Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kebudayaan Kalimantan Barat Nan Eksotis

Kebudayaan Kalimantan Barat Nan Eksotis
credit:instagram@ana_sutisnawati

Tahukah Anda mengenai kebudayaan Kalimantan Barat? "Siapa tak kenal maka tak sayang". Peribahasa itu mungkin perlu kita pahami dengan sebaik-baiknya.

Jika kita tak mengenal dengan baik kebudayaan etnis suku-suku di Indonesia, bagaimana kita akan mencintai tanah kelahiran kita yang berasaskan “Bhinneka Tunggal Ika” ini. Pengetahuan seputar kebudayaan negeri kita sendiri akan membuka wawasan kita untuk memahami makna persatuan dan kesatuan bangsa.

Salah satu provinsi yang memiliki kebudayan etnis yang tak kalah hebatnya dengan kebudayaan suku-suku lain di Indonesia adalah Suku Dayak di Kalimantan Barat. Ibu kota Kalimantan Barat adalah Pontianak.

Daerah ini biasa disebut Provinsi Seribu Pulau karena kondisi geografis Kalimantan Barat yang terdiri atas ratusan sungai besar dan kecil yang menjadi urat nadi masyarakatnya. Karena itulah, kebudayaan Kalimantan Barat yang berkembang pun memiliki kekhasannya sendiri.

Suku Dayak di Kalimantan Barat

Penduduk asli Pulau Kalimantan dikenal dengan sebutan Suku Dayak. Ada kurang lebih enam rumpun Suku Dayak, yaitu Suku Dayak Uut Danum, Suku Dayak Kanayatn, Suku Dayak Kayaan, Suku Dayak Ibanic, Suku Dayak Banuaka, dan Suku Dayak Bidoih atau Kidoh-Madeh.

Setiap rumpun Suku Dayak kemudian terbagi-bagi lagi menjadi 405 sub rumpun. Menurut cerita nenek moyang Suku Dayak yang disampaikan secara turun-temurun, Suku Dayak berasal dari daerah Yunan di Cina yang bermukim di sepanjang aliran sungai. Ketika bangsa Yunan ini memasuki Pulau Kalimantan, masuk pula dua kelompok imigran dari bangsa negroid dan weddid.

Mereka pun pada akhirnya hidup berdampingan dan bermukim di Kalimantan. Kemudian, mereka mengalami perkawinan campur antarbangsa dan menghasilkan keturunan berwajah oriental khas Cina namun berkulit kuning langsat. 

Keturunan campuran inilah yang disebut Suku Dayak. Kata Dayak (Daya’) sendiri bermakna hulu diasosiasikan untuk menyebut masyarakat yang bermukim di perhuluan (pedalaman) Kalimantan.

Sub suku dari rumpun Suku Dayak biasanya menyebut nama kelompok mereka berdasarkan nama alam, nama pahlawan, nama sungai, dan lainnya. Misalnya Suku Batang Lupar menamakan diri mereka seperti itu karena mereka berasal dari Sungai Batang Lupar.

Masyarakat Dayak menganut paham dinamisme dan mereka masih memegang teguh kepercayaan mereka hingga saat ini. Menurut kepercayaan mereka, setiap tempat memiliki penguasanya sendiri-sendiri misalnya Jubata, Ala Taala, dan lain-lain untuk menyebut Tuhan Tertinggi. Di bawah Tuhan Tertinggi, ada beberapa jenis penguasa lain seperti misalnya penguasa air yang bernama Raja Juata.

Masyarakat Dayak yang masih memegang teguh kepercayaan lama biasanya tinggal jauh di pedalaman terutama setelah masuknya agama-agama besar ke Kalimantan. Misalnya saja Suku Dayak yang telah menganut Islam tidak menyebut dirinya Suku Dayak lagi namun menganggap dirinya sebagai orang Banjar (orang Melayu).

Saat ini, suku yang paling dominan di Kalimantan adalah Suku Dayak. Adapun suku lainnya adalah Suku Melayu, Suku Tionghoa, Suku Madura, Suku Bugis, Suku Jawa, Suku Minang, dan lain-lain.

Kebudayaan Kalimantan Barat

Kebudayaan suatu suku merupakan ciri khas yang dimiliki suku tersebut. Budaya mencakup ciri khas, identitas, dan perilaku yang melekat dalam suatu wilayah negara, daerah, suku bangsa, dan keluarga. Kebudayaan Kalimantan Barat sendiri terdiri atas beraneka ragam kesenian. Salah satu contohnya adalah bahasa.

Bahasa umum yang dipakai oleh masyarakat tentu saja bahasa Indonesia. Namun, suku-suku di Kalimantan Barat memiliki bahasa penghubung lainnya seperti bahasa Melayu Sambas, bahasa Melayu Pontianak, dan bahasa lainnya. 

Suku Dayak sendiri memiliki beragam jenis bahasa dengan 188 dialek. Suku Tionghoa sendiri memiliki bahasa penghubung di dalam komunitas mereka yaitu bahasa hakka/khek dan tiochiu.

Rumah Adat

rumah-betang
credit:instagram@seputaranplk

Rumah adat khas Kalimantan Barat dinamakan rumah Betang. Bentuk dan ukuran rumah Betang berbeda di tiap daerah di Kalimantan Barat. Umumnya, rumah Betang dibangun berbentuk panggung dengan tinggi sekitar tiga sampai lima meter.

