga akan di perbaiki mereka akan selalu bergantian untuk mengerjakannya. 

Paling mereka hanya di berikan makan dan minum sekedarnya saja oleh orang yang punya hajat tersebut.

Dari kejadian tersebut, teman saya ini kemudian bisa menarik kesimpulan bahwa tradisi Sambatan ini rupanya tetap eksis sampai sekarang dan di jaga kelestariannya oleh masyarakat suku Jawa walaupun mereka tidak lagi tinggal di tanah kelahirannya. Dan saya sangat setuju dengan pendapatnya tersebut.

Bagi anak - anak muda sekarang ini perlu banyak belajar tentang nilai - nilai sosial yang terkandung dalam tradisi dan kearifan lokal suku Jawa, seperti tradisi sambatan ini misalnya.

Jika tidak di pelajari dengan baik dan di jaga kelestariannya, maka suatu ketika nanti di masa depan tradisi sambatan akan punah dan hilang. Apalagi dengan kemajuan teknologi yang muncul dimana peranan dari manusia banyak di gantikan oleh mesin - mesin canggih dalam bidang arsitektur.

Maka kemudian yang terjadi adalah semua berubah dan melihat segala sesuatu dalam bentuk materi dan uang. Tidak ada lagi tradisi sambatan yang sarat dengan makna ini di tengah - tengah masyarakat.

Posting Komentar untuk "Tradisi Sambatan- Wujud Kearifan Lokal Masyarakat Suku Jawa Yang Tetap Terjaga"