Fungsinya untuk menghindari ancaman banjir kala musim penghujan karena biasanya rumah adat ini terletak di hulu sungai, yang menjadi tempat pemukiman Suku Dayak. Suku Dayak sangat bergantung kepada sungai sebagai jalur transportasi untuk berladang atau berdagang dengan sistem barter misalnya dengan menukar hasil ladang atau ternak.

Dalam satu rumah Betang terdapat sekitar 50 atau lebih kepala keluarga. Rata-rata rumah Betang memiliki panjang sekitar 180 meter dengan lebar kurang lebih 30 sampai 40 meter. Setiap keluarga tinggal dalam kamar bersekat dan masing-masing keluarga memiliki dapur sendiri-sendiri.

Gaya hidup yang dinamakan gaya hidup komunal ini telah berlangsung ratusan tahun lamanya. Jika mengintip ke dalam salah satu ruangan yang didiami satu keluarga, ruangan dalam rumah Betang serupa dengan apartemen atau flat dengan ruangan seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi.

Pakaian Adat

Pakaian adat Suku Dayak Kalimantan Barat disebut King Baba (King berarti cawat dan Baba berarti laki-laki) dan King Bibinge (Bibige berarti wanita). Pakaian adat ini teramat unik karena terbuat dari kulit kayu yang mengalami proses sedemikian rupa sehingga menjadi lunak layaknya kain. Kulit kayu ini dinamakan kapuo atau ampuro.

Selain pakaian yang terbuat dari kulit kayu, Suku Dayak juga terkenal akan kepandaiannya dalam menenun. Dahulu kala, mereka menggunakan serat benang dari kulit pohon tenggang untuk menenun pakaian.

Warna yang dihasilkan adalah warna coklat muda. Sedangkan warna-warna lain, seperti hitam dan merah hati. Orang Dayak mencelup kulit pohon tenggang dengan getah pohon yang telah dilarutkan dalam air.

Saat ini, telah jarang ditemui pakaian Suku Dayak yang terbuat dari kulit pohon tenggang. Tenunan yang dihasilkan sekarang, lebih banyak menggunakan benang kapas dari luar daerah. Warna-warna yang dihasilkan pun lebih beragam dan cerah seperti warna kuning, putih, merah muda, dan lain-lain.

Senjata Tradisional

Apa senjata tradisional khas Kalimantan Barat? Jawabannya adalah Mandau. Mandau ini adalah senjata sejenis pedang berukir. Bagian hulu pedang terbuat dari tanduk rusa yang diukir. Bagian besi Mandau terbuat dari besi yang terdiri atas dua jenis bahan, yaitu Bahtuk Nyan dan Umat Motihke. 

Bahtuk Nyan merupakan jenis besi yang keras dan tajam, sedangkan Umat Motihke bersifat lentur dan tidak berkarat.

Tarian Tradisional

Berbicara tentang budaya suatu suku bangsa, maka tak akan terlepas dari tarian tradisional. Fungsi tarian tradisional biasanya merupakan bagian dari upacara adat. Misalnya seperti Tari Monong yang merupakan tari penyembuhan. 

Tari Monong bertujuan sebagai penolak, penangkal, atau penyembuh dari penyakit yang diderita seseorang. Penari melakukan tarian seperti seorang dukun dan menjampi-jampinya.

Tarian lainnya yang cukup populer adalah Tari Perang Kancet Papatai. Tarian ini berkisah tentang seorang pahlawan Suku Dayak ketika berperang melawan musuh. 

Tarian ini ditarikan dengan semangat yang meluap-luap dan lincah diiringi pekikan. Saat menarikan tarian ini, penari mengenakan pakaian adat Suku Dayak Kendah beserta perlengkapan perang seperti Mandau, baju perang, dan perisai.

Alat Musik Tradisional

alat-musik-suku-dayak
credit:instagram@rakatmotif

Alat musik yang biasanya digunakan oleh penduduk Kalimantan Barat untuk mengiringi tarian yaitu sebagai berikut:

  • Alat musik Sapek yang merupakan alat musik petik.
  • Alat musik Uut Danum atau Gong merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan. Alat musik ini dapat dijadikan mas kawin dan alat pembayaran menurut hukum adat.
  • Alat musik Kadire atau Kledi merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bilah bambu dan labu.

Sebenarnya, kebudayaan Kalimantan Barat tidak hanya didominasi kebudayaan Suku Dayak. Suku-suku besar lainnya, seperti Suku Melayu dan Tionghoa membawa serta tradisi dan kebudayaan bangsa mereka ke Kalimantan Barat. Namun, karena Suku Dayak adalah suku asli Pulau Kalimantan, maka kebudayaan Kalimantan identik dengan kebudayaan Suku Dayak.

Perlu diadakan penelitian lebih jauh untuk mengkompilasi bermacam-macam kesenian dan bahasa masyarakat Suku Dayak. Namun, karena Suku Dayak yang masih memegang teguh adat menetap jauh di pedalaman dan sedikit menutup diri dari budaya luar, maka usaha penelitian ini banyak mengalami kendala teknis dan nonteknis.

Posting Komentar untuk " Kebudayaan Kalimantan Barat Nan Eksotis